Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Pastoral Kehadiran: Wujud Pengembalaan Umat Dalam Gereja Sinodalitas Kristeno, Marianus Rago; X, Intansakti Pius
Lumen: Jurnal Pendidikan Agama Katekese dan Pastoral Vol. 3 No. 1 (2024): Juni : Lumen: Jurnal Pendidikan Agama Katekese dan Pastoral
Publisher : Publisher STPKat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55606/lumen.v3i1.287

Abstract

The church is a living community of believers gathered by Christ into a "flock". Shepherding people in the Church has an important meaning as part of the pastoral tradition from the time of Jesus to the present. The task of shepherding comes from the mandate of Jesus himself as the Good Shepherd. Shepherding is considered important in meeting the spiritual and material needs of the people as well as maintaining togetherness and brotherhood in the Church community. Writing this article uses a descriptive qualitative approach using the library study method which is carried out by collecting various writings, both in print media, theses, articles, journals, papers, etc. that are relevant to the material discussed in this article. Furthermore, the shepherding of the people is manifested in pastoral presence, where the presence of the shepherd in the midst of the people becomes a symbol of Christ's presence and provides attention, care and love to the people. The synodal church which was revived by Pope Francis was highlighted as a movement to create a community that walks together towards salvation, with the active participation of all people and the important role of pastoral officers as representatives of Christ who guide and accompany the people. In conclusion, shepherding and pastoral presence play a vital role in guiding, maintaining and strengthening the faith and brotherhood of people in the Church community who walk together towards the salvation promised by the Father.
PARTISIPASI UMAT KATOLIK DALAM KEGIATAN PENDALAMAN IMAN DI LINGKUNGAN – LINGKUNGAN PAROKI MARIA DIANGKAT KE SURGA KEUSKUPAN MALANG Sukendar, Yohanes; X, Intansakti Pius; Tarihoran, Emmeria; Kurniantono, ME Kakok; Sabinus, Irminus
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 1 No 1 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53544/sapa.v1i1.5

Abstract

Para Peneliti bertolak dari kenyataan bahwa doa lebih disukai daripada pendalaman iman. Pada hal tugas Gereja yang utama adalah mewartakan. Menurut teori sosiologi Emile Durheim ada hubungan antara keterlibatan seseorang dengan pastisipasi. Untuk itu mau dicoba menemukan data tentang hubungan antara partisipasi umat Katolik dalam Pendalaman Iman di lingkungan dengan integrasinya dalam lingkungan. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa ada korelasi positif antara partisipasi umat dalam pendalaman iman dengan integrasinya dalam lingkungan, maksudnya semakin umat berintegrasi semakin tinggi partisipasinya dalam pendalaman iman.
PERUBAHAN-PERUBAHAN POKOK-POKOK KATEKESE DALAM RANGKA KARYA KATEKESE X, Intansakti Pius; Tarihoran, Emmeria
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 1 No 1 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53544/sapa.v1i1.12

Abstract

Perkembangan katekese mengikuti perkembangan paham mengenai Gereja. Konsili Vatikan II, yg dikenal juga dengan konsili eklesiologi, karena membicarakan tentang pandangan dan sikap Gereja. Hal ini tentu membawa perubahan dalam bidang katekese. Ada 3 hal yang pokok dalam katekese yakni pusat katekese, tujuan dan hakekat katekese. Pusat katekese adalah Yesus Kristus yg dilihat secara keseluruhan, yakni ke Allahan dan kemanusiaan,t ujuan katekese yakni menghantar menuju penghayatan iman yang dewasa dan personal, serta hakekatanya yang adalah komunikasi iman,bukan hanya pengajaran iman.
KATEKESE UMAT SEBAGAI CITA–CITA, PILIHAN DAN GERAKAN KATEKESE INDONESIA X, Intansakti Pius
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 2 No 1 (2017)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Katekese umat sebagai model khas katekese Indonesia sudah berkembang semenjak pertemuan kateketik antar keuskupan se Indonesia yang pertama di Sindanglaya Jawa Barat tahun 1977 hingga sekarang. Katekese umat adalah musyawarah iman,yang merupakan inkulturasi dari budaya musyawarah. Katekese umat dapat ditinjau dari berbagai aspek dan sudut pandang. Pada tulisan ini katekese umat dilihat dari tiga aspek. Katekese umat sebagai cita cita Gereja Indonesia bahwa yang berkatekese adalah dari,oleh dan untuk umat sesuai dengan paham Gereja yang adalah umat Allah. Katekese umat juga dapat dilihat sebagai suatu pilihan Gereja Indonesia dengan memperhatikan budaya bangsa ini adalah musyawarah dan mufakat. Maka model katekese umat sangat sesuai dengan budaya bangsa Indonesia. Katekese umat juga adalah suatu gerakan, yang berarti katekese umat hendaknya menjadi pola, atau model bagi katekese yang ada di bumi nusantara ini. Ketiga tinjauan ini mau menunjukan bahwa memang katekese umat adalah katekese khas bangsa kita.
PASTORAL KATEKESE ATAUKAH KATEKESE PASTORAL? X, Intansakti Pius
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 3 No 2 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kata pastoral dapat dirumuskan dalam beberapa pengertian, akan tetapi dapat diringkas dalam dua pengertian besar yaitu dalam arti umum, maksudnya yang pada umumnya dipahami secara luas dan arti khusus yang lebih direfleksikan dalam situasi dan perkembangan dewasa ini. Kata katekese pun dapat dikelompokan dalam dua pengertian, yaitu tahap pengajaran dan tahap pendewasaan. Kalau satu kata saja memiliki dua makna, dan cukup membingungkan, apalagi kalau kedua kata itu digandengkan, seperti pastoral katekese, pastoral liturgi, pastoral rasul awam, ataupun sebaliknya. Kami menempatkan pengertian pastoral lebih dalam arti khusus, maka memahami penggunaan kata-kata itu secara lebih mudah dimengerti.Pastoral hendaknya lebih dilihat dalam konteks Gaudium Et Spes, menata dunia sesuai dengan tuntutan zaman.
APAKAH KATEKESE KERYGMATIK BERLAWANAN DENGAN KATEKESE ANTROPOLOGIS? X, Intansakti Pius
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 4 No 1 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Katekese umat adalah katekese yang dipilih dan dicita–citakan oleh Gereja Katolik di Indonesia, karena sesuai dengan konteks kebudayaan musyawarah. Katekese umat termasuk dalam katekese Antropologis. Prinsip dasar katekese Antropologis adalah memperhatikan kehidupan para peserta, maka disatu pihak setia kepada Iman Katolik yakni setia kepada wahyu Allah, dan dilain pihak setia kepada manusia. Setia kepada manusia, yakni memperhatikan kesaksian dan pelayanan, memperhatikan dialog kebudayaan, dan dialog dengan umat beriman lainnya. Sedangkan katekese kerygmatis atau katekese doktriner menekankan penerusan isi ajaran iman. Katekese doktriner cenderung bersifat satu arah. Pesan mengalir dari pewarta kepada penerima. Kedua model/bentuk katekese ini, digunakan dalam formation iman umat. Kedua model ini menurut penilaian para uskup belum memadai perlu untuk menciptakan dan mengembangkan model katekese yang bermutu dan menanggapi harapan. Maka tugas lembaga kateketik dan pastoral untuk terus mencari dan mencari. Tidak ada metodologi, tidak ada masalah betapapun teruji baik, dapat membuang pribadi katekis pada setiap fasenya.
PEMBAHARUAN PELAKSANAAN KATEKESE DAN METODE KATEKESE INKULTURATIF X, Intansakti Pius
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 4 No 2 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pentingnya keterlibatan seluruh jemaat dalam keseluruhan karya katekese terasa mendesak dimana-mana. Iklim yang mendukung bagi karya itu sudah diciptakan oleh Konsili Vatikan II, dimana ada pergeseran tekanan eklesiologis dari Gereja sebagai tubuh mistik Kristus, kepada Gereja sebagai umat Allah. Masing–masing tekanan itu mengandung makna dan konsekuensi yang amat berbeda. Seluruh umat sesuai dengan kedudukan dan fungsinya harus memberikan andil yang nyata dalam pelaksanaan karya katekese. Inkulturasi adalah merupakan usaha katekese agar disatu pihak iman dan agama Kristen dapat berakar pada kebudayaan dan seluruh hidup umat dan dilain pihak aneka macam kebudayaan dan penghayatan hidup umat konkrit dapat diangkat menjadi bentuk penghayatan iman Kristen. Orang Kristen hendaknya dapat menjadi orang Kristen seratus persen dan sekaligus menjadi anggota bangsanya seratus persen.
Pengaruh Pastoral Dasar Dalam Pembentukan Petugas Pastoral Bagi Alumni di Malang Kota X, Intansakti Pius; Tawa, Angelika Bule; Kurniantono, ME. Kakok
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 5 No 1 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang, sebagai lembaga Pendidikan formal yang membentuk petugas Pastoral. Seorang petugas Pastoral adalah seorang guru iman. Petugas Pastoral tidak saja sebagai seorang yang memberikan pelajaran kepada para pendengarnya. Dia harus berada didalam dan oleh sebab itu menjadi anggota kelompok Manusiawi. Ia harus sepenuhnya solider dengan kelompoknya dan menghayati semua peristiwa serta segi-segi kehidupan termasuk ketegangan dan konflik dengan rasa tanggungjawab. Pertama-tama, ia sendiri harus menafsirkan dan menemukan rencana Allah didalam hidupnya, lingkungan serta masyarakatnya baruy kemudian ia dapat mengikutsertakan orang lain untuk menikmati apa yang telah ia temukan melalui pengamatan dan keterlibatannya dari dalam dengan mendengarkan Sabda Allah dan merenungkannya. Dalam hal ini Lembaga menenpatkan mata kuliah Pastoral Dasar sebagai hal yang utama dalam pembentukan keperibadian menjadi seorang petugas Pastoral. Maka penelitian ini untuk mengetahui penggarugh Pastroral Dasar bagi alumni di Malang Raya. Hasil penelitian menunjukan bahwa para alumni Sekolah Tnggi Pastoral IPI Malang, selama masih sebagai mahasiswa mereka mendapatkan pendampingan dan melaksanakan Pastoral Dasar setelah lima tahun ternyata masih menjalankannya terus di lapangan, dalam hidupnya sehari-hari dan mengatakan bahwa Pastoral Dasar memiliki manfaat yang besar dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sila dalam Pastoral Dasar yang paling mennonjol dijalankan oleh para alumni Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang adalah sila yang Pembentukan Diri dan yang kuran menonjol yaitu sila Ekaristi atau Ibadat.
Peran Pendidikan Agama Katolik Dalam Pembentukan Karakter Religius Peserta Didik Di SMPN 2 Malinau Utara X, Intansakti Pius
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 5 No 2 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

English: This research is motivated by the reality of the lives of students who are heavily influenced by the times, which results in changes in attitudes, mental and behavior in an unfavorable direction. Catholic Religious Education is expected to be able to deliver students to be more Christian in faith and to build loyalty to the faith in Jesus Christ. The fact that what happened was, students at SMPN 2 Malinau Utara found it difficult to get involved in church activities, increased violence between friends, did not pay attention to environmental cleanliness, and satire on social media. The formulation of the problem in this study is the extent to which Catholic Religious Education plays a role in the formation of religious character at SMPN 2 Malinau Utara. The research design was descriptive quantitative. The data collection instrument was a questionnaire. The research subjects consisted of teachers and parents. The population in this study were all Catholic students at SMPN 2 Malinau Utara class VII to class IX. Data processing using F percent, scoring, and chi squared to analyze and describe the data. The results of the study proved to reject the null hypothesis, and accept the alternative hypothesis which states that the role of Catholic Religious Education in the formation of Participant Religious character at SMPN 2 Malinau Utara is quite good. These results are in accordance with the results of the overall data processing using scoring, where the score was 2.393. Indonesia: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh realitas hidup peserta didik yang banyak dipengaruhi oleh perkembangan zaman, yang mengakibatkan adanya perubahan sikap, mental maupun tingkah laku ke arah yang kurang baik. Pendidikan Agama Katolik diharapkan mampu menghantar peserta didik semakin beriman kristiani dan membangun kesetiaan pada iman akan Yesus Kristus. Fakta yang terjadi adalah, peserta didik di SMPN 2 Malinau Utara sulit terlibat dalam kegiatan gereja, meningkatnya tindak kekerasan antarteman, kurang memperhatikan kebersihan lingkungan, serta saling sindir lewat media sosial. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, sejauh mana Pendidikan Agama Katolik berperan dalam pembentukan karakter religius di SMPN 2 Malinau Utara. Rancangan penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Instrumen pengumpul data berupa angket. Subyek penelitian terdiri dari para guru dan wali murid. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik yang beragama Katolik di SMPN 2 Malinau Utara kelas VII sampai kelas IX. Pengolahan data menggunakan F persen, scoring, dan chi kuadrat untuk menganalisa dan mendeskripsikan data. Hasil penelitian terbukti menolak hipotesa nol, dan menerima hipotesa alternatif yang menyatakan bahwa peran Pendidikan Agama Katolik dalam pembentukan karakter Religius Peserta di SMPN 2 Malinau Utara cukup baik. Hasil ini sesuai dengan hasil pengolahan data secara keseluruhan menggunakan scoring, dimana diperoleh skor sebesar 2,393.
Perintah Saling Mengasihi Menurut Yohanes 15:9-17 dan Aplikasinya Dalam Konteks Pluralitas Agama Melalui Katekese Umat X, Intansakti Pius; Firmanto, Antonius Denny
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 6 No 1 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

English: Indonesian society is a plural society both from religion and ethnicity. Every Catholic believer has an obligation to maintain harmony in social life, on the other hand, the Church condemns any act of discrimination or persecution based on living conditions and religion, because it is against the spirit of Christ. In fact, many Christians are involved in issues that tarnish unity and diversity, especially in the name of religion. So in this case the author's attention is to return to the basic teachings of Jesus regarding mutual love. The commandment to love one another in the text of John 15:9-17 can be a guide for the faithful to help respond to a model of life in the context of religious plurality. The writing is based on the problem of knowing 1) the meaning and 2) the message of the text of John 15:9-17 in the context of religious plurality and 3) its application in the catechesis of the people. In this writing, the writer uses literature review method. In general, it can be concluded that the love of Jesus is the pattern and guide of human love. Jesus is a reality of love. So as a disciple who meets in union with Jesus, the condition required is to remain in the love of Jesus. Abiding in the love of Jesus can be manifested by a commitment and loyalty, namely through obedience to His commands. With the fact of religious plurality, Christians who because of the grace of baptism have been chosen by God as apostles to go proclaiming His love through efforts are made by paying attention to all situations and conditions of life that occur in society with social, cultural and political. Concretely, this can be done by prioritizing religious harmony, tolerance, and efforts for dialogue and cooperation between religious communities. Bahasa Indonesia: Masyarakat Indonesia adalah masyarakat plural baik dari agama ataupun sukunya. Setiap orang beriman Katolik memiliki kewajiban untuk menjaga harmoni dalam hidup bermasyarakat, sebaliknya, Gereja mengecam setiap tindak diskriminasi atau penganiayaan berdasarkan kondisi hidup dan agama, karena berlawan dengan semangat Kristus. Pada kenyataannya, banyak sekali orang kristen yang terlibat dalam permasalahan yang menodai kesatuan dan keberagaman, khususnya dalam nama agama. Maka dalam hal ini perhatian penulis adalah kembali kepada dasar ajaran utama Yesus mengenai sikap saling mengasihi. Perintah supaya saling mengasihi dalam teks Yohanes 15:9-17 dapat menjadi pedoman bagi umat beriman untuk membantu menanggapi model hidup di tengah konteks pluralitas agama. Penulisan didasarkan pada masalah untuk mengetahui 1) arti dan 2) pesan dari teks Yohanes 15:9-17 dalam konteks pluralitas agama serta 3) aplikasinya dalam katekese umat. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode kajian pustaka. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa kasih Yesus adalah pola dan pendoman kasih manusia. Yesus adalah suatu realitas dari kasih. Maka sebagai murid yang berhimpun dalam kesatuan dengan Yesus, syarat yang dituntut adalah tinggal dalam kasih Yesus. Tinggal dalam kasih Yesus dapat diwujudkan dengan suatu komitmen serta kesetiaan, yaitu melalui ketaatan terhadap perintah-Nya. Dengan fakta pluralitas agama, maka orang yang kristiani yang oleh karena rahmat pembaptisan telah dipilih oleh Allah sebagai rasul untuk pergi mewartakan kasih-Nya melalui usaha-usaha dilakukan dengan memperhatikan segala situasi dan kondisi hidup yang terjadi di tengah masyarakat dengan pertimbangan sosial, budaya, dan politik. Konkritnya hal ini dapat dilakukan dengan mengedepankan sikap kerukuran umat beragama, toleransi, dan usaha dialog serta kerjasama antar umat beragama.