Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Surface Thermal Front Persistence in Malacca Strait Lukman, Annisa Aulia; Tarya, Ayi; Pranowo, Widodo Setiyo
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 10 No. 2 (2022): ISSUE JULY-DECEMBER 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i2.40879

Abstract

The Malacca strait is an essential seaway for international sea traffic and a provider of biological and non-biological resources. This strait has dynamic conditions resulting from the interaction between the Indian Ocean in the north and the Pacific Ocean in the south. The characteristic of the thermal front is the strait dynamics that have not been studied comprehensively. This research aims to map and identify the spatial and temporal pattern of the thermal front in Malacca Strait. The data used are sea surface temperature of AquaMODIS level 3 satellite images and bathymetry data of Malacca Strait, Ocean Nino Index (ONI), and Dipole Mode Index (DMI). The sea surface temperature data were processed from 2010 to 2020 using the Single Edge Image Detection (SIED) method. This research denotes the thermal front phenomenon found with several variations in each season. The highest (lowest) number of thermal fronts was discovered in the east season (first transitional season). The total number of thermal fronts each year happened to be maximum in 2015 and minimum in 2019. Annual variability (ENSO and IOD) impacts the number of thermal front events, but the observation period has to be explicitly adjusted in the analysis needed. Persistent thermal fronts in the Malacca Strait occurred in 1-5 repetitions at the exact location. Thermal fronts are commonly found in the northern region of the strait and areas with significant depth changes.Keywords: Malacca Strait; sea surface temperature; thermal front.AbstrakSelat Malaka terkenal sebagai perairan penting dalam lalu lintas laut internasional serta penyedia sumber daya hayati dan non hayati. Perairan ini juga memiliki kondisi yang dinamis sebagai hasil interaksi antara Samudera Hindia di bagian utara serta Samudera Pasifik di bagian selatan selat. Dinamika perairan yang belum dikaji secara komprehensif di perairan ini adalah karakteristik thermal front. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah memetakan secara spasial dan temporal kejadian thermal front di perairan Selat Malaka serta menganalisis karakteristik dari thermal front yang dipetakan tersebut. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data suhu permukaan laut citra satelit AquaMODIS level 3, data batimetri Selat Malaka, serta data Ocean Nino Index (ONI) dan Dipole Mode Index (DMI). Metode Single Edge Image Detection (SIED) digunakan untuk mengolah data suhu permukaan laut pada periode pengamatan tahun 2010 hingga 2020. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di perairan Selat Malaka dapat ditemukan thermal front dengan jumlah variatif setiap musim. Jumlah thermal front tertinggi ditemukan pada musim timur dan terendah pada musim peralihan 1. Jumlah total thermal front setiap tahun ditemukan maksimum pada tahun 2015 dan minimum pada tahun 2019. Variabilitas annual (ENSO dan IOD) memberikan dampak terhadap jumlah kejadian thermal front, namun untuk kebutuhan analisis perlu disesuaikan terhadap periode pengamatan dari variabilitas tersebut. Thermal front persisten di Selat Malaka dapat terjadi pada rentang 1-5 kali pengulangan pada lokasi yang sama. Lokasi thermal front persisten lebih sering terjadi di wilayah utara selat dan/atau pada wilayah dengan perubahan kedalaman yang signifikan.Kata kunci: Selat Malaka, suhu permukaan laut, thermal front.
Analisis Co Tidal Chart dan Perambatan Pasang Surut di Perairan Indonesia Bagian Barat Lukman, Annisa Aulia; Sugianto, Denny Nugroho; Pranowo, Widodo Setiyo; Wirasatriya, Anindya; Hariyadi, Hariyadi
Indonesian Journal of Oceanography Vol 7, No 2 (2025): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v7i2.26802

Abstract

Pembuatan co-tidal chart konstanta harmonik pasang surut ini dilakukan dengan tujuan mengetahui karakteristik pasang surut di wilayah Indonesia bagian barat. Co-Tidal chart memetakan sebaran nilai fase pasang surut di suatu wilayah. Wilayah yang dipetakan adalah perairan Indonesia bagian barat. Wilayah ini dipilih guna melihat pengaruh Samudera Hindia dan Samudera Pasifik terhadap karakteristik dan kondisi pasang surut di wilayah Indonesia bagian barat. Pembuatan peta pasang surut menggunakan data model FES2014. Pada penelitian ini mengolah 9 konstanta pasang surut yaitu K1, O1, P1, K2, M2, S2, N2, M4 dan MS4, dalam pembuatan peta pasang surut. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa konstanta harian tunggal yang terdiri atas K1, O1, P1 memiliki gelombang pasut yang menjalar dari wilayah Samudera Pasifik khususnya Laut China Selatan dan Teluk Thailand. Untuk konstanta harian ganda yaitu K2, M2, S2, N2 menjalar dari wilayah Samudera Hindia. Sedangkan konstanta M4 dan MS4, terlihat menjalar dari wilayah perairan dangkal dengan sebaran nilai yang rendah. 
Variabilitas Bulanan Thermal front di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia 714 (Laut Banda) Lukman, Annisa Aulia; Napitupulu, Gandhi; Tarya, Ayi; Pranowo, Widodo; Hatmaja, Rahaden Bagas; Habibullah, Ahmad Dhuha
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 23, No 1 (2025)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.23.1.2025.897

Abstract

Penelitian tentang sebaran spasial thermal front di perairan Indonesia pada dasarnya telah banyak dilakukan. Namun, kajian yang secara khusus menganalisis dinamika thermal front akibat arus sejajar pantai, yang memicu fenomena Ekman pumping, dan arus eddy masih terbatas. Arus sejajar pantai dapat memicu Ekman pumping, sedangkan Ekman pumping dan eddy mesoskal dapat menyebabkan naiknya massa air bersuhu rendah dari lapisan bawah ke permukaan laut. Proses ini memicu pembentukan thermal front, yang banyak ditemukan di Laut Banda. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis variabilitas bulanan dinamika thermal front di Laut Banda yang dipengaruhi oleh arus sejajar pantai dan eddy. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Suhu Permukaan Laut (SPL) dari tahun 2006 hingga 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kejadian thermal front yang terdeteksi adalah sebanyak 1.385 kejadian per bulan berdasarkan jumlah piksel, dan 17 kejadian berdasarkan jumlah poligon. Jumlah maksimum kejadian thermal front terjadi pada bulan Desember (2.416 kejadian), dan jumlah minimum terjadi pada bulan November (883 kejadian). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa eddy antisiklonik (AE) dan eddy siklonik (CE), terjadi dengan durasi rata-rata 11,419 hari untuk AE dan 11,812 hari untuk CE. Kedua fenomena ini berkaitan dengan penurunan SPL, peningkatan konsentrasi klorofil-a permukaan laut, serta penurunan tinggi muka laut, yang menunjukkan terjadinya 
Sebaran Nitrat dan Ammonium di Wilayah Mangrove Mojo, Kabupaten Pemalang Parry, Markus Julio; Zainuri, Muhammad; Indrayanti, Elis; Lukman, Annisa Aulia; Jihadi, Muhammad Shulhan; Wahyuningsih, Candra
Indonesian Journal of Oceanography Vol 7, No 3 (2025): Indonesian Journal of Oceanography
Publisher : University of Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijoce.v7i3.26529

Abstract

Wilayah Mojo terletak di pantai utara Pulau Jawa tepatnya di Kabupaten Pemalang, yang merupakan daerah potensial dan memiliki  kawasan mangrove strategis yang berperan penting dalam ekowisata, produksi tambak, dan keseimbangan ekosistem pesisir. Di tengah tingginya aktivitas antropogenik seperti industri, pelabuhan, pemukiman, dan pertanian yang berdampak pada peningkatan konsentrasi nutrien, penelitian ini penting untuk dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi konsentrasi dan sebaran horizontal nitrat dan ammonium sebagai indikator kualitas perairan. Sampel diambil dari 14 stasiun yang mewakili empat daerah yaitu laut, pantai, sungai, dan laguna. Nitrat dianalisa dengan metode reduksi cadmium (SNI 6989.79:2011) menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 543 nm. Analisa ammonium dengan metode oksidasi (SNI 06-6989.30-2005) menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 640 nm. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi tertinggi berada pada daerah sungai yaitu nitrat dengan kisaran nilai antara 0,355–1,608 mg/L dan ammonium dengan kisaran nilai antara 0,029–0,056 mg/L, dan secara perlahan mengalami penurunan ke arah laut mengikuti pola arus. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam penentuan strategi pengelolaan perairan yang efektif dan berkelanjutan guna mengantisipasi gangguan pada kualitas perairan, menjaga kelestarian ekosistem mangrove dan mendukung kesejahteraan masyarakat pesisir.
RESPON SINGKAT KONSENTRASI KLOROFIL-A TERHADAP PERUBAHAN ARUS EDDY PERMUKAAN DI WILAYAH PERAIRAN TELUK TOLO DAN SEKITARNYA Napitupulu, Gandhi; Lukman, Annisa Aulia; Hatmaja, Rahaden Bagas; Kartadikaria, Aditya Rakhmat; Radjawane, Ivonne Milichrisiti; Millina, Ananda Vista; Akbar, M Apdillah; Napitupulu, Moses
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Vol 22, No 1 (2024)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32693/jgk.22.1.2024.877

Abstract

Upwelling, sebuah proses oseanografi yang sangat penting, memperkaya air permukaan dengan massa air yang kaya nutrisi dari lapisan yang lebih dalam. Upwelling dapat terjadi sebagai respon dari dinamika arus eddy, dan ini kami temukan salah satunya di perairan Teluk Tolo dan sekitarnya. Penelitian ini menganalisis pengaruh arus eddy terhadap upwelling di wilayah tersebut dengan menggunakan data citra satelit dari Copernicus Marine Environment Monitoring Service (CMEMS),  Copernicus Climate Change Service (C3S) dan model klimat dari ECMWF Reanalysis v5 (ERA 5). Data suhu permukaan laut (SST), klorofil-a permukaan laut (SSC), tinggi permukaan laut (SSH), dan angin permukaan laut (SSW) digunakan untuk memahami bagaimana arus eddy memengaruhi upwelling di wilayah kajian selama periode 15 tahun pengamatan (tahun 2006 hingga 2020). Hasil penelitian menunjukkan jumlah arus eddy yang terbentuk adalah 341 buah (195 buah untuk eddy siklonik (CE) dan 146 buah untuk eddy antisiklonik (AE)). Jumlah maksimum CE (AE) ditemukan pada bulan Januari dan Juni (bulan Juli dan Oktober) serta minimum pada bulan September (bulan Mei). CE menyebabkan anomali negatif SST serta anomali positif SSC dengan perubahan signifikan setelah dua hari CE terbentuk. Karakteristik anomali SST dan SSC pada CE didukung melalui nilai EPV (Ekman pumping velocity) positif (maksimum 3,5x10-6 m/s) yang mengindikasikan adanya upwelling. Sedangkan AE menyebabkan anomali positif SST serta anomali negatif SSC, dan mulai berubah tiga hari setelah AE terbentuk dengan nilai EPV negatif (minimum -1,1x10-6 m/s) yang menandakan adanya downwelling. Pengaruh eddy pada perairan Teluk Tolo dan sekitarnya terhadap upwelling lebih dominan dibandingkan dengan pengaruh angin pada bulan Juni, Juli, dan Agustus.