Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Potensi Penggunaan Agen Anti-Fungal Naftifine Sebagai Terapi Inovatif Tinea: Sebuah Tinjauan Literatur Titanic, Pussof Yayazucah; Arliska, Vira Geraldine; Johansen, Johansen; Kentanto, Given; Priyanto, Teguh
Health Information : Jurnal Penelitian Content Digitized
Publisher : Poltekkes Kemenkes Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit dengan nama depan “Tinea” adalah infeksi yang disebabkan oleh adanya jamur dermatofita yang dapat terjadi pada berbagai lokasi tubuh. Tinea corporis adalah infeksi kulit jamur superfisial pada tubuh yang disebabkan oleh dermatofita, secara khusus pada lokasi batang tubuh, leher, lengan, dan kaki. Bentuk lainnya dari infeksi tinea berdasarkan lokasinya adalah pada kulit kepala (tinea capitis), wajah (tinea faciei), tangan (tinea manuum), selangkangan (tinea cruris), dan kaki (tinea pedis). Secara umum, terdapat 3 genera yang dapat menyebabkan kondisi dermatofitosis (tinea) ini yaitu genera Trichophyton, Epidermophyton, dan Microsporum. Saat ini, terdapat berbagai agen anti-jamur topikal untuk mengatasi dermatofitosis (tinea). Dua kelas utama yang mewakili sebagian besar agen antijamur topikal dan tersedia adalah azoles dan allylamines. Secara keseluruhan, allylamines (naftifine) lebih unggul daripada azoles dalam aktivitas melawan dermatofita, meskipun keduanya efektif secara klinis. Oleh karena itu, pada tinjauan literatur ini, dilakukan analisis efek penggunaan naftifine dalam mengatasi berbagai jenis tinea. Pencarian studi dilakukan pada berbagai database seperti Pubmed, ScienceDirect, Directory of Open Access Journal, dan Cochrane Library. Dari hasil pencarian didapatkan total 212 studi. Adapun studi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah 3 studi yang dianalisis pada tinjauan literatur ini. Pemberian Naftifine menunjukkan mycological cure rate, efektivitas terapi, gejala klinis, dan tingkat kesembuhan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Tidak ada efek samping yang dilaporkan pada penggunaan naftifine jenis apapun pada keseluruhan studi inklusi. pemberian naftifine adalah terapi dengan efek samping dalam mengatasi berbagai jenis tinea (dermatofitosis).
Asma Menjadi Predisposisi Infeksi Paru – Laporan Kasus Arliska, Vira Geraldine; Hartono, Hartono
Jurnal Ners Vol. 8 No. 2 (2024): OKTOBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jn.v8i2.29482

Abstract

Asma dan pneumonia merupakan kondisi yang umum ditemui pada anak-anak dan telah ditemukan berhubungan satu sama lain dalam kemunculan dan progresivitasnya. Laporan kasus ini melaporkan kasus pneumonia dengan asma pada seorang anak berusia 3 tahun, yang terdiagnosis berdasarkan adanya keluhan khas pneumonia dan adanya ronkhi dan wheezing pada pemeriksaan fisik, didukung oleh gambaran pemeriksaan penunjang foto thorax. Asma merupakan proses inflamasi kronis yangmenyebabkan kerusakan yang bervariasi di seluruh epitel saluran napas: dapat terjadi penebalan epitel permukaan, metaplasia, hiperplasia sel goblet, peningkatan sekresi mukus dengan perubahan kepadatan, dan hipertrofi otot polos. Namun, proses infeksi juga ditemukan dapat menyebabkan mengi. Meskipun kasus tertangani dengan baik, pasien perlu ditindaklanjuti untuk menilai dan menatalaksana asma secara berkelanjutan bila dibuktikan merupakan penyebab mengi yang muncul saat proses penyakit akut.
Laporan Kegiatan Diagnosis Komunitas dalam Upaya Penurunan Angka Kejadian Kasus Baru dan Pencegahan Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten Periode: 6 Mei – 14 Juni 2024 Sunardi, Hendry Purnomo; Arliska, Vira Geraldine; Kristiani, Alyn; Mahandra, Bryan Anggareti; Atzmardina, Zita
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-literate.v9i11.52291

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya insiden Tuberkulosis (TB) paru di wilayah kerja Puskesmas Cikupa, yang memerlukan intervensi edukatif untuk menekan angka kasus baru. Tujuan penelitian adalah meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pencegahan dan penanganan TB paru melalui penyuluhan dan pelatihan. Metode penelitian ini meliputi survei mini, analisis komunitas menggunakan paradigma BLUM, dan penentuan prioritas masalah dengan metode Delphi. Akar masalah diidentifikasi menggunakan diagram fishbone, dengan intervensi yang terdiri dari pre-test, post-test, penyuluhan, dan pelatihan etika batuk serta penggunaan masker. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan pengetahuan peserta, dimana 83,4% dari mereka mencapai skor ≥70 pada post-test, dibandingkan dengan 23,4% pada pre-test. Seluruh peserta berhasil memperagakan etika batuk dan penggunaan masker dengan benar. Temuan ini menunjukkan bahwa edukasi berbasis komunitas dapat secara signifikan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap TB paru. Implikasi penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada penurunan kasus TB paru baru di wilayah penelitian melalui kampanye edukasi kesehatan berkelanjutan.