Subasno, Yohanes
Unknown Affiliation

Published : 16 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Universal Design Learning: Rehabilitation and Inclusive Education in Multidisciplinary Perspective for Inclusive Development Anggraini, Dewi; Subasno, Yohanes
Journal of ICSAR Vol 8, No 2 (2024): July
Publisher : Department of Special Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um005v8i2p245

Abstract

Every person has the right to access educational services, considering that education is one of the most important elements of life in society. More specifically, education can be understood as one of the capitals used by individuals to change the order of their lives in the arena of life in various aspects. The paper aims to show the relevance of rehabilitation for persons with disabilities and inclusive education as a way to achieve inclusive development in the future through Universal Design Learning (UDL). UDL ensures the system of education should focus on the right to quality education for every child, especially those with disabilities. The exploration of the benefits of UDL is discussed through the perspectives of psychology and anthropology, sociology, and disability criticism to raise good practices and minimize the challenges that arise regarding UDL implementation. Using a systematic review in analyzing the implementation of UDL for inclusive education through grouping related articles in some countries. The results of the study concluded that UDL is an ideal concept whose implementation needs to be considered and strengthened over time to achieve inclusive development using local context.
Improving Vocabulary Reading Skills with Word Card and Picture Card for Moderate Intellectual Disabilities Subasno, Yohanes; Densi, Consita; Nini, Klemensia
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Luar Biasa Vol 8, No 2 (2021): December
Publisher : Department of Special Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um029v8i22021p17-23

Abstract

Teaching reading functional vocabulary to students with intellectual disability (ID’s) is a challenge for teachers in special schools. They face many obstacles in teaching vocabulary which are caused by various factors, especially student characteristics and learning structures that are less practical and tend to be academic. This study aims to measure the effectiveness of using word cards and picture cards to improve vocabulary reading skills in moderate ID’s students. The type of research applied is single subject research, with multiple baseline across subject designs. The research subjects were two moderately ID’s students in grade 5 and grade 2 SLB-C1 Bhakti Luhur Malang. An instructor and an observer played an important role in this study. The experimental instrument used is Lesson Plan which consists of three units, each teaching two vocabularies. Data analysis is carried out by performing graphical inspections that focus on trend, latency, and level changes. The effectiveness was confirmed by Percentage of All Non-overlapping Data (PAND) in the intervention condition against the baseline-1 condition. The results showed that with the intervention, the target behavior in the form of vocabulary understanding had a trend of grades rising gradually touching a high level of score, and settling at a high level in the baseline-2 condition. The average PAND for subject-1 reached 80.55% (effective), and subject-2 reached 96.67% (very effective)
Meningkatkan Sikap Penerimaan Diri Pada Lansia Di Panti Werdha Tropodo Melalui Kegiatan Kelompok Kecil Evangelisasi Herin, Bergita Layon; Subasno, Yohanes
In Theos : Jurnal Pendidikan dan Theologi Vol. 5 No. 1 (2025): Januari
Publisher : Actual Insight

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56393/intheos.v5i1.2712

Abstract

Lanjut usia atau lansia adalah tahap kehidupan yang dimulai pada usia sekitar 60 tahun ke atas, Secara bilogis penduduk lansia juga adalah penduduk yang mengalami proses penuanaan secara terus menerus. Tahap ini ditandai oleh perubahan fisik, psikologis, dan sosial yang signifikan. Oleh sebab itu aspek yang penting dari kesejahteraan seseorang, terutama di usia lanjut adalah sikap penerimaan diri, Penerimaan diri mengacu pada kemampuan untuk menerima dan mencintai diri sendiri, termasuk kekuatan, kelemahan, dan keterbatasan diri. Penerimaan diri sangat penting bagi lansia karena dapat mempengaruhi kualitas hidup, kebahagiaan dimasa tua mereka. Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui pelaksananan kegiatan kelompok kecil Evangelisasi dapat meningkatkan sikap penerimaan diri lansia di Panti Werdha Bhakti Luhur Tropodo, Sidoarjo Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam sebagai alat utama untuk mengumpulkan data. Jumlah subjek yang digunakakan berjumlah lima orang lansia di Panti Werdha Bhakti Luhur Tropodo. Hasil Penelitian menemukan bahwa Kelompok Kecil Evangelisasi memberikan dampak positif dalam proses penerimaan diri lansia. Kegiatan ini membantu lansia menerima kelemahan dan keterbatasan, meningkatkan rasa percaya diri, serta memberikan dukungan emosional yang penting.
MENJADI AGEN PASTORAL ANTI KORUPSI DALAM KELUARGA Subasno, Yohanes; Kawi, Kasimirus
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 1 No 1 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53544/sapa.v1i1.10

Abstract

Korupsi dapat dikategorikan sebagai tindakan pencurian. Sebagai petugas atau pelayan pastoral berkewajiban memberikan pengajaran dan teladan kepada umat untuk melawan atau bersikap anti terhadap tindakan korupsi. Agen adalah orang atau lembaga yang memiliki peran untuk mendorong terciptanya perubahan sosial secara terencana, yang sekaligus dapat dikatakan sebagai pelaku pastoral. Agen pastoral mendorong terciptanya perubahan sosial secara terencana dengan menggunakan prinsip-prinsip pekerjaan pastoral yang bekerja seturut Injil dan mewujudkannya, yang dimulai dari tingkat keluarga dengan spiritualitas dan moral hidup orang katolik di sepanjang hidupnya. Menjadi agen pastoral anti korupsi dalam keluarga dapat dilakukan dengan teladan hidup yang baik dan benar dari orang tua, panggilan untuk mengikuti hati nurani, dorongan yang kuat untuk berbuat baik, rela berkorban, menjunjung tinggi nilai kejujuran, keadilan dan kebenaran serta tahan diri, menghayati dan mengamalkan ajaran agama dan iman yang benar, bertanggung jawab, mendalami hak dan kewajiban. Ajaran dan keteladanan terhadap tindakan anti korupsi harus dilakukan mulai dari keluarga yang merupakan tempat pertama dan utama dalam pendidikan dan pembinaan anak.
MASALAH DISABILITAS DAN SOSIAL KEMASYARAKATAN DI MALANG RAYA Subasno, Yohanes
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 1 No 2 (2016)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Attention to the issue of disability becomes more intense and widespread in Indonesia proven by a newlaw: Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 about Disabled Persons. The Study Program on Pastoral Ministry in its vision and mission speaks about empowering of persons with special needs by encouraging inclusive life. As a lecturer of Community Based Rehabilitation and working together with Pilar Analisa Indonesia I did a survey on disability and social problems in Malang and its regency from July 22until August 5, 2016 using random sampling. Results of this survey are: (1)Family, neighbours and public view disabled persons ranging from treating them like other persons to unhuman activities like hiding them. (2)The economic conditions of disabled persons are less or poor because of their disability and limited opportunities. (3)Government programs for disabled persons cannot be felt by them. (4)The disability of disabled persons causes that they have low self-esteem and lack of confidence. (5) The availability of special facilities for disabled persons are very rarel found including public transportation accessibilities.
MASALAH DISABILITAS DAN SOSIAL KEMASYARAKATAN: Laporan Hasil Penelitian Survey Kuantitatif bersama Pilar Analisa Indonesia Subasno, Yohanes
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 2 No 1 (2017)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Researcher conducted a survey with Pilar Analisa Indonesia, intending to explore the opinion of the disabled and/or their parents about the problems faced by persons with disabilities from their own perspective in the realm of daily life. The study also explores the understanding of persons with disabilities of some important terms that become standard terminology in discussions of solving rehabilitation issues. This research was conducted in Malang Raya by using Primary Sampling Unit method (Multi-stage Random Sampling). Respondents engaged in research using interviews as a method of data collection were 318 persons. The survey illustrated that persons with disabilities see the four most important issues around their dwellings, i.e expensive cost of goods, difficulty finding employment, health problems and educational issues. Other problems are limitations of physical, communication difficulties, alienated, mental and physical limitations, lack of attention from the government and need of mentoring. The understanding of persons with disabilities to the term of “penyandang disabilitas” is 54.09%, the knowledge of the rights of persons with disabilities reaches 95.00%, the inclusion term is understood only by 16.25%. Persons with disabilities who do not understand law and regulation related to the protection and empowerment of persons with disabilities reached 95.42%.
PERCEPTION OF COMMUNITY VOLUNTEERS TOWARD THE FULFILLMENT OF RIGHTS OF PERSONS WITH DISABILITIES Subasno, Yohanes
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 2 No 2 (2017)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Descriptive research on the perception of community volunteers towards the fulfillment of the rights of persons with disability is a research of public opinion survey, based on the existence of Law No. 8 Year 2016 concerning Persons with Disabilities, and the community praxis associated with the concept of disability inclusive development. The objective of the study is to obtain a description of the community perspective towards the fulfillment of rights of persons with disabilities consisting of components: health, education, livelihood, empowerment and social. The other objective to be achieved is to get information on factors that support positive perspectives and vice versa. The methodology applied to process and analyze research data is combines quantitative and qualitative approaches. Data collection techniques were conducted with questionnaires and interviews. The research was conducted in Kedungkandang Sub Distric of Malang City in 12 urban villages. The sampling method is purposive sampling. A total of 36 community volunteers (community leaders and religious leaders) participated in this research. The results of this research recorded the highest public perception is on the social component with the perception of "good" reached 62.50%. While polarization of positive perception noted that education component place the highest position with the achievement of 76,38%. Factors influencing positive perceptions of the community include government assistance, pro social family attitudes, beliefs, capacity building programs for communities, parent support group of children with disabilities, and the fact that persons with disabilities are able to work. While the factors that contribute to the negative perception of the community are the lack of physical accessibility, incomplete inclusive education implementation, charity attitude of community, and the overprotective attitude of some families that have an impact on dependency.
PERJUMPAAN INTERKULTURAL GURU DAN SISWA UNTUK MENGIKIS BUDAYA TIDAK BERANI BERPENDAPAT Subasno, Yohanes
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 3 No 1 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Setiap bayi dilahirkan dengan tangisan yang mirip bahkan sama, namun akhirnya mereka mengembangkan kecakapan bahasa yang berbeda. Hal itu terjadi karena pengaruh lingkungan dan pendidikan yang diterimanya. Paling mudah mengidentifikasi perbedaan budaya adalah dari bahasanya. Interaksi berbagai budaya kerap dijumpai di masyarakat, termasuk di sekolah-sekolah. Penulis tertarik mempelajari interaksi dua budaya di sekolah, yakni budaya Indonesia Timur yang lebih terbuka, diwakili oleh guru, dan budaya Jawa yang cenderung tidak berani berpendapat dari kalangan siswa. Apakah perjumpaan interkultural guru dan siswa dapat mengikis ketidakberanian berpendapat? Beberapa teori mengemukakan bahwa budaya diwariskan dari generasi ke generasi. Dua polar budaya yang terus diperbincangkan adalah budaya kolektif dan individualis, yang keduanya bertalian erat dengan pemilihan kata dan pembentukan kalimat dalam berkomunikasi. Seorang yang berkomunikasi lebih dari satu bahasa, akan memiliki pola pikir mengikuti bahasa yang sedang digunakannya. Uncertainty management theory menyebutkan, komunikasi seseorang dipengaruhi konsep diri, motivasi berinteraksi, reaksi terhadap orang asing, kategori sosial orang asing, proses situasional, dan koneksi dengan orang asing. Unsur-unsur tersebut mempengaruhi kecemasan, menyebabkan ketidakberanian mengungkapkan pendapat termasuk bertanya. Interaksi interkultural yang terjadi di kelas menempatkan guru sebagai pusat perhatian siswa. Gaya komunikasi yang dipengaruhi oleh budaya aslinya, berpengaruh pada siswa. Timbulah konflik dalam diri siswa: mendengarkan guru sebagai kepatuhan versus guru yang menawarkan gaya lebih bebas berekspresi. Bila proses ini berjalan natural, maka ketidakberanian mengemukakan pendapat akan terkikis. Namun perjumpaan interkultural juga berpotensi menyebabkan miskomunikasi dan salah paham. Jika terus terjadi, dapat mengakibatkan antitesis hipotesa dalam artikel ini.
PROVUS’S DISCREPANCY EVALUATION MODEL PADA PENDIDIKAN INKLUSI Subasno, Yohanes
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 3 No 2 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada jenjang dan satuan apapun, penyelenggaraan pendidikan selalu berkaitan dengan adanya perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Tahapan-tahapan tersebut merupakan bagian elementer dari pengelolaan atau manajemen pendidikan. Ketiganya memiliki keterkaitan satu sama lain, dan bahkan saling tergantung. Bahkan ada yang secara sederhana mengatakan, apabila perencanaan pendidikan dilakukan dengan baik, maka dalam pelaksanaannya pun akan dapat berjalan dengan baik pula, sehingga evaluasi pun akan merepresentasikan hasil yang baik pula. Penulis memberi perhatian pada praktek pendidikan inklusif, yang merupakan model pendidikan untuk memberikan kesempatan sekaligus alternatif pemenuhan hak pendidikan bagi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus. Terlepas dari polemik dan kontroversi yang muncul terkait dengan kemunculan model ini, namun di masyarakat model pendidikan tersebut telah dipraktikkan dengan berbagai versi. Penulis melihat bahwa pendidikan inklusif merupakan salah satu model penyelenggaraan pendidikan yang secara konseptual sangat ideal namun perlu dilakukan evaluasi dalam pelaksanaannya. Evaluasi tersebut menjadi sangat penting untuk memberikan informasi kepada para praktisi pendidikan inklusi, agar dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk keberlangsungan penerapan konsep pendidikan tersebut. Pemilihan model evaluasi yang tepat untuk digunakan dalam konteks penyelenggaraan pendidikan inklusi tidaklah selalu mudah. Hal itu disebabkan oleh karena pendidikan inklusi merupakan model pendidikan yang masih relatif baru. Tulisan jurnal kajian ini, memilih Discrepancy Model Evaluation dengan tujuan yang sangat umum, yakni bermaksud membandingkan antara konsep inklusi sebagai suatu model pendidikan yang ideal, dengan kenyataan yang telah dilakukan oleh para praktisi pendidikan inklusi, yang meng-enrole siswa berkebutuhan khusus ke dalam kelas reguler. Sebagai sebuah kajian, maka tulisan ini bersifat asumtif dan sangat terbuka untuk memperoleh berbagai masukan bahkan sanggahan, apabila dari sudut pandang yang tertentu dianggap tidak relevan atau tidak memiliki relevansi ilmiah.
MENYIKAPI PEBELAJAR MULTI-ENTRY: Kerangka Teoretik Pembelajaran Andragogi Berbasis Multiple Intelligence Subasno, Yohanes
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral Vol 4 No 1 (2019)
Publisher : Sekolah Tinggi Pastoral IPI Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dosen sering berhadapan dengan persoalan heterogenitas pebelajar, yang meliputi perbedaan suku, bahasa, latar pendidikan, kapasitas intelegensi, kepribadian, dan lain-lain. Sering, para dosen hanya memperhatikan satu aspek yaitu kapasitas intelegensi, yang merupakan hasil pengukuran psikologis yang diwakili dengan skor IQ. Tujuan artikel ini adalah untuk menelaah persoalan kesenjangan kualitas pendidikan dan implikasinya pada perguruan tinggi dari sisi kerangka teori psikologi pendidikan dan memberi alternatif jalan keluar untuk mengatasi persoalan yang dihadapi dosen dalam menghadapi pebelajar multi-entry. Kerangka teori yang digunakan dalam artikel ini meliputi (1) Pendidikan orang dewasa (andragogi); (2) Multiple Intelegensi, Riset dan Buah Pikiran Gardner; (3) Empat model pembelajaran yang terdiri dari humanistik, kognitif, konstruktivistis, dan behavioristik. Latar belakang dan kerangka teori yang dibangun, dapat mendasari gagasan konseptual guna menyikapi pebelajar yang multi-entry. Skor IQ yang lebih rendah dan lebih tinggi adalah fakta. Namun akan lebih berguna bagi dosen untuk memikirkan model pembelajaran yang sesuai bagi mereka, agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, setiap individu dapat diperhatikan, dan tujuan dari pendidikan dapat tercapai. Saran yang dapat dipertimbangkan untuk menyikapi pebelajar multi-entry adalah: (1) Berprinsip pada konsep andragogi, (2) Tidak menjadikan test IQ sebagai satu-satunya tolak ukur dalam menilai kemampuan mahasiswa, (3) Sosialisasi dan mendalami Konsep Multiple Intelligence, dan (4) Menerapkan Model-model Pembelajaran secara komprehensif dalam proses perkuliahan. Selain keempat hal tersebut, diperlukan sikap open-minded atas perkembangan zaman yang sangat pesat, ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi.