Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Dinamika Pengabdian (JDP)

RAJA-FARMER: PEMBERDAYAAN PEMUDA MELALUI SANGGAR TANI MUDA DENGAN PRAKTIK BUDIDAYA JAMUR TIRAM YANG BERKELANJUTAN DI KELURAHAN BAJU BODOA Mario, M. Bayu; Mutmainnah, Mutmainnah; Nisa’a, Siti Nurul; Reski, Nur Fadilah; Febrianti, Nurul; Yannatul, Ulfi Nurul; Sulfikar, Sulfikar; Rahma, Aulia; Ikbal, Ikbal; Azizah, Nurul; Manampiring, Galih Anom Arya Zamrud; Syihan, Faiq; Arif, Ahmad Azhari
Jurnal Dinamika Pengabdian Vol. 10 No. 1 (2024): JURNAL DINAMIKA PENGABDIAN VOL. 10 NO. 1 OKTOBER 2024
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jdp.v10i1.36938

Abstract

Kelurahan Baju Bodoa memiliki luas daerah 3,76 km2 dan populasi sekitar 6.617 orang terbagi dalam tiga lingkungan dan empat kampung. Sumber daya alam di sektor pertanian Kelurahan Baju Bodoa terbilang sangat berpotensi jika dikembangkan menjadi sebuah inovasi baru yang bernilai ekonomi. Berdasarkan hasil observasi langsung oleh mahasiswa Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Kelompok Mahasiswa Penalaran Ilmiah Pertanian Universitas Hasanuddin (KM Pilar Unhas), sebagian besar kelurahan tersebut merupakan lahan sawah yang masih menjadi sumber utama pendapatan penduduk Kelurahan Baju Bodoa. Namun, profesi petani di daerah ini didominasi oleh penduduk yang berusia di atas 35 tahun, sehingga disimpulkan bahwa terjadi penurunan minat pemuda untuk terlibat dalam sektor pertanian. Di sisi lain, mahasiswa KM Pilar Unhas melihat bahwa pemuda Kelurahan Baju Bodoa memiliki potensi besar untuk dijadikan sebagai mitra karena sudah mempunyai lembaga sebelumnya yaitu karang taruna. Namun, para pemuda tersebut, belum mempunyai usaha tani yang memadai. Tim PPK Ormawa KM Pilar Unhas memiliki alternatif solusi, untuk membentuk sanggar tani muda, melalui program yang dinamai Rumah Jamur (Raja) Farmer meliputi kegiatan pengelolaan potensi pertanian di Kelurahan Baju Bodoa yaitu budidaya jamur tiram. Tujuan dari kegiatan ini adalah membentuk sanggar tani muda, membentuk kurikulum, dan menghasilkan produk jamur tiram. Metode yang dilakukan pada kegiatan ini berupa pelatihan teknis, pendampingan berkelanjutan, pengadaan sarana dan prasarana, pengembangan produk turunan, pengelolaan usaha dan pemasaran, pelaksanaan launching rumah jamur, pengukuhan sanggar tani muda serta monitoring dan evaluasi. Hasil dari kegiatan ini adalah terbentuknya sanggar tani muda yang beranggotakan delapan belas orang, terbentuknya rumah jamur dan terbentuknya kurikulum non-formal. ABSTRACT Baju Bodoa Subdistrict covers an area of 3.76 km2 with a population of around 6,617 people, divided into three neighborhoods and four villages. The natural resources in the agricultural sector of Baju Bodoa Subdistrict hold significant potential for development into innovative economic ventures. Based on direct observations conducted by students of Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Kelompok Mahasiswa Penalaran Ilmiah Pertanian Universitas Hasanuddin (KM Pilar Unhas), most of the subdistrict consists of rice fields, which remain the primary source of income for the residents of Baju Bodoa Subdistrict. However, the farming profession in this area is dominated by residents aged over 35 years old, indicating a decline in youth interest in engaging in the agricultural sector. On the other hand, KM Pilar Unhas students identified that the youth of Baju Bodoa Subdistrict had significant potential to become partners as they are already organized under a youth organization called Karang Taruna. Nevertheless, these young people have not yet established adequate farming ventures. The PPK Ormawa KM Pilar Unhas team proposes an alternative solution by forming a young farmers’ group through a program named “Rumah Jamur (Raja) Farmer”, which involves managing the agricultural potential of Baju Bodoa Subdistrict, specifically through oyster mushroom cultivation. This activity aims to establish a young farmers’ group, develop a curriculum, and produce oyster mushroom products. The methods employed in this activity include technical training, continuous mentoring, procurement of facilities and infrastructure, development of derivative products, business manajemen and marketing, launching of the mushroom house, the inauguration of the young farmer’s group and monitoring and evaluation. The results of this activity include forming a young farmers’ group consisting of eighteen members, establishing a mushroom house, and creating a non-formal curriculum. Keywords: Oyster mushroom, karang taruna, technical training, derivative products, mushroom house, young farmers.
PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI PADA KELOMPOK TANI CENDRANA 1 DAN 2 MELALUI PRODUKSI BENIH PADI VARIETAS GENJAH DALAM MENUNJANG KEMANDIRIAN PERBENIHAN DI KABUPATEN BARRU Anshori, Muhammad Fuad; Musa, Yunus; Farid BDR, Muh.; Mario, M. Bayu; Baharuddin, Achmad Kautsar; Ahmad, Ahmad; Hasyim, Rostyati; Sadar, Muhammad
Jurnal Dinamika Pengabdian Vol. 10 No. 2 (2025): JURNAL DINAMIKA PENGABDIAN VOL. 10 NO. 2 JANUARI 2025
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jdp.v10i2.42118

Abstract

Kelompok Tani Cendrana 1 dan 2 menghadapi tantangan rendahnya produktivitas padi akibat penggunaan benih berkualitas rendah dan kurangnya benih yang adaptif terhadap perubahan iklim. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya ketersediaan benih unggul di Kabupaten Barru. Sebagai solusi yang ditawarkan, kedua mitra dilatih untuk memproduksi benih padi varietas genjah yang lebih resilien terhadap perubahan iklim. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani dan menunjang kemandirian perbenihan dengan memproduksi benih padi varietas genjah di Kelompok Tani Cendrana 1 dan 2. Metode yang diterapkan meliputi sosialisasi program pengabdian, pelatihan produksi benih unggul mulai dari awal hingga pemasaran benih serta para kelompok tani dilatih memproduksi kompos dari sumberdaya organik, serta dilakukan pendampingan pembuatan demplot perbenihan padi. Hasil yang dicapai menunjukkan bahwa Kelompok Tani Cendrana 1 dan 2 kini mampu memproduksi benih secara mandiri dan meningkatkan hasil panen. Pada Kelompok Tani Cendrana 1, hasil panen varietas Cakrabuana meningkat dari 3,05 ton/ha (kontrol) menjadi 4,14 ton/ha setelah pemupukan, sedangkan pada Kelompok Tani Cendrana 2, hasil panen varietas Padjajaran meningkat dari 5,2 ton/ha (kontrol) menjadi 6,7 ton/ha. Pendapatan yang semula Rp. 550.000.000,- kini menjadi Rp. 1.265.000.000,- Program ini berkontribusi signifikan terhadap peningkatan produktivitas padi dan kemandirian benih unggul di Kabupaten Barru. Dengan keberlanjutan program ini, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan pada Kelompok Tani Cendrana 1 dan 2. Kata kunci: Benih unggul, hasil panen, kemandirian perbenihan, kelompok tani, padi genjah, perubahan iklim, produktivitas. ABSTRACT Cendrana Farmer Groups 1 and 2 face the challenge of low rice productivity due to the use of low-quality seeds and the lack of seeds that are adaptive to climate change. This is due to the limited availability of superior seeds in the Barru District. As a solution, Cendrana Farmer Groups 1 and 2 were trained to produce early-maturing rice seeds more resilient to climate change. This community service activity aims to increase farmers' income and support seed independence by producing early-maturing rice seeds in Cendrana Farmer Groups 1 and 2. The methods applied include socialization of the service program, training in superior seed production from the beginning to seed marketing farmer groups are trained to produce compost from organic resources, and assistance in making rice seedling demonstration plots. The results show that Cendrana Farmer Groups 1 and 2 can now produce seeds independently and increase yields. In Cendrana Farmer Group 1, the yield of the Cakrabuana variety increased from 3.05 tons/ha (control) to 4.14 tons/ha after fertilization, while in Cendrana Farmer Group 2, the yield of the Padjajaran variety increased from 5.2 tons/ha (control) to 6.7 tons/ha. The income that was initially IDR. 550,000,000 is now IDR. 1,265,000,000 This program significantly contributes to the increase in rice productivity and superior seed independence in the Regency. Keywords: Climate change, early-maturing rice, farmers' group, harvest yield, productivity, seed independence, superior seeds.
BUDIDAYA SORGUM BERBASIS IRIGASI TETES SEBAGAI SOLUSI PERTANIAN LAHAN KERING DI DESA BORIKAMASE, KABUPATEN MAROS BARU Amaliah, Nur Reski; Muchsin, Achmad Zaqi Zulfiqri; Asa’Diyah, Nurfalah; Suciadi, Catherine Benita Putri; Kappa, Hosea F.; Haris, Fachrezi; Thoriq, Muh.; Burhanuddin, Achmad; Putri, Syawalia; Rifal, Rifal; Poetry, Shabila Nuramaliah; Mirizza, Lizza; Salsabila, Rezky; Ali, Ashila Nur Afianti; Mario, M. Bayu
Jurnal Dinamika Pengabdian Vol. 11 No. 1 (2025): JURNAL DINAMIKA PENGABDIAN VOL. 11 NO. 1 OKTOBER 2025
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jdp.v11i1.47496

Abstract

Sebagian besar masyarakat di Desa Borikamase, Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros, berada pada usia produktif dan menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Namun, curah hujan rata-rata tahunan yang hanya sekitar 412,03 mm menyebabkan keterbatasan air serta rendahnya produktivitas lahan kering. Untuk menjawab tantangan tersebut, tim pelaksana Program Penguatan Kapasitas Ormawa (PPK Ormawa) oleh Kelompok Mahasiswa Penalaran Ilmiah Universitas Hasanuddin (KM Pilar Unhas) melaksanakan program pengabdian masyarakat berupa pelatihan budidaya sorgum berbasis irigasi tetes sebagai solusi inovatif dalam meningkatkan efisiensi penggunaan air dan ketahanan pangan lokal. Kegiatan diawali dengan koordinasi bersama pemerintah desa dan mitra terkait, kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi, penyampaian materi teori, hingga praktik lapangan yang melibatkan petani, karang taruna, dan anggota sanggar tani. Peserta diberikan pelatihan mulai dari persiapan lahan, penanaman sorgum, pemasangan instalasi irigasi tetes, pengaturan debit air, hingga monitoring pertumbuhan tanaman. Evaluasi dilakukan melalui pre-test, post-test, menunjukkan peningkatan signifikan pengetahuan dan keterampilan peserta terhadap teknologi hemat air, dengan nilai pre-test berkisar antara 0–84 (rerata 39,3) dan post-test meningkat menjadi 57–100 (rerata 77,5) (t = 5,09; P < 0,05). Selain dampak teknis, kegiatan ini memperkuat aspek sosial melalui pembentukan Sanggar Tani Borikamase, yang mendorong regenerasi petani muda dan kolaborasi masyarakat desa. Dengan demikian, program pengabdian masyarakat yang telah diinisiasi tidak hanya memberikan solusi adaptif terhadap keterbatasan sumber daya air, tetapi juga mendukung diversifikasi pertanian dan pembangunan sistem pertanian berkelanjutan di Desa Borikamase.    Kata kunci: Sorgum, irigasi tetes, lahan kering, pemberdayaan masyarakat, Desa Borikamase. ABSTRACT The majority of the population in Borikamase Village, Maros Baru District, Maros Regency, is of productive age and relies on the agricultural sector as their primary source of livelihood. However, the average annual rainfall of only around 412.03 mm causes water shortages and low productivity of dry land. To address these challenges, the Program Penguatan Kapasitas Ormawa (PPK Ormawa) by Kelompok Mahasiswa Penalaran Ilmiah Universitas Hasanuddin (KM Pilar Unhas) implemented a community service program in the form of training on drip irrigation-based sorghum cultivation as an innovative solution to improve water use efficiency and local food security. The activity began with coordination with the village government and relevant partners, This was followed by socialization, presentation of theoretical material, and field practice involving farmers, youth organizations, and members of farmer groups. Participants were given training ranging from land preparation, sorghum planting, installation of drip irrigation systems, water flow regulation, to crop growth monitoring. The evaluation was conducted through pre-tests, post-tests, and field practice observations, which showed a significant increase in participants' knowledge and skills in understanding modern water-saving technology-based cultivation techniques. In addition to the technical impact, this activity also strengthened social aspects, especially through the involvement of village youth in the Borikamase Farmers Group, which encouraged the regeneration of young farmers and fostered enthusiasm. Thus, the community service program that has been initiated not only provides adaptive solutions to the limitations of water resources but also supports agricultural diversification and the development of a sustainable farming system in Borikamase Village. Keywords: Sorghum, drip irrigation, dry land, community empowerment, Borikamase Village