Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Ventilasi dan Pencahayaan Rumah Berhubungan dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita: Analisis Faktor Lingkungan Fisik Salsabela Afifah Rafaditya; Agus Saptanto; Kanti Ratnaningrum
Medica Arteriana (Med-Art) Vol 3, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : University of Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/medart.3.2.2021.115-121

Abstract

Latar Belakang: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan pada anak. Lingkungan, individu, dan perilaku merupakan faktor terjadinya ISPA anak. Peneliti ingin melakukan analisis hubungan faktor lingkungan fisik rumah terhadap kejadian ISPA pada balita.Metode: Studi observasional dengan pendekatan cross sectional, teknik penentuan sampel menggunakan consecutive sampling. Penelitian dilakukan di Kelurahan Sokanegara, Purwokerto dengan sampel balita (12-59 bulan) sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Sumber data berasal dari wawancara, pemeriksaan lingkungan fisik dan register Riwayat imunisasi. Analisis menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik.Hasil: Luas ventilasi dan pencahayaan rumah memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian ISPA pada balita (p=0,019; p=0,049), sedangkan jenis atap, suhu, dan kelembaban tidak berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita.Kesimpulan: Luas ventilasi dan pencahayaan rumah berhubungan dengan ISPA pada balita.
Durasi Membaca Buku Merupakan Faktor Risiko Terjadinya Miopia Pada Siswa Sekolah Dasar: Studi Perbandingan Rural dan Urban Area Wahju Ratna Martiningsih; Fitria Devi; Andra Novitasari; Kanti Ratnaningrum
Medica Arteriana (Med-Art) Vol 1, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : University of Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.108 KB) | DOI: 10.26714/medart.1.1.2019.42-47

Abstract

Latar Belakang: Kelainan refraksi merupakan salah satu penyebab ganggunan penglihatan. Miopia merupakan salah satu kelaian refraksi dan anak-anak merupakan kelompok yang menderita kelainan refraksi berupa miopia. Kebiasaan membaca merupakan salah satu faktor peneybab miopia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan faktor risiko penderita miopia pada anak Sekolah Dasar (SD) yang ada di urban area dan rural areaMetode: Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dengan teknik purposive sampling. Sampel merupakan siswa SD Negeri 03 Sidomukti (rural area) dan SD Hj. Isriati Baiturrahman 1 (urban area)  kelas 4,5, dan 6. Kriteria eksklusi meliputi kelaianan konginetal mata, infeksi, atau pasca operasi intraokuler. Data penelitian menggunakan data primer berupa kuisioner dan pemeriksaan visus. Analisis menggunakan uji chi square.Hasil: Dari 214 sampel terdiri dari 116 sampel rural area dan 98 sampel urban area, hanya faktor durasi membaca buku pada sampel di rural area yang berhubungan dengan terjadinya miopia (p=0,016), sedangkan faktor riwayat keluarga, konsumsi sayur atau buah, jarak baca, intensitas menonton TV, intensitas menggunakan komputer, intensitas menggunakan gadget, aktivitas luar ruangan hari sekolah, dan aktivitas luar ruangan hari libur tidak berhubungan dengan terjadinya miopia pada sampel rural maupun urban area.Kesimpulan: Lama membaca buku berhubungan dengan terjadinya miopia pada rural area.
Edukasi Pengetahuan Infeksi Jamur Superfisial dan Potensi Penggunaan Tanaman Obat sebagai Terapi Antijamur Kanti Ratnaningrum; Maya Dian Rakhmawatie; Nanik Marfu’ati
JURNAL INOVASI DAN PENGABDIAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 2 No 1 (2023): Januari
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jipmi.v2i1.69

Abstract

Latar belakang: Infeksi jamur superfisial masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Indonesia merupakan daerah tropis dengan tingkat kelembaban tinggi. Hal ini merupakan kondisi yang baik untuk pertumbuhan jamur. Sebagian penderita infeksi jamur superfisialis masih memilih menggunakan obat yang dijual bebas tanpa resep dokter. Penggunaan obat tanpa resep dokter meningkatkan potensi resistensi obat. Indonesia memiliki variasi tumbuhan yang dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan termasuk sebagai antijamur. Tujuan: Meningkatkan pengetahuan infeksi jamur superfisialis dan potensi tanaman obat yang digunakan sebagai terapi antijamur. Metode: Edukasi berbentuk kegiatan edukasi dengan materi infeksi jamur superfisial dan potensi penggunaan tanaman obat sebagai terapi antijamur. Kegiatan dilakukan di laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang menggunakan media power point. Evaluasi dilakukan menggunakan analisis kuantitatif hasil pre-test dan post-test. Hasil: Terdapat peningkatan signifikan pengetahuan peserta edukasi dengan rerata 24,6 poin (p=0,005). Kesimpulan: Terdapat peningkatan pengetahuan perihal infeksi jamur superfisial dan potensi penggunaan tanaman obat sebagai terapi antijamur. Kata Kunci: antijamur, dermatofitosis, infeksi jamur, tanaman obat ________________________________________________________________________________________ Abstract Background: Superficial fungal infection is still a health problem in Indonesia. Indonesia is a tropical area with high humidity levels. These are favorable conditions for fungal growth. Some people with superficial fungal infections still choose to use over-the-counter drugs without a doctor's prescription. The use of drugs without a doctor's prescription increases the potential for drug resistance. Indonesia has a variety of plants that can be used as traditional drugs, including antifungals. Objective: Increase knowledge of superficial fungal infections and the potency of medicinal plants used as antifungal therapy. Method: This activity is outreach with material on superficial fungal infections and the potential use of medicinal plants as antifungal therapy. The activity was carried out in the Biomedical Laboratory of the Faculty of Medicine Universitas Muhammadiyah Semarang using PowerPoint media. Result: There is a significant increase in the knowledge of participants, with an average increase of 24.6 points (p-value 0,005). Conclusion: There is an increase in knowledge about superficial fungal infections and the potential use of medicinal plants as antifungal therapy.   Keywords: antifungal, dermatophytosis, fungal infection, medicinal plant
Differences score between online and offline laboratory sessions of parasitology in Medical Faculty Atika Widyaningrum; Mega Pandu Arfiyanti; Kanti Ratnaningrum
Qanun Medika - Jurnal Kedokteran FK UMSurabaya Vol 7 No 2 (2023): Journal Qanun Medika Vol 07 No 02
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/jqm.v7i2.12368

Abstract

Capabilities to diagnose diseases caused by parasites is one of the competencies that must be mastered by general practitioners. This is stated in Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI). The branch of parasitology includes protozoa, helminths, and arthropods. Competency can be achieved through debriefing activities and laboratory sessions. During the pandemic, laboratory sessions of parasitology are carried out online with modification of implementation techniques. The study aims to determine the differences in scores between online and offline laboratory sessions of parasitology in medical faculty. Quantitative research used a quasi-experimental method, with a simple random sampling technique. The research data used secondary data scores of laboratory sessions of helminth and protozoa parasitology of Medical students in Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus). Data were analyzed by using a non-parametric Mann-Whitney u-test. From 62 students, there were significant differences in scores between online and offline helminth laboratory sessions (p=0.00) with the average scores of online helminth courses higher than offline laboratory sessions (70.6±19.8). There was no significant difference in grades of online and offline protozoa laboratory sessions (p=0.576) with average scores of online protozoa courses being lower than the offline laboratory session (55.8±25.5). There is a significant difference in scores between the helminth laboratory session of parasitology and there is no difference in scores between the protozoa laboratory session in Medical Faculty.
Pengetahuan Dan Kebiasaan Ibu Meningkatkan Risiko Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Pada Balita: Studi Cross-Sectional Amellia Prisca Mahdelima; Oky Rahma Prihandani; Kanti Ratnaningrum
JURNAL PANDU HUSADA Vol 2, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/jph.v2i2.7135

Abstract

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih menjadi salah satu penyakit pemicu tingginya angka kesakitan dan kematian anak di Indonesia. Pengetahuan dan kebiasaan orang tua terutama ibu, merupakan faktor yang ikut berperan dalam kejadian ISPA pada balita. Beberapa penelitian memaparkan hasil yang berbeda terkait hubungan antar pengetahuan dan kebiasaan ibu dengan kejadian ISPA oleh karena itu peneliti ingin mengetahui apakah faktor tingkat pendidikan, pengetahuan dan kebiasaan ibu dapat meningkatkan risiko kejadian ISPA pada balita di Desa Alasdowo, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Metode penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional, teknik consecutive sampling. Data primer menggunakan wawancara kuesioner didahului dengan validasi kuesioner. Terdapat kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik.Dari 90 sampel diperoleh sebanyak 33 anak menderita ISPA (36,7%). Faktor tingkat pendidikan ibu tidak berhubungan dengan kejadian ISPA (p=0,233). Sedangkan pengetahuan ibu dan kebiasaan ibu memiliki hubungan bermakna dengan kejadian ISPA pada balita (p=0,000; p=0,000). Pengetahuan ibu merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian ISPA pada balita dengan peningkatan risiko 14,7x (p=0,000; PR=14,733; CI=4,002-54,232) dibandingkan kebiasaan ibu.Pengetahuan ibu yang kurang dapat meningkatkan risiko kejadian ISPA 14,7 kali. Faktor kebiasaan ibu yang kurang dapat meningkatkan risiko kejadian ISPA 5.8 kali
Effectiveness of Bitter melon (Momordica charantia L) Extract on Growth of Trichopyton rubrum: In Vitro Study Vika Pangesty; Ika Dyah Kurniati; Kanti Ratnaningrum
MAGNA MEDIKA: Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan Vol 10, No 1 (2023): February
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/magnamed.10.1.2023.19-26

Abstract

Trichophyton rubrum is type of fungus that most often causes superficial fungal infections. Development of herbal ingredients as antifungal therapy is carried out to find alternative therapies for fungal infections. Bitter melon contains various compounds that have potential to be used as antifungals, including flavonoids and saponins. The aim of this study was to determine the effect of bitter melon extract (Momordica charantia L) on the growth of Trichopyton rubrum. This study used bitter melon extract at concentrations of 5%, 25%, 50%, 75% and 100%. Ketoconazole concentrations of 2% was used as a positive control. Pure cultures of Trichopyton rubrum were diluted using physiological NaCl. Fungal growth was observed microscopically and macroscopically. Results showed that Trichopyton rubrum grew at a concentration of 5% while at concentrations of 25%, 50%, 75% and 100% there was no Trichopyton rubrum growth. Bitter melon extract at a concentration of 25% had similar effect as ketoconazole 2%. Conclusion Bitter melon extract at concentrations of 25%, 50%, 75% and 100% had a similar effect to 2% ketoconazole in inhibiting the growth of Tricophyton rubrum.
ANALISIS KARAKTERISTIK IBU DAN KONDISI KEHAMILAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INTRA UTERINE FETAL DEATH (IUFD) Aulia Zulfiana Nur Faiza; Muhamad Taufiqy Setyabudi; Kanti Ratnaningrum
Al-Iqra Medical Journal : Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran Vol 6, No 2 (2023): Al-Iqra Medical Journal: Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran
Publisher : Journal Medical Universitas muhammadiyah Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26618/aimj.v6i2.10722

Abstract

Intra Uterine Fetal Death (IUFD) masih menjadi penyebab peningkatan Angka Kematian Neonatus (AKN) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia. Kejadian IUFD dapat disebabkan oleh faktor janin, faktor ibu, maupun faktor plasenta. Beberapa studi sebelumnya telah menganalisis faktor kejadian IUFD secara terpisah serta masih jarang penelitian yang menganalisis beberapa variasi faktor risiko IUFD ditinjau dari kondisi janin dan ibu secara bersamaan, oleh karena itu peneliti ingin mengetahui hubungan antara paritas, usia ibu hamil, anemia kehamilan, preeklamsia, dan IUGR dengan kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD). Penelitian bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional dan teknik total sampling. Pengambilan data dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang. Data penelitian diambil dari data sekunder rekam medis pasien ibu hamil yang mengalami IUFD periode Januari 2018 - Desember 2021. Analisis data penelitian ini menggunakan uji Fisher Exact Test. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara paritas, usia ibu hamil, anemia kehamilan, preeklamsia, dan IUGR (p=0,033; p=0,037; p=0,016; p 0,010; p 0,000) dengan kejadian IUFD.