Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

An Overview of Natural Inert Dust Utilization Against Stored-Product Pests as Part of Integrated Pest Management: An Overview of Natural Inert Dust Utilization Against Stored-Product Pests Mario, M. Bayu; Patasik, William Yeremia; Tang, Muh. Ridha Taqwa; Muhammad, Mukhti; Rosyada, Amrina; Jamal, Ahmad Arisandi; Nurwahida; Kafle, Leknath; AM, Samir; Brugman, Eirene; Fernando, Ito
Journal of Tropical Life Science Vol. 14 No. 1 (2024)
Publisher : Journal of Tropical Life Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/jtls.14.01.15

Abstract

Natural inert dust has been used as a grain protectant since the ancient Aztecs of Mexico to this modern era. Natural inert dust is divided into three groups: the first group includes sand, kaolin, paddy husk ash, wood ash, and clay; the second group includes mineral dust; and the third group includes natural silicas such as diatomaceous earth and zeolite. Natural inert dust has a unique mechanism for killing insect pests. Inert dust particles penetrate the insects’ exoskeleton, causing dehydration through the cuticle. Relative humidity is a crucial factor affecting the efficacy of inert dust application. Inert dust has been traditionally used by farmers, which impacts the insects, such as decreasing population, no insect resistance, and being environmentally friendly. Problems of using inert dust include visible residues on grain, airborne dust, reduced flowability, bulk density reduction, and adverse effects on downstream processing machinery. Moreover, inert dust is a very light product, thus it may cause human respiratory illness. The inert dust can be applied to the smaller or larger storage containers. Natural silica can be readily integrated into modern agriculture as a pest management solution.
KEANEKARAGAMAN SEMUT TERRESTRIAL PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI UB FOREST, JAWA TIMUR: TERRESTRIAL ANT DIVERSITY ACROSS DIFFERENT LAND USES IN UB FOREST, EAST JAVA Muhammad, Faiz Nashiruddin; Pramana, Bintang Arya; Hermawan, Muhammad Daffa Surya; Alifianto, Faldy; Fernando, Ito
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 13 No. 1 (2025)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jurnalhpt.2025.013.1.5

Abstract

Peran semut dalam ekosistem sangat kompleks, sehingga memerlukan eksplorasi menyeluruh, terutama untuk semut terrestrial dan di Pulau Jawa. Deteksi spesies-spesies invasif perlu dilakukan untuk menjaga kelestarian spesies lokal yang ada. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji keanekaragaman semut terrestrial di UB Forest, Jawa Timur, Indonesia. Penelitian dilakukan di delapan jenis penggunaan lahan dalam enam blok UB Forest menggunakan metode direct sampling, Winkler extractor, dan subterranean trap. Analisis dilakukan dengan menghitung indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks ketidak miripan Bray-Curtis, dan divisualisasikan dengan cladogram. Ditemukan total 40 spesies dari 5 subfamili dan 19 genera. Odontoponera denticulata menjadi semut paling banyak ditemukan karena hadir di lima jenis penggunaan lahan, sedangkan semut invasif Anoplolepis gracilipes hanya ditemukan pada lahan monokultur tanaman semusim. Indeks keanekaragaman tertinggi tercatat pada lahan kombinasi pinus dan kopi (2,20) serta area terbuka (2,08). Analisis cladogram menunjukkan bahwa lahan berbasis pinus kopi dan open area membentuk klad yang terpisah dari lahan mahoni, monokultur tanaman semusim dan lahan berbasis pinus lainnya, mengindikasikan perbedaan komposisi spesies. Kesimpulannya, jenis penggunaan lahan menentukan komposisi spesies semut dan area UB Forest sudah terdeteksi terdapat spesies invasif namun hanya terbatas di lahan monokultur tanaman semusim.
An Overview of Natural Inert Dust Utilization Against Stored-Product Pests as Part of Integrated Pest Management: An Overview of Natural Inert Dust Utilization Against Stored-Product Pests Mario, M. Bayu; Patasik, William Yeremia; Tang, Muh. Ridha Taqwa; Muhammad, Mukhti; Rosyada, Amrina; Jamal, Ahmad Arisandi; Nurwahida; Kafle, Leknath; AM, Samir; Brugman, Eirene; Fernando, Ito
Journal of Tropical Life Science Vol. 14 No. 1 (2024)
Publisher : Journal of Tropical Life Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/jtls.14.01.15

Abstract

Natural inert dust has been used as a grain protectant since the ancient Aztecs of Mexico to this modern era. Natural inert dust is divided into three groups: the first group includes sand, kaolin, paddy husk ash, wood ash, and clay; the second group includes mineral dust; and the third group includes natural silicas such as diatomaceous earth and zeolite. Natural inert dust has a unique mechanism for killing insect pests. Inert dust particles penetrate the insects’ exoskeleton, causing dehydration through the cuticle. Relative humidity is a crucial factor affecting the efficacy of inert dust application. Inert dust has been traditionally used by farmers, which impacts the insects, such as decreasing population, no insect resistance, and being environmentally friendly. Problems of using inert dust include visible residues on grain, airborne dust, reduced flowability, bulk density reduction, and adverse effects on downstream processing machinery. Moreover, inert dust is a very light product, thus it may cause human respiratory illness. The inert dust can be applied to the smaller or larger storage containers. Natural silica can be readily integrated into modern agriculture as a pest management solution.
PERSISTENSI JAMUR PATOGEN SERANGGA DARI RIZOSFER PERKEBUNAN TEH DATARAN TINGGI PANGALENGAN DENGAN PAPARAN SINAR ULTRAVIOLET BERBEDA: PERSISTENCE OF ENTOMOPATHOGENIC FUNGI FROM THE RHIZOSPHERE OF PANGALENGAN HIGHLANDS TEA PLANTATIONS WITH DIFFERENT DURATIONS OF ULTRAVIOLET LIGHT EXPOSURE Rizqulloh, Dimas Ilfan; Fauziah, Fani; Fernando, Ito; Afandhi, Aminudin
Jurnal HPT (Hama Penyakit Tumbuhan) Vol. 13 No. 3 (2025)
Publisher : Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jurnalhpt.2025.013.3.1

Abstract

Perkebunan teh Pangalengan, Kabupaten Bandung, memiliki kondisi lingkungan yang mendukung jamur patogen serangga (JPS) sebagai agens pengendali hayati (APH). Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi JPS dari rizosfer perkebunan teh dataran tinggi serta mengetahui persistensinya setelah dipaparkan sinar UV. Isolasi JPS dilakukan dengan metode umpan serangga menggunakan Tenebrio molitor dan dilanjutkan dengan seleksi berdasarkan kerapatan dan viabilitas konidia. Uji persistensi dilakukan terhadap konidia yang dipaparkan sinar UV pada 254 nm selama 0, 15, 30, 45, dan 60 menit dengan lima kali ulangan. Kerapatan dan viabilitas konidia digunakan untuk menghitung kelangsungan hidup. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 7 isolat jamur yang diperoleh dari rizosfer perkebunan teh dataran tinggi Pangalengan yang terdiri dari 3 genus, yaitu genus Fusarium sebanyak 5 isolat, genus Penicillium sebanyak 1 isolat, dan genus Beauveria sebanyak 1 isolat. Pemaparan sinar UV selama 60 menit pada isolat Penicillium sp. Pg-P1 mampu menurunkan kerapatan konidia sebesar 73,43% dan viabilitas konidia sebesar 60,71%. Hal tersebut menunjukkan bahwa persistensi Penicillium sp. Pg-P1 menurun seiring dengan meningkatnya durasi paparan sinar UV.
Diversity of Entomopathogenic Fungi in Rice Field Bunds: Role of Soil Properties and Weed Vegetation for Integrated Pest Management Afandhi, Aminudin; Pamungkas, Bayu Aji; Rachmawati, Rina; Syib’li, Muhammad Akhid; Karina, Anisya Putri; Fernando, Ito; Puspitarini, Retno Dyah; Setiawan, Yogo
AGRIVITA Journal of Agricultural Science Vol 47, No 3 (2025)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Brawijaya in collaboration with PERAGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17503/agrivita.v47i3.4506

Abstract

Rice field bunds function as a reservoir of biodiversity, one of which is entomopathogenic fungi (EPF), which plays a role in controlling insect populations and increasing plant resistance. This study aimed to explore the interaction between organic matter content, soil pH, and EPF diversity in rice fields from Mulyoagung Subdistrict, Malang Regency. EPF was isolated using the insect bait method, followed by pathogenicity testing on Tenebrio molitor larvae. The Shannon-Wiener index (H'), evenness (E), and dominance (C) were used to assess the diversity of EPF on rice field bunds. Spearman correlation analysis was conducted to test the relationship between organic matter content, soil pH, and EPF diversity. Based on the results of the study, three genera of EPF were found in the rice fields, namely Beauveria, Fusarium, and Metarhizium. The presence of EPF is influenced by understory plants and the amount of organic matter in the soil. Therefore, preserving rice field bunds is very important to maintain the EPF population.
PENGENALAN HAMA PASCAPANEN PADA KOMODITAS PERTANIAN PENTING DI KECAMATAN JUNREJO, BATU, JAWA TIMUR Astuti, Ludji Pantja; Fernando, Ito
DHARMAKARYA: Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat Vol 14, No 1 (2025): Dharmakarya
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/dharmakarya.v14i1.59746

Abstract

Hama pascapanen merupakan salah satu penyebab utama yang dapat menyebabkan susut bobot dan kualitas pada komoditas pangan dalam simpanan. Sebagian besar petani yang menyimpan gabah dan beras dalam waktu yang lama masih belum memperhatikan dengan serius mengenai ancaman serangan hama pascapanen, padahal infestasi hama pascapanen dapat menimbulkan kerugian baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk melakukan pengenalan hama pascapanen pada bahan pangan dalam simpanan, khususnya gabah dan beras kepada petani. Kegiatan ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2024 di Desa Pendem, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Kegiatan ini terdiri dari tiga tahapan, meliputi survei lokasi dan pengambilan sampel, identifikasi hama pascapanen, dan pengenalan hama pascapanen yang diperoleh dari gudang milik kelompok tani. Kegiatan survei yang dilakukan pada beberapa gudang milik kelompok tani menunjukkan adanya infestasi hama pascapanen pada dua gudang gabah dan beras. Spesies serangga hama pascapanen yang ditemukan meliputi enam spesies serangga. Pelaksanaan kegiatan pengenalan hama pascapanen diikuti oleh 50 peserta dan seluruh peserta menunjukkan tingkat partisipasi dan antusiasme yang tinggi. Kegiatan pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kepedulian petani tentang pentingnya hama pascapanen. Selain itu, petani juga mampu mengembangkan teknik penyimpanan yang mempertimbangkan aspek pencegahan infestasi hama pascapanen.