Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Mikosis Paru dengan TB MDR Riwayat Loss To Follow Up dan HIV Naive: Laporan Kasus pada Pasien CAP dan Pneumothorax Spontan Sekunder Fatmawati, Umi; Azis, Fahmi Dimas Abdul; Rumulus, Rasyidin
JBN (Jurnal Bedah Nasional) Vol 8 No 2 (2024): JBN (Jurnal Bedah Nasional)
Publisher : Program Studi Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JBN.2024.v08.i02.p07

Abstract

Latar Belakang: Infeksi jamur pada paru dapat muncul sebagai infeksi primer maupun sekunder. Timbulnya infeksi sekunder pada paru dapat disebabkan oleh kelainan atau kerusakan jaringan paru seperti pada tuberkulosis paru. Kesamaan dalam pola presentasi infeksi jamur invasif dan tuberkulosis mengakibatkan kesalahan diagnosis yang sering dikaitkan dengan peningkatan lama rawat inap di rumah sakit, kerugian ekonomi, peningkatan morbiditas dan luaran klinis yang buruk. Kasus: Seorang wanita muda dirujuk ke rumah sakit dengan keluhan sesak nafas memberat sejak 1 minggu yang lalu disertai demam dan batuk. Pemeriksaan penunjang biakan khusus jamur berupa Candida albicans. Pasien dengan riwayat putus pengobatan tuberkulosis (TB) paru dengan obat anti-tuberkulosis (OAT) kategori I pada bulan April sampai Juni 2023 selama 2 bulan. Pasien dengan komorbid HIV naive. Masalah medis pada pasien ini adalah badan lemah membaik, anemia mikrositik hipokromik terkoreksi, hemoptoe derajat 1 (kriteria Purcel) membaik, pneumothorax spontan sekunder dextra minimal, TB Paru MDR kasus loss to follow up on OAT individual regimen bulan ke-1. Simpulan: Pasien TB yang putus berobat atau gagal pengobatan mengalami peningkatan risiko untuk mengalami resistansi obat. Riwayat pengobatan TB memiliki hubungan signifikan dengan kejadian resistensi rifampisin pada pasien TB-HIV. Mikosis ditemukan pada sputum pasien TB paru dengan pengobatan lebih dari 2 bulan serta sebagian besar diakibatkan infeksi Candida sp.
Edukasi DAGUSIBU dan pemusnahan obat di SMA Unggulan BPPT Zainul Hasan Probolinggo Azis, Fahmi Dimas Abdul; Lukman, Hilmia; Anggara, Suwandre Dwi; Khalishah, Nur
Jurnal Dedikasi Masyarakat Vol. 8 No. 1 (2024): Jurnal Dedikasi Masyarakat
Publisher : P3HKI - Universitas Muhammadiyah Parepare

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31850/jdm.v8i1.3555

Abstract

Education regarding DAGUSIBU and how to destroy drugs at SMA Unggulan BPPT Zainul Hasan Genggong. Indonesian people are now getting used to the use of various types of medicines. Among teenagers, most of them consume drugs without knowing how to use and handle drugs properly and correctly, such as how to get drugs, use drugs, store drugs and dispose of drugs. The aim of DAGUSIBU drug education is one of the efforts that can be made as a pharmaceutical worker to prevent irrational use of drugs and ensure that there is no protection of drugs by the public. The method used, namely collaborating with SMA Unggulan BPPT Zainul Hasan Genggong to provide education in the form of interactive seminars with a visual approach, so that students are explained about obtaining, using, storing and disposing of medicines. The indicator of success of this activity is increasing the knowledge of BPPT Zainul Hasan Genggong High School students about obtaining, using, storing and disposing of medicines. Apart from that, students are expected to become agents of change in their families and surrounding communities by spreading the knowledge they have acquired.
STUDI TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK KULIT BAWANG MERAH (ALLIUM SP) PADA PARU TIKUS (RATTUS NORVEGICUS) DIINDUKSI OLEH KETOROLAC Maulana, Suwandre dwi anggara; Azis, Fahmi Dimas Abdul; Narsi, Umi
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.50065

Abstract

Ketorolac adalah obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang sering digunakan karena efektivitasnya dalam meredakan nyeri dan inflamasi. Namun, penggunaan jangka panjang atau dosis tinggi dapat menyebabkan toksisitas organ, termasuk paru-paru. Kerusakan jaringan paru akibat ketorolac sering melibatkan edema, inflamasi difus, dan fibrosis ringan. Untuk mengatasi efek samping ini, ekstrak kulit bawang merah (Allium sp.), yang kaya akan senyawa flavonoid dan antioksidan seperti quercetin, dievaluasi potensinya sebagai agen pelindung paru. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek protektif dan potensi toksisitas subkronik ekstrak kulit bawang merah terhadap jaringan paru tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi ketorolac. Desain penelitian ini bersifat eksperimental dengan lima kelompok perlakuan: kontrol negatif, ketorolac, ketorolac+ranitidine, serta ketorolac dengan ekstrak kulit bawang merah dosis 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB. Evaluasi dilakukan selama 7 hari melalui pengamatan histopatologis paru menggunakan pewarnaan Hematoxylin-Eosin, dan penilaian dilakukan dengan skoring terhadap edema, inflamasi, dan fibrosis. Hasil menunjukkan bahwa kelompok ketorolac mengalami kerusakan paling parah, sedangkan pemberian ekstrak 200 mg/kgBB mampu menurunkan tingkat edema dan inflamasi secara signifikan serta memperbaiki struktur alveoli. Kesimpulannya, ekstrak kulit bawang merah pada dosis 200 mg/kgBB memberikan efek protektif terhadap jaringan paru yang rusak akibat ketorolac. Penelitian ini membuka peluang penggunaan bahan alam sebagai terapi adjuvan dalam pengurangan toksisitas obat, namun diperlukan studi lanjutan pada tingkat molekuler dan klinis.
Pengaruh Ekstrak Bawang Merah Terhadap Kadar Malondialdehid Jejunum Tikus Putih (Rattus Norvegicus) yang Diinduksi dengan Ketorolac Fitroh, Rizqiyah Amalia; Azis, Fahmi Dimas Abdul; Narsih, Umi
Indonesian Health Science Journal Vol. 5 No. 2 (2025): September
Publisher : Universitas Nazhatut Thullab Al- Muafa Sampang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52298/ihsj.v5i2.132

Abstract

Penggunaan obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) seperti ketorolac diketahui dapat menyebabkan stres oksidatif melalui peningkatan produksi radikal bebas, yang ditandai dengan peningkatan kadar malondialdehid (MDA). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh ekstrak etanol umbi bawang merah (Allium cepa L.) terhadap kadar MDA pada jejunum tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi dengan ketorolac. Penelitian ini menggunakan desain true experimental dengan 25 ekor tikus putih jantan yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan: kontrol positif (sehat), kontrol negatif (ketorolac), kelompok P1 (ranitidin), dan dua kelompok dosis ekstrak umbi bawang merah (100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB). Diawali dengan validasi metode, hasil pengukuran kadar MDA menggunakan spektrofotometri UV-Vis menunjukkan bahwa ekstrak etanol umbi bawang merah mampu menurunkan kadar MDA secara signifikan dibandingkan kelompok yang hanya diinduksi ketorolac (p < 0,05). Dosis 200 mg/kgBB menunjukkan efektivitas yang lebih tinggi dibandingkan 100 mg/kgBB. Temuan ini menunjukkan potensi ekstrak umbi bawang merah sebagai agen antioksidan alami dalam menurunkan kadar MDA pada jejunum akibat stres oksidatif yang diinduksi ketorolac.
Perbandingan Aktivitas Antioksidan Umbi dan Kulit Bawang Merah Probolinggo Menggunakan Metode 2,2-Diphenyl-1-Picrylhydrazyl Anggraeni, Adek Bela; Nurlaila, Hamida; Vivi Shofia; Azis, Fahmi Dimas Abdul
JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. 8 No. 2 (2025): JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : LPPM Universitas Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33006/jikes.v8i2.800

Abstract

Abstrak Bawang merah (Allium cepa L.) asal Probolinggo dikenal kaya akan senyawa bioaktif seperti flavonoid dan sulfur yang berfungsi sebagai antioksidan dan meningkatkan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan aktivitas antioksidan kulit dan umbi bawang merah menggunakan metode DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl). Kulit dan umbi bawang merah diekstraksi menggunakan pelarut etanol, kemudian dilakukan pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode DPPH untuk menentukan nilai IC50, yaitu konsentrasi yang dibutuhkan untuk mengurangi 50% radikal bebas. Kulit bawang merah menunjukkan aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan dengan umbi, dengan nilai IC50 masing-masing 6,41 µg/mL dan 16,50 µg/mL. Nilai IC50 yang lebih rendah pada kulit bawang merah menunjukkan aktivitas antioksidan yang lebih kuat dibandingkan umbi, menunjukkan perbedaan potensi antioksidan antara kedua bagian tanaman. Penelitian ini mengungkap bahwa kulit bawang merah memiliki potensi sebagai sumber antioksidan alami yang lebih tinggi dibandingkan umbi, dengan kedua bagian tanaman dikategorikan sebagai antioksidan kuat (IC50 < 50 µg/mL). Kulit bawang merah dapat dijadikan bahan alami yang lebih efektif dalam mencegah kerusakan akibat radikal bebas. Kata kunci: bawang merah, antioksidan, DPPH, kulit bawang merah, umbi bawang merah.   Abstract Probolinggo's shallot (Allium cepa L.) are well-known for being abundant in bioactive substances including sulfur and flavonoids, which have anti-oxidant and health-promoting properties. This study aims to compare the antioxidant activity of shallot skin and bulbs using the DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) method. After ethanol solvent was used to extract the shallot skins and bulbs, the DPPH method was used to evaluate antioxidant activity and calculate the IC50 value—the concentration required to eliminate 50% of free radicals. The antioxidant activity of shallot skin was higher than that of bulbs, with IC50 values of 6.41 µg/mL and 16.50 µg/mL, respectively. Shallot skin has a lower IC50 value than bulbs, indicating higher antioxidant activity. This suggests that the two plant components have different antioxidant capacity. With both plant parts classified as powerful antioxidants (IC50 < 50 µg/mL), this study showed that shallot skin has the potential to be a higher source of natural antioxidants than bulbs. Shallot skin can be used as a natural ingredient that is more effective in preventing free radical damage. Keywords: shallot, antioxidant, DPPH, shallot skin, shallot bulb.