Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Illocutionary Speech Acts in the Tobus Huning Ceremony of the Batak Simalungun Ethnic Group and the Regional Language Lesson Plan Tampubolon, Flansius; Purba, Roma Hotni Uhur; Tambunan, Abel Rotua; Hutagalung, Adreas; Pandiangan, Johannes
Jurnal Pembelajaran Bahasa dan Sastra Vol. 4 No. 4 (2025): Juli 2025
Publisher : Raja Zulkarnain Education Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55909/jpbs.v4i4.766

Abstract

This study aims to describe and analyze the types of illocutionary speech acts that emerge during the Tobus Huning ritual in the Batak Simalungun community. Tobus Huning is a sacred rite within the traditional wedding ceremony that holds symbolic meaning as a form of respect and gratitude to parents—particularly the mother—for their sacrifices in raising a child until marriage. This ritual functions not only as a customary formal procedure but also serves as a medium for emotional expression and the intergenerational transmission of cultural values. This research employs a descriptive qualitative approach, with data collected through participatory observation of the ritual, audiovisual documentation, and in-depth interviews with traditional leaders, the families of the bride and groom, and local cultural stakeholders. Data analysis was carried out in three stages: data reduction, data display, and conclusion drawing through an inductive process. The findings indicate the presence of four dominant types of illocutionary acts: (1) Assertives, used to convey information and symbolic interpretations of each ritual stage; (2) Directives, functioning as instructions or requests to ensure the ceremony proceeds according to customary norms; (3) Expressives, articulating emotions such as gratitude, reverence, and heartfelt sentiments among family members; and (4) Commissives, which contain promises and moral commitments made by the bride and groom to their parents and extended families. These findings affirm that speech acts in the Tobus Huning ritual not only serve pragmatic functions of communicative intent but also act as an essential medium for preserving cultural identity, transmitting spiritual values, and reinforcing social solidarity within the Batak Simalungun community.  
Wacana Batak: Kajian Struktural Pasahat Ulos Bere pada Pernikahan Adat Batak Toba Sinulingga, Jekmen; Siregar, Eka Silviana; Tambunan, Abel Rotua
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 2 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara struktural tradisi Pasahat Ulos Bere dalam adat Batak Toba. Tradisi Pasahat Ulos Bere merupakan salah satu upacara adat yang penting dalam masyarakat Batak Toba, yang melibatkan pemberian ulos oleh paman (hula-hula) kepada keponakannya (bere) sebagai simbol kasih sayang dan harapan. Kajian ini menggunakan pendekatan strukturalisme untuk memahami pola dan makna yang terkandung dalam tradisi ini. Metode yang digunakan meliputi observasi, wawancara mendalam, dan analisis teks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi Pasahat Ulos Bere memiliki struktur yang kompleks, mencerminkan hubungan sosial, nilai-nilai budaya, dan sistem kepercayaan masyarakat Batak Toba. Studi ini berkontribusi dalam memperkaya pemahaman tentang budaya Batak Toba dan memperlihatkan pentingnya tradisi dalam menjaga keberlangsungan identitas budaya.
Kajian Semiotika Pada Kuliner Adat dalam Prosesi Pernikahan Adat Etnik Toba Sinulingga, Jekmen; Tambunan, Abel Rotua; Siregar, Eka Silviana
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 2 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Suku Batak Toba, yang tinggal di sekitar Danau Toba di Sumatera Utara, Indonesia, memiliki tradisi dan budaya yang kaya, salah satunya adalah upacara pernikahan adat yang melibatkan berbagai makanan tradisional dengan makna simbolis. Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotika untuk menganalisis makna di balik makanan yang disajikan dalam prosesi pernikahan Batak Toba. Menggunakan metode etnografi, data dikumpulkan melalui observasi partisipatif dan wawancara mendalam dengan tokoh adat serta peserta upacara. Analisis semiotika mengidentifikasi bahwa makanan seperti Ikan Mas Arsik, Nasi Jambar, Sangsang, Dekke Si Mudur-Mudur, dan Lappet berfungsi sebagai tanda yang mengkomunikasikan nilai-nilai kemakmuran, kebersamaan, keberanian, kesucian, dan kebahagiaan dalam konteks budaya Batak Toba. Penelitian ini menyoroti pentingnya makanan tradisional sebagai alat komunikasi non-verbal yang memperkuat identitas budaya dan solidaritas komunitas.
Analisis Novel Cerita Rakyat Karo Pawang Ternalem Karya Joey Kajian : Sosiologi Sastra Halimahtussakdiah, Halimahtussakdiah; Siregar, Eka Silviana; Tambunan, Abel Rotua
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 3 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Analisis novel cerita rakyat Karo Pawang Ternalem karya Joey dilakukan dengan menggunakan kajian sosiologi sastra. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis novel yang mengisahkan tentang seseorang yang menemukan rahasia besar mengenai asal-usul desanya dan mengungkapkan bahwa bencana yang melanda desa mereka bukanlah kutukan, /melainkan akibat ulah manusia yang merusak keseimbangan alam. Dengan keberanian dan kebijaksanaannya, tokoh utama berusaha mengembalikan harmoni antara manusia dan alam, meskipun harus mengorbankan dirinya. Penelitian ini menganalisis unsur-unsur intrinsik yang ada dalam cerita, serta pandangan masyarakat terhadap cerita rakyat Karo Pawang Ternalem dan nilai-nilai sosial yang terkandung dalam cerita tersebut. Desain penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan pengumpulan data melalui teknik membaca dan mencatat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel ini mencerminkan konteks sosial masyarakat Karo, yang diangkat sebagai refleksi kehidupan mereka. Diharapkan hasil penelitian ini dapat berkontribusi dalam pelestarian budaya dan menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya
Legenda Si Baroar Etnik Batak Angkola / Mandailing Kajian : Psikologi Sastra Sinulingga, Jekmen; Tambunan, Abel Rotua; Siregar, Eka Silviana
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 3 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini mengkaji legenda Si Baroar dari perspektif psikologi sastra, dengan fokus pada tema identitas, penolakan, dan perjuangan individu dalam konteks budaya Batak Angkola/Mandailing. Legenda ini menceritakan perjalanan hidup Si Baroar, seorang bayi tampan yang ditemukan dan diasuh oleh Si Saua, pembantu raja. Meskipun diangkat sebagai anak raja, Si Baroar mengalami perlakuan diskriminatif yang mendalam, menciptakan konflik identitas dan ketidakadilan sosial. Melalui analisis karakter dan narasi, penelitian ini mengungkap bagaimana pengalaman masa kecil dan stigma sosial membentuk kepribadian Si Baroar. Diskriminasi yang dialaminya tidak hanya berpengaruh pada perkembangan psikologisnya, tetapi juga menggambarkan dinamika kekuasaan dalam masyarakat. Ketika Sutan Pulungan dan permaisurinya berusaha membunuh Si Baroar, rencana mereka berbalik dan mengarah pada tragedi yang menggugah kesadaran tentang keadilan dan keberanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa legenda Si Baroar berfungsi sebagai cerminan dari realitas sosial dan budaya, mengajak pembaca untuk merenungkan isu-isu relevan seperti ketidakadilan dan pencarian identitas. Melalui pendekatan ini, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada kajian sastra dan psikologi, serta meningkatkan pemahaman tentang nilai-nilai yang terkandung dalam warisan budaya Batak Angkola/Mandailing.