Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pola Arkeoastronomi: Kerajaan Wengker Berdasarkan Garis Imajiner pada Sendang Kuno di Ponorogo Sucahyo, Iqbal Rizki; Zameilani, Niswa Asmi; Andhifani, Wahyu Rizky; Wiretno, Wiretno
Satwika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial Vol. 8 No. 1 (2024): April
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/satwika.v8i1.30205

Abstract

Kabupaten Ponorogo merekam jejak peradaban Kerajaan Wengker yang masih diperdebatkan lokasi pusat pemerintahan. Berdasarkan observasi awal, peneliti menemukan pola garis imajiner yaitu Situs Sendang Beji, Situs Sirah keteng, Goa Pertapa Selo Jolo Tundho dan Punden Ngreco. Pola garis tersebut menunjukkan kemungkinan sebuah pola tata ruang dan kosmologi. Metode yang digunakan adalah Grounded Research yang dibantu dengan ilmu Arkeoastronomi serta budaya untuk mencari hubungan garis imajiner dengan posisi benda langit. Penelitian ini menggunakan teknik analisis astronomi dan analisis arkeologi yang diperoleh dari wawancara, literatur, benda arkeologi dan kondisi geografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa garis imajiner utama yang ditemukan peneliti memiliki kesegarisan dengan matahari pada Bulan Caitra yang merupakan bulan pertama dalam kalender saka serta kosmologi spiritual Masyarakat Wengker yang berorientasi pada gunung Suci Wilis. Topografi tinggalan arkeologi pada garis imajiner dan sekitarnya belum menunjukkan keberadaan lokasi pusat pemerintahan tetapi menjadi bukti adanya peradaban Kerajaan Wengker yang terbagi dalam 3 wilayah yaitu, tani atau pemukiman penduduk, dharma lpas atau tanah hibah raja dan karesyian. Selain itu, situs-situs disekitar garis imajiner juga menunjukkan pola pertahanan raja atau penguasa wilayah Wengker. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan pemerintah dalam pelestarian situs sejarah di Ponorogo, serta menambah khazanah ilmu pengetahuan, agar terus dikembangkan.   Ponorogo Regency records traces of the civilization of the Wengker Kingdom which is still debated on the location of the seat of government. Based on initial observations, researchers found imaginary line patterns, namely the Sendang Beji Site, Sirah keteng Site, Selo Jolo Tundho and Punden Ngreco. The line pattern shows the possibility of a spatial and cosmological pattern. The method used is Grounded Research which is assisted by archaeoastronomy and culture to find the relationship between imaginary lines and the position of celestial bodies. This research uses astronomical analysis techniques and archaeological analysis obtained from interviews, literature, archaeological objects and geographical conditions. The results showed that the main imaginary line found by the researcher has a parallelism with the sun in the month of Caitra which is the first month in the saka calendar as well as the spiritual cosmology of the Wengker Community which is oriented towards the Holy mountain Wilis. The topography of archaeological remains on the imaginary line and its surroundings has not shown the existence of a central government location but is evidence of the existence of the Wengker Kingdom civilization which is divided into 3 areas, namely, tani or residential areas, dharma lpas or king's grant land and karesyian. In addition, the sites around the imaginary line also show the defense pattern of the king or ruler of the Wengker region. The results of this research can be a reference for the government in preserving historical sites in Ponorogo, as well as adding to the treasury of knowledge, so that it continues to be developed. 
Ketertiban Ditengah Pembantaian: Perjuangan Kepolisian Madiun Raya Sekitar Masa Pemberontakan 1948 Sucahyo, Iqbal Rizki; Kharisma, Septian Dwita; Pratama, Ilham Putra; Labibah, Annisaa Khansa; Siregar, Aulia Rahmad Saleh; Herlamb, Shafira Daniar Rahma; Mahardika, Karima; Mella, Adinda; Donggo, Mochammad Saddam Agta
Journal of Education Research Vol. 5 No. 4 (2024)
Publisher : Perkumpulan Pengelola Jurnal PAUD Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37985/jer.v5i4.1961

Abstract

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui peran kepolisian, khususnya Mobile Brigade (Brimob), dalam menangani Pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948. Melalui metode historis, penelitian ini mengkaji dokumen arsip dan laporan resmi Kepolisian Republik Indonesia serta literatur terkait dengan Pemberontakan Madiun 1948. Hasil menunjukkan bahwa kepolisian memainkan peran strategis dalam operasi militer bersama satuan lainnya untuk menumpas pemberontak dan memulihkan stabilitas di Madiun. Pemindahan markas Brimob ke Madiun menjadi langkah penting dalam memperkuat pengamanan. Pasca-pemberontakan, reorganisasi kepolisian dilakukan untuk menanggulangi dampak berupa korban jiwa, trauma anggota, dan kekurangan personel. Peristiwa ini menunjukkan pentingnya sinergi antar lembaga keamanan dalam menjaga stabilitas nasional di tengah ancaman ideologi yang bertentangan dengan dasar negara.
Evolution of Language and of Writing Media in Ancient Yellow-Yangtze River Civillization Waishol, Yusuf; Ningrum, Setia; Sucahyo, Iqbal Rizki; Kirana, Ai
Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora) Vol 8 No 2 (2024): SANTHET: (JURNAL SEJARAH, PENDIDIKAN DAN HUMANIORA) 
Publisher : Proram studi pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universaitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36526/santhet.v8i2.3861

Abstract

During the Shang Dynasty, rebus or divination artifacts appeared on bones, which is the earliest medium for writing Chinese characters. Based on the discovery of boiled artifacts as a medium for writing Chinese characters, we can know that during the Shang Dynasty (1064-1600 BC) there was a language system and a reading and writing system used in a wide area, and the Yangtze River and Yellow River were important factors that supported deployment of the system. The existence of this language system and reading and writing system can mean that this area has developed to the stage of advanced civilization. The research method used is the historiography (history) method. Research begins with selecting a subject or topic which takes place through four main steps, namely, heuristics (searching for sources), criticism (selecting and sorting reliable and valid sources), interpretation (interpretation or meaning) and historiography (writing history). The results of this research are the development and standardization of language that occurred in the Yellow-Yangtze River civilization which includes writing media, vocabulary sounds (phonemes), influenced by social, religious and political factors.
Penerapan Media Manipulatif dalam Pengajaran Matematika untuk Mendukung Pendidikan Berkualitas pada MI Anbaul Ulum, Pakis Malang Sucahyo, Iqbal Rizki; Ai, Kirana; Syaifudin, Muhammad; 'Aini, Eka Putri Nur; Ayu, Marisa Rahma; Ardianto, Raditya Bagus; Isnaini, Khusnia; Fatmawati, Asyifa Ayu; Rahma, Nazwa; Insani, Nailul
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 8 No. 3 (2024)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di MI Anbaul Ulum, Pakis Malang, dengan menerapkan media manipulatif sebagai solusi untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memahami konsep abstrak, khususnya unsur-unsur bangun datar. Media manipulatif yang digunakan terdiri dari tusuk sate dan plastisin, dirancang untuk membantu siswa secara visual dan praktis memahami materi melalui kegiatan interaktif. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik observasi, ceramah, dan dokumentasi untuk menganalisis efektivitas penerapan media tersebut. Subjek penelitian adalah siswa kelas 3 yang mempelajari materi bangun datar. Kegiatan diawali dengan persiapan berupa survei kurikulum dan materi pembelajaran, diikuti oleh penyampaian materi, praktik penggunaan media manipulatif, serta evaluasi melalui Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Hasil menunjukkan bahwa penggunaan media manipulatif mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi, dengan lebih dari 80% peserta didik mendapatkan nilai di atas 94. Selain itu, metode ini juga mendorong minat dan antusiasme siswa melalui pembelajaran yang lebih menarik dan partisipatif. Media manipulatif tidak hanya meningkatkan kemampuan kognitif, tetapi juga melatih keterampilan motorik siswa dalam memanipulasi objek secara langsung. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan media manipulatif merupakan pendekatan yang efektif untuk mendukung pembelajaran matematika di tingkat sekolah dasar, serta berpotensi menjadi alternatif yang dapat diterapkan secara luas untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
MENYELAM KE PERMUKAAN: DINAMIKA REYOG PONOROGO DALAM BALUTAN POLITIK, EKONOMI DAN SPIRITUAL MAULANA, MUHAMMAD MASROFIQI; SUCAHYO, IQBAL RIZKI; SYAIFUDIN, MUHAMMAD; FATONI, AHMAD FADHLI
SOCIAL : Jurnal Inovasi Pendidikan IPS Vol. 4 No. 4 (2024)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/social.v4i4.3383

Abstract

Reyog is an art originating from Ponorogo and has become an icon of the area. This art is passed down from generation to generation and has become a strong tradition in the Ponorogo community. There are several versions related to the history of Reyog, but apart from that, Reyog itself has experienced various dynamics in its development. Reyog art is not only a performing art, but also has basic values ??that are formed from social, political, economic, and spiritual influences so that they can form the characteristics of Reyog as it is today. This article aims to provide an explanation regarding the development and dynamics faced by Reyog art from time to time which is wrapped in various aspects including Politics, Economics and Spirituality which form the identity of art in the midst of modernization and globalization. The method used in this study is a historical approach and cultural ethnography. ABSTRAKReyog merupakan sebuah kesenian yang berasal dari Ponorogo dan telah menjadi ikon dari daerah tersebut. Kesenian ini diwariskan secara turun-temurun dan telah menjadi tradisi yang kuat di dalammasyarakat Ponorogo.Terdapat beberapa versi terkait sejarah reyog, namun terlepas akan hal itu reyog sendiri telah mengalami berbagai dinamika di dalam perkembangannya.  Kesenian Reyog tidak hanya sebagai seni pertunjukan belaka, melainkan memiliki nilai-nilai dasar yang terbentuk dari pengaruh-pengaruh sosial, politik, ekonomi, dan spiritualitas sehingga dapat membentuk karakteristik Reyog seperti sekarang. Artikel ini bertujuan untuk memberikan penjelasan terkait perkembangan dan dinamika yang dihadapi oleh kesenian Reyog dari masa ke masa yang dibalut dari berbagai aspek meliputi Politik, Ekonomi dan Spiritualyang membentuk identitas kesenian di tengah arus modernisasi dan globalisasi.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sejarah serta etnografi budaya.
Ketertiban Ditengah Pembantaian: Perjuangan Kepolisian Madiun Raya Sekitar Masa Pemberontakan 1948 Sucahyo, Iqbal Rizki; Kharisma, Septian Dwita; Pratama, Ilham Putra; Labibah, Annisaa Khansa; Siregar, Aulia Rahmad Saleh; Herlamb, Shafira Daniar Rahma; Mahardika, Karima; Mella, Adinda; Donggo, Mochammad Saddam Agta
Journal of Education Research Vol. 5 No. 4 (2024)
Publisher : Perkumpulan Pengelola Jurnal PAUD Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37985/jer.v5i4.1961

Abstract

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui peran kepolisian, khususnya Mobile Brigade (Brimob), dalam menangani Pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948. Melalui metode historis, penelitian ini mengkaji dokumen arsip dan laporan resmi Kepolisian Republik Indonesia serta literatur terkait dengan Pemberontakan Madiun 1948. Hasil menunjukkan bahwa kepolisian memainkan peran strategis dalam operasi militer bersama satuan lainnya untuk menumpas pemberontak dan memulihkan stabilitas di Madiun. Pemindahan markas Brimob ke Madiun menjadi langkah penting dalam memperkuat pengamanan. Pasca-pemberontakan, reorganisasi kepolisian dilakukan untuk menanggulangi dampak berupa korban jiwa, trauma anggota, dan kekurangan personel. Peristiwa ini menunjukkan pentingnya sinergi antar lembaga keamanan dalam menjaga stabilitas nasional di tengah ancaman ideologi yang bertentangan dengan dasar negara.