Situmorang, Alexander
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pengaruh Disiplin Kerja dan Pengawasan Kerja Terhadap Kinerja dengan Kepuasan Kerja sebagai Variabel Mediasi pada PT Sewangi Sejati Luhur Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar Situmorang, Alexander; Deswarta, Deswarta
Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol. 18, No. 3 : Al Qalam (Mei 2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an (STIQ) Amuntai Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35931/aq.v18i3.3542

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh disiplin kerja dan pengawasan kerja terhadap kinerja yang dimediasi oleh kepuasan kerja pada PT.Sewangi Sejati Luhur Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar. Sampel pada penelitian ini adalah 100 orang responden. Penelitian ini mengadopsi pendekatan kuantitatif dengan sudut pandang deskriptif. Pengambilan sampel biasanya dilakukan secara acak. Perangkat lunak Structural Equation Modeling berbasis Partial Least Square (SEM-PLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara hubungan langsung disiplin kerja dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja, sedangkan pengawasan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja. Dalam hubungan tidak langsung disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja melalui kepuasan kerja, namun pengawasan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja melalui kepuasan kerja.
Moderasi Agama dalam Masyarakat Multikulturaldalam Bingkai Kekristenan di Indonesia Situmorang, Alexander
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 4 No. 2 (2025): MARET
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54592/99hcs638

Abstract

Indonesia is a country with a multicultural society rich in ethnic, cultural and religious diversity. As a country with diversity, there are certainly challenges faced in maintaining harmony and tolerance among religious communities. Therefore, religious moderation is key in the effort to create a peaceful and harmonious life in the midst of existing differences. This study aims to analyze the role of religious moderation in the context of Christianity in Indonesia, focusing on how the values of moderation are internalized and implemented by Christians in interacting with a pluralistic society. In this research, a qualitative-literature study methodology is used. Data were obtained from written sources, such as books, journals, articles and other documents. This is done to explore the meanings, patterns, and perspectives contained in the existing literature. The results showed that religious moderation has a significant role in shaping the attitudes and behavior of Christians in Indonesia. Values such as tolerance, mutual respect, and interfaith cooperation become an important foundation in social interactions in which Christians in Indonesia are involved in various activities in Indonesia.
Perjanjian Mesianik Abraham (Kejadian 13:1-3, Kejadian 15:1-21, Galatia 3:16): Penggenapan Janji Allah dalam Kristus dan Relevansinya bagi Orang Percaya Masa Kini Situmorang, Alexander; Ay, Elis Louisa
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 5 No. 1 (2025): SEPTEMBER
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54592/42w1kz04

Abstract

Perjanjian antara Allah dan Abraham merupakan titik balik dalam rencana keselamatan Allah yang berdampak luas dalam teologi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian ini bersifat unilateral, di mana Allah sendiri berinisiatif dan menjamin penggenapannya tanpa syarat dari pihak Abraham. Janji Allah mencakup keturunan yang akan menjadi bangsa besar, tanah sebagai warisan, serta berkat bagi semua bangsa. Dalam Perjanjian Baru, Rasul Paulus menafsirkan penggenapan janji ini dalam Yesus Kristus, keturunan sejati Abraham, yang membawa keselamatan bagi semua orang yang percaya. Perjanjian ini juga berhubungan erat dengan perjanjian mesianik, yang menegaskan bahwa Mesias akan datang dari keturunan Abraham untuk menggenapi janji keselamatan bagi dunia. Dengan demikian, perjanjian ini memiliki dimensi eskatologis yang mencakup seluruh umat manusia. Kajian terhadap perjanjian ini memperdalam pemahaman tentang rencana keselamatan Allah, kasih karunia-Nya, dan relevansinya bagi iman Kristen masa kini
Kajian Pemikiran Pragmatis John Dewey tentang Pendidikan sebagai Sarana Transformasi Sosial Joanne, Norma Eva; Situmorang, Alexander
CHARISTHEO: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 5 No. 1 (2025): SEPTEMBER
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Anugrah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54592/wz3tsd09

Abstract

John Dewey merupakan salah satu tokoh utama dalam filsafat pendidikan modern yang dikenal dengan gagasan pragmatisme dan pendidikan progresif. Pemikirannya menekankan bahwa pendidikan bukan sekadar proses transfer pengetahuan, melainkan proses sosial yang aktif dan dinamis, di mana peserta didik berinteraksi dengan lingkungan serta memperoleh pemahaman melalui pengalaman langsung. Gagasannya tentang sekolah sebagai miniatur masyarakat, belajar berbasis pengalaman, dan pendidikan yang menanamkan nilai-nilai demokrasi memberikan fondasi penting bagi sistem pendidikan modern. Meskipun demikian, pandangan Dewey yang humanistik dan pragmatis berpotensi mengabaikan dimensi spiritual dan transendental yang sangat penting dalam pendidikan Kristen. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi pokok-pokok pemikiran John Dewey tentang pendidikan, menganalisis kekuatan serta kelemahannya, dan menilai relevansinya bagi pengembangan pendidikan Kristen masa kini. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif-analitis dengan studi literatur terhadap karya-karya Dewey dan kajian kritis dari perspektif teologi pendidikan Kristen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemikiran Dewey memiliki kontribusi signifikan dalam hal metode pembelajaran aktif, partisipatif, serta pengembangan kemampuan berpikir kritis. Namun, terdapat keterbatasan karena kecenderungan pragmatisme Dewey tidak sepenuhnya selaras dengan aspek spiritualitas yang mendasari pendidikan Kristen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemikiran Dewey tetap relevan sebagai titik dialog dalam mengembangkan model pendidikan Kristen yang lebih kontekstual, dengan memanfaatkan kekuatan pendekatan progresif sekaligus mengintegrasikan dimensi spiritual dan transendental yang menjadi ciri khas pendidikan iman.
The Meaning of Paul’s Statement “To Live is Christ and to Die is Gain” and Its Implications for Believers Situmorang, Alexander; Louisa, Elis; Gea, Siabdul; Sambur, Carol Sally
Proskuneo: Journal of Theology Vol 2, No 1 (2025): Proskuneo Journal of Theology
Publisher : STT Transformasi Indonesia Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53674/pjt.v2i1.261

Abstract

Philippians 1:21 expresses the Apostle Paul’s declaration that life is entirely for Christ, while death is gain because it leads to eternal fellowship with Him. This study explores the theological meaning of Paul’s statement “to live is Christ and to die is gain” and its implications for believers in contemporary life. The research applies a descriptive-qualitative method with a literature study approach, using the Epistle to the Philippians, Paul’s other letters, and relevant theological writings as primary sources. The theoretical framework is built on Paul’s understanding of life in Christ, the calling of believers, and the hope of eternal life. The findings reveal that living in Christ means making Him the center of faith, obedience, and service, while death is not to be feared but embraced as gain, since it opens the way to eternal communion with Christ. The study concludes that this understanding calls believers to live purposefully, remain steadfast in faith, and face suffering and challenges with strong hope in Christ. Ultimately, Paul’s statement is not merely a theological principle but a spiritual foundation that shapes Christian identity and mission: life becomes an opportunity to glorify God, and death becomes the gateway to eternal life with Him.