Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Tingkat Pencemaran Escherichia coli pada Air Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Mijen, Semarang Ratnaningrum, Kanti; Anggraini, Merry Tiyas; Dahlan, Pujangga Puspito Yunus
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 15, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

urangnya ketersediaan air bersih menimbulkan penyakit gangguan saluran pencernaan seperti diare. Sebagian besar bakteri penyebab diare adalah Escherichia coli. Insidensi diare dinilai masih jauh dari capaian target Puskesmas Mijen, Semarang. sehingga diperlukan penelitian tentang kontaminasi E. coli pada air rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas. Penelitian ini bersifat observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel ditentukan dengan  metode systematic random sampling dengan estimasi proporsi. Sampel diambil dari 10 kelurahan yang masuk dalam wilayah kerja. Kadar bakteri E. coli dalam air rumah tangga dilakukan di dengan metode most probable number (MPN). Terkumpul 36 sampel yang berasal dari 3 jenis sumber air yaitu sumur gali, sumur artesis dan perusahaan air minum (PAM). Uji laboratorium menunjukkan bahwa 55,6 % sampel air minum  telah memenuhi nilai uji bakteriologis E. coli. Air berasal dari sumur gali memiliki tingkat kontaminasi paling tinggi (100%) diikuti sumur artesis (34,61%) dan PAM bebas dari E. coli (0%).Lack of clean water supply causes gastrointestinal disorders such as diarrhea. Most of the bacteria that cause diarrhea are Escherichia coli. The incidence of diarrhea is still far from the target of Mijen Puskesmas, Semarang, so research on E. coli contamination on household water in Puskesmas work areas is needed. This research was observational with cross sectional design. The sample is determined by systematic random sampling method with estimated proportion. Samples were taken from 10 urban villages included in the work area. E. coli bacteria levels in household water are carried out in the most probable number (MPN) method. Collected 36 samples derived from 3 types of water sources ie dug wells, artesian wells and drinking water companies (PAM). Laboratory tests showed that 55.6% of drinking water samples had met the bacteriological test value of E. coli. Water derived from dug wells has the highest contamination rate (100%) followed by artesian well (34.61%) and PAM free from E. coli (0%).
PERUBAHAN KADAR HEMOGLOBIN DAN NILAI ENZIM AMINOTRANSFERASE PADA TERAPI ANTIRETROVIRAL LINI PERTAMA Ratnaningrum, Kanti; Wahab, Zulfachmi; Augatha, Arrafli Bagas
JURNAL IBNU SINA BIOMEDIKA Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (553.6 KB) | DOI: 10.30596/isb.v2i1.1832

Abstract

Pendahuluan: Terapi Anti Retroviral (ARV) lini pertama (Human Immunodeficiency Virus) HIV masih digunakan sebagai pilihan utama dalam pengobatan HIV. Penggunaan ARV memerlukan pemantauan nilai laboratorium untuk meghindari efek samping akibat terapi tersebut. Sedikitnya informasi tentang efek samping terapi ARV dan semakin banyaknya kasus pasien HIV menyebabkan peneliti ingin mengetahui jumlah penurunan kadar hemoglobin dan peningkatan nilai enzim amino transferase pada pasien HIV dengan terapi ARV lini pertama kombinasi duviral dan neviral.Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional analitik dengan pendekatan cross  sectional, dengan metode consecutive  sampling. Data merupakan data sekunder pasien HIV di RSUD Ambarawa. Kriteria inklusi berusia ≥18 tahun, menjalani 1 tahun pengobatan dalam kurun waktu 2011-2015 dengan kombinasi duviral dan neviral. Data dianalisis menggunakan uji T berpasangan untuk kadar hemoglobin dan uji chi square untuk nilai enzim aminotransferase.Hasil: Dari 37 sampel, terdapat sigifikansi antara terapi anti retroviral lini pertama terhadap perubahan kadar hemoglobin (p=<0,001) dengan delta penururan 3,29 mg/dl dan nilai enzim aminotransferase yaitu nilai SGPT (p=<0,001) dengan delta peningkatan 14,09 IU serta SGOT (p=0,021) dengan delta peningkatan 11,40 IU.Simpulan: Terjadi penurunan kadar hemoglobin sebesar 3,29 mg/dl, peningkatan nilai enzim aminotransferase sebesar 14,09 IU pada SGPT serta 11,40 IU pada SGOT setelah terapi ARV lini pertama.
Tingkat Pencemaran Escherichia coli pada Air Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Mijen, Semarang Kanti Ratnaningrum; Merry Tiyas Anggraini; Pujangga Puspito Yunus Dahlan
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 15, No 2 (2015): July
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v15i2.3756

Abstract

urangnya ketersediaan air bersih menimbulkan penyakit gangguan saluran pencernaan seperti diare. Sebagian besar bakteri penyebab diare adalah Escherichia coli. Insidensi diare dinilai masih jauh dari capaian target Puskesmas Mijen, Semarang. sehingga diperlukan penelitian tentang kontaminasi E. coli pada air rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas. Penelitian ini bersifat observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel ditentukan dengan  metode systematic random sampling dengan estimasi proporsi. Sampel diambil dari 10 kelurahan yang masuk dalam wilayah kerja. Kadar bakteri E. coli dalam air rumah tangga dilakukan di dengan metode most probable number (MPN). Terkumpul 36 sampel yang berasal dari 3 jenis sumber air yaitu sumur gali, sumur artesis dan perusahaan air minum (PAM). Uji laboratorium menunjukkan bahwa 55,6 % sampel air minum  telah memenuhi nilai uji bakteriologis E. coli. Air berasal dari sumur gali memiliki tingkat kontaminasi paling tinggi (100%) diikuti sumur artesis (34,61%) dan PAM bebas dari E. coli (0%).Lack of clean water supply causes gastrointestinal disorders such as diarrhea. Most of the bacteria that cause diarrhea are Escherichia coli. The incidence of diarrhea is still far from the target of Mijen Puskesmas, Semarang, so research on E. coli contamination on household water in Puskesmas work areas is needed. This research was observational with cross sectional design. The sample is determined by systematic random sampling method with estimated proportion. Samples were taken from 10 urban villages included in the work area. E. coli bacteria levels in household water are carried out in the most probable number (MPN) method. Collected 36 samples derived from 3 types of water sources ie dug wells, artesian wells and drinking water companies (PAM). Laboratory tests showed that 55.6% of drinking water samples had met the bacteriological test value of E. coli. Water derived from dug wells has the highest contamination rate (100%) followed by artesian well (34.61%) and PAM free from E. coli (0%).
Faktor Risiko Skabies di Pondok Pesantren Konvensional dan Modern Amanatun Avidah; Eko Krisnarto; Kanti Ratnaningrum
Herb-Medicine Journal: Terbitan Berkala Ilmiah Herbal, Kedokteran dan Kesehatan Vol 2, No 2 (2019): Herb-Medicine Journal Oktober 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/hmj.v2i2.4496

Abstract

Scabies masih menjadi masalah kesehatan dan menjadi salah satu penyakit yang sering terjadi di lingkungan pondok pesantren. Beberapa penelitian sebelumnya telah membahas faktor risiko scabies pada pondok pesantren, rumah sakit, dan wilayah kerja sebuah puskesmas, tetapi belum ada yang menganalisis faktor risiko scabies pada beberapa pondok pesantren sekaligus, oleh karena itu peneliti ingin mengetahui faktor risiko skabies di pondok pesantren konvensional dan modern. Penelitian merupakan observasional analitik dengan desain case control, teknik simple random sampling. Penelitian menggunakan data primer berupa quesioner dan pemeriksaan untuk menentukan diagnosis scabies. Analisis menggunakan uji chi square. Dari 190 sampel di dapatkan hasil usia 5,5 kali meningkatkan risiko terjadinya scabies (OR=5.531; 95% CI=2.214 - 13.822), kebersihan kulit 2,7 kali meningktakan risiko terjadinya scabies (OR=2.715; 95%=1.223 - 6.027), kebersihan tangan 2,5 kali meningkatkan risiko terjadinya scabies (OR=2.499, 95%=1.296 - 4.812), kebersihan tempat tidur 3,5 kali meningkatkan risiko terjadinya scabies (OR=3.519; 95%=1.538 - 8.052). Faktor berganti pakaian, berganti alat sholat, kebersihan pakaian, dan kebersihan handuk tidak signifikan meningktakan risiko terjadinya scabies.
C-REACTIVE PROTEIN BERKORELASI TERHADAP KADAR D-DIMER PASIEN COVID-19 Lida Wati; Dyah Mustika Nugraheni; Kanti Ratnaningrum; Andra Novitasari
Al-Iqra Medical Journal : Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran Vol 5, No 1 (2022): ILMU KEDOKTERAN
Publisher : Journal Medical Universitas muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/aimj.v5i1.7166

Abstract

Latar belakang: Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang ditimbulkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).Pada penderita COVID-19 berat sering dijumpai adanya gangguan koagulasi (koagulopati). Salah satu pemeriksaan penunjang untuk menilai keberlangsungan proses koagulasi pada penderita COVID-19 dengan mengadakan pemeriksaan D-dimer. Aktivasi trombosit dan proses inflamasi pada penderita COVID-19 sering dihubungkan dengan gangguan koagulasi. Salah satu pemeriksaan untuk mengetahui aktivasi trombosit dan proses inflamasi adalah jumlah trombosit dan C-reactive protein. Penelitian ini bertujuan membuktikan korelasi antara jumlah trombosit dan C-reactive protein dengan kadar D-dimer pada penderita COVID-19. Metode: Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang pada bulan Januari 2022. Desain penelitian cross sectional dan pengambilan sampel mengaplikasikan teknik consecutive sampling. Sampel merupakan penderita rawat inap terkonfirmasi positif COVID-19 melalui tes RT-PCR berusia 30-45 tahun. Data yang digunakan adalah jumlah trombosit, C-reactive protein, dan kadar D-dimer. Analisis bivariat menggunakan uji normalitas dilanjutkan dengan uji Rank Spearman.Hasil: Dari 56 sampel terdapat korelasi C-reactive protein dengan kadar D-dimer pada penderita COVID-19 (p=0,000; r=0,517) sedangkan tidak terdapat korelasi jumlah trombosit dengan kadar D-dimer pada penderita COVID-19 (p=0,59; r=0,145).Kesimpulan: Terdapat korelasi antara C-reactive Protein dengan kadar D-dimer pada penderita COVID-19 dan tidak terdapat korelasi antara jumlah trombosit dengan kadar D-dimer pada penderita COVID-19
EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica Papaya L): STUDI KADAR Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) PADA TIKUS WISTAR YANG DIBERI PARACETAMOL Krisma Susanti; Kanti Ratnaningrum; Andra Novitasari
Al-Iqra Medical Journal : Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran Vol 4, No 2 (2021): ILMU KESEHATAN
Publisher : Journal Medical Universitas muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/aimj.v4i2.5393

Abstract

Penggunaan paracetamol dapat menyebabkan efek toksik berupa gagal hepar akut. Pepaya (Carica Papaya L) merupakan komoditi herbal yang dapat berperan sebagai hepatoprotektif. Pepaya yang mengandung senyawa antioksidan meliputi flavonoid, saponin, tanin, alkaloid, triterpenoid dan vitamin E. Daun pepaya memiliki aktivitas antioksidan flavonoid dan fenolik tertinggi dibandingkan bagian lain pada tanaman papaya. Penelitian ini bertujuan membuktikan adanya efek hepatoprotektif pemberian ekstrak daun pepaya terhadap kadar SGPT tikus wistar yang diberi paracetamol. Penelitian eksperimental, metode posttest only control group design, dengan teknik simple random sampling. Perlakuan dibagi 4 kelompok. Kriteria inklusi meliputi sehat dengan kriteria aktif, tidak cedera, cacat, ataupun luka, umur 2-3 bulan, berat 150-200 gr, berjenis kelamin jantan. Kriteria eksklusi meliputi tikus sakit/ mati pada masa adaptasi. Perlakuan dilakukan selama 7 hari. Analisis menggunakan uji One Way Anova dan Post Hoc. Rerata kadar SGPT pada kelompok K-, K+, PI, dan PII masing-masing 49,0 ± 4,63 mg/dl; 86,5 ± 8,61 mg/dl; 69,3 ± 5,55 mg/dl; dan 55,6 ± 4,40 mg/dl. Terdapat perbedaan bermakna terhadap kadar SGPT antara kelompok K- dan K+, kelompok K- dan PI, kelompok K+ dan PI, kelompok K+ dan PII, serta kelompok PI dan PII dengan masing-masing p0,05. Terdapat efek hepatoprotektif ekstrak daun pepaya terhadap kadar SGPT pada tikus putih galur wistar yang diberi paracetamol.
Antimicrobial potential of Kaffir Lime (Citrus hystrix D.C) peel extract against Staphylococcus aureus Ginda Nabila Choirunnisa; Kanti Ratnaningrum; Ika Dyah Kurniati
Saintika Medika Vol. 18 No. 1 (2022): June 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.Vol18.SMUMM1.21112

Abstract

Staphylococcus aureus is a normal bacterial flora that can cause skin infections such as boils, acne, impetigo and is also a major cause of nosocomial infections. This study examined the effect of kaffir lime (Citrus hystrix D.C) peel extract on Staphylococcus aureus. This research was a true experimental study with a post test only control group design. Kaffir lime peel was extracted using maceration method with 70% ethanol solvent, then diluted using 2ml ethanol to a concentration of 25mg/ml, 20mg/ml, 15mg/ml, 10mg/ml and 5mg/ml. Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) were conducted to assess the kaffir lime peel extract against Staphylococcus aureus bacteria. The MIC test was measured using a spectrophotometer in the liquid dilution method and MBC test was carried out using solid dilution on Mueller Hinton media. Minimum Inhibitory Concentration of kaffir lime peel extract against Staphylococcus aureus bacteria at a concentration of 20mg / ml., while MBC in this study could not be determined because at a concentration of 25% there was still colony growth in repetitions 1 and 2.
Personal Hygiene Berhubungan dengan Keberadaan Telur Ascaris lumbricoides: Studi pada Kuku Pengrajin Batu Bata Nurtika Afi Wijayanti; Kanti Ratnaningrum; Ika Dyah Kurniati
Medica Arteriana (Med-Art) Vol 3, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : University of Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/medart.3.1.2021.34-39

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Prevalensi infeksi Ascaris lumbricoides menempati urutan tertinggi dibandingkan dengan infeksi Soil-transmitted Helminths (STH) lain. Hygiene dan sanitasi yang kurang baik menjadi faktor penyebab terjadinya infeksi cacing termasuk askariasis. Tanah, debu, air, sayuran, tangan, dan kuku jari dapat berkontribusi sebagai media transmisi telur cacing. Pengrajin batu bata merupakan salah satu pekerjaan yang berhubungan erat dengan tanah dan air dimana sebagian proses pembuatannya dilakukan secara manual menggunakan tangan. Beberapa metode digunakan untuk identifikasi telur Ascaris lumbricoides dan beberapa studi menyatakan adanya temuan telur cacing pada kelompok pekerja yang kontak erat dengan tanah maupun air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan personal hygiene dan sanitasi lingkungan tempat kerja dengan keberadaan telur Ascaris lumbricoides pada kuku pengrajin batu bata.Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional. Besar sampel dihitung dengan rumus Lemeshow dengan teknik purposive sampling. Sampel merupakan pengrajin batu bata yang berlokasi di Desa Sengonbugel, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pemeriksaan kuku menggunakan metode sedimentasi. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil: Sebanyak 40 subyek penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki personal hygiene baik (82.5%) dan sanitasi lingkungan tempat kerja baik (62.5%). Terdapat hubungan yang bermakna antara personal hygiene dengan keberadaan telur Ascaris lumbricoides pada kuku pengrajin batu bata (p=0.002; PR=2,5) sedangkan sanitasi lingkungan tempat kerja tidak bermakna (p = 0,545).Kesimpulan: Personal hygiene berhubungan dengan keberadaan telur Ascaris lumbricoides. Prevalensi keberadaan telur Ascaris lumbricoides pada kuku pengrajin batu bata meningkat 2,5 kali lebih tinggi pada personal hygiene yang buruk.
Hubungan Status Gizi Dengan Derajat Diare Anak di Rumah Sakit Tugurejo Semarang Dewi Rahayu; Kanti Ratnaningrum; Agus Saptanto
Medica Arteriana (Med-Art) Vol 1, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : University of Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.62 KB) | DOI: 10.26714/medart.1.1.2019.10-14

Abstract

Latar Belakang : Menurut WHO tahun 2013 diare merupakan salah satu permasalahan yang penting di dunia khususnya pada negara berkembang endemis termasuk Indonesia.1 Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya. Angka anak-anak yang menderita kekurangan gizi di Indonesia masih terbilang tinggi.5 Masih jarang penelitian yang membahas tentang hubungan status gizi dengan derajat diare anak. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan status gizi anak terhadap derajat diare di Rumah Sakit Tugurejo Semarang.Metode : Penelitian observational analitik dengan desain cross sectional dilakukan Desember 2018 hingga Februari 2018 dengan metode total sampling catatan medis periode 2015 hingga 2017 di Rumah Sakit Tugurejo Semarang. Analisis menggunakan uji Fisher Exact. Kriteria inklusi adalah anak yang rawat inap usia 0-5 tahun dan kriteria eksklusi adalah pasien dengan hidrosefalus, cerebral palsy, dan anak yang mengalami sakit berat kecuali diare berat. Hasil : Dari 176 pasien diare anak didapatkan usia 0-24 bulan (81,3%), usia 25-60 bulan (18,8%), laki-laki (59,7%), perempuan (40,3%), status gizi tidak baik (80,1%), baik (19,9%), dehidrasi tidak berat (93,2%), dan dehidrasi berat (6,8%). Hasil uji Chi Square hubungan status gizi dengan derajat diare anak didapatkan hasil p=0,772. Hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan. Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan derajat dehidrasi diare anak periode tahun 2015-2017 di RSUD Tugurejo Semarang.
Sebaran Nyamuk Vektor di Betung Bedarah, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi Maas M Maloha; Kanti Ratnaningrum
Medica Arteriana (Med-Art) Vol 2, No 1 (2020): Juni 2020
Publisher : University of Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/medart.2.1.2020.21-26

Abstract

Latar Belakang: Sampai saat ini nyamuk masih menjadi salah satu vektor penyakit pada manusia. Secara geografis, Indonesia merupakan wilayah yang baik sebagai lokasi perkembangbiakan nyamuk. Beberapa penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk masih terjadi di Provinsi Jambi, khususnya Kabupaten Tebo. Penelitian ini bertujuan mengetahui sebaran nyamuk di Betung Bedarah, Kabupaten Tebo, Provinsi JambiMetode: Kegiatan merupakan survey lapangan dalam mengidentifikasi sebaran nyamuk di Betung Bedarah, Kabupaten Tebo. Penangkapan nyamuk dilakukan menggunakan metode human landing collection dan resting collection.Hasil: Dari 64 nyamuk yang tertangkap, sebaran nyamuk menujukkan 43,75% merupakan nyamuk Armigeres, 25% nyamuk Anopheles, 17,19% nyamuk Culex, dan 14,06% nyamuk Mansonia. Puncak angka kepadatan nyamuk per orang per jam (MHD) tertinggi pada jam 20.00-21.00 WIB.Kesimpulan: Sebaran nyamuk sebagai vektor penyakit di Betung Bedarah, Kabupaten Tebo tertinggi adalah Anopheles.