Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Karakteristik Fisika Tanah Pada Beberapa Lahan Budidaya Tanaman Hortikultura Lahan Marginal Mansyur, Nur Indah; Antonius, Antonius; Titing, Deny
JURNAL PERTANIAN Vol 14, No 2 (2023): jurnal Ilmiah Respati
Publisher : Universitas Respati Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52643/jir.v14i2.3779

Abstract

Pertumbuhan dan produksi tanaman hortikultura sangat dipengaruhi oleh kesuburan tanah. Pada daerah dengan suhu dan curah hujan tinggi seperti Tarakan, umumnya lahan untuk budidaya hortikultura memiliki kesuburan kimia dan biologi tanah yang rendah. Peranan kesuburan tanah dalam mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman hortikultura merupakan satu kesatuan dari peranan sifat sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik fisika tanah pada beberapa lahan budidaya hortikultura sebagai arahan pengelolaan  kesuburan tanah di Tarakan. Merupakan penelitian non eksperimen, menggunakan metode survey dengan objek utama penelitian adalah sifat fisik tanah. Data penelitian kualitatif dan kuantitaif yang diperoleh dideskripsikan berdasarkan kriteria sifat fisika tanah. Hasil penelitian  menunjukkan bahwa tekstur tanah pada semua lahan budidaya hortikultura di dominasi oleh lempung berpasir, nilai BJ antara 1.50-2.08 g/cm3 BV antara 1.23-1.76 g/cm3, porositas tanah antara 6.20%-18.82%, kelas permeabilitas tanah tergolong lambat dan agak lambat (0,31 dan 1,77 cm/jam).Kata Kunci : Tektur tanah, porositas, permeabilitas, hortikultura
Tingkat Bahaya Erosi Berbasis USLE, MUSLE, dan RUSLE dengan Penerapan SIG pada Lahan Pertanian di Provinsi Kalimantan Utara: Erosion Danger Levels Based on USLE, MUSLE, and RUSLE Models Using GIS Application on Agricultural Land in North Kalimantan Province Titing, Deny; Mansyur, Nur Indah; Pudjiwati, Eko Hary
Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan Vol. 13 No. 2 (2025): Perbal: Jurnal Pertanian Berkelanjutan
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/perbal.v13i2.6370

Abstract

Erosi tanah merupakan salah satu permasalahan utama dalam pengelolaan lahan pertanian, terutama di wilayah dengan topografi kompleks seperti Provinsi Kalimantan Utara. Aktivitas pertanian yang tidak diimbangi dengan praktik konservasi tanah yang baik dapat meningkatkan risiko kehilangan lapisan tanah atas yang subur. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memetakan tingkat bahaya erosi pada berbagai jenis tutupan lahan pertanian dengan pendekatan tiga model empiris utama: Universal Soil Loss Equation (USLE), Modified USLE (MUSLE), dan Revised USLE (RUSLE). Ketiga model ini diterapkan dengan dukungan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk menghasilkan distribusi spasial laju erosi secara akurat. USLE menghitung kehilangan tanah tahunan berdasarkan faktor-faktor seperti intensitas curah hujan, erodibilitas tanah, panjang dan kemiringan lereng, tutupan lahan, serta praktik konservasi. MUSLE memperhitungkan volume limpasan permukaan, sementara RUSLE menyempurnakan faktor-faktor curah hujan dan penutup lahan. Hasil analisis menunjukkan bahwa lahan kering pada lereng curam yang dikelola tanpa konservasi memiliki tingkat erosi tertinggi. Sebaliknya, lahan sawah dan lahan rawa menunjukkan tingkat erosi sangat rendah, terutama karena sistem irigasi dan kondisi permukaan tanah yang lebih stabil. Soil erosion is one of the major challenges in agricultural land management, especially in areas with complex topography such as North Kalimantan Province. Agricultural activities that are not supported by proper soil conservation practices can lead to significant loss of the fertile topsoil layer. This study aims to identify and map the level of erosion risk across various types of agricultural land cover using three main empirical models: the Universal Soil Loss Equation (USLE), the Modified USLE (MUSLE), and the Revised USLE (RUSLE). These models are applied with the support of Geographic Information Systems (GIS) to produce accurate spatial distributions of erosion rates. The USLE model estimates annual soil loss based on factors such as rainfall intensity, soil erodibility, slope length and steepness, land cover, and conservation practices. The MUSLE model incorporates surface runoff volume into its calculations, while the RUSLE model refines the rainfall and land cover factors. The analysis reveals that the highest erosion rates occur on dry agricultural lands located on steep slopes with minimal conservation measures. In contrast, paddy fields and swamp lands tend to exhibit very low erosion rates, largely due to the presence of irrigation systems and more stable soil surface conditions.
Quality Assessment and Comparative Analysis of Malinau Coffee Among Indonesian Specialty Coffees Sutrisno, Adi; Wahyuni, Etty; Santoso, Dwi; Agang, Mohammad Wahyu; Titing, Deny; Kusnadi, Erwan; Hartono, Tjahjo Tri; Sayaza, Mas Davino; Novita, Elida; Pramulya, Rahmat; Rahmah, Devi Maulida
Jurnal Teknik Pertanian Lampung (Journal of Agricultural Engineering) Vol. 14 No. 3 (2025): June 2025
Publisher : The University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jtep-l.v14i3.812-822

Abstract

Malinau Robusta coffee demonstrates untapped potential within the specialty coffee market. This study aims to evaluate the quality of Malinau coffee comprehensively and benchmark it against prominent specialty coffees such as Gayo, Toraja, and Kintamani. A descriptive quantitative method was employed to analyze critical parameters including caffeine content, moisture level, defect value, impurity level, grain size, and flavor profile. Coffee samples were gained from nine coffee-producing villages in Malinau Regency, involving 28 farmers covering 190 ha of coffee plantations. The results identified distinct strengths of Malinau coffee, notably its low moisture level (10.2%) and high caffeine content (1.94%) among the samples, offering a strong and intense flavor profile including chocolatey, a bitter aftertaste, and fruity undertones. Challenges for Malinau coffee includes high defect value (65.7/300 g) and impurity level (0.6%), which undermine its marketability in premium segments. To bring Malinau coffee up to par with other established specialty coffees, improvements in post harvest handling are needed, particularly sorting, quality control and consistent processes methods. By adopting innovative cultivation and processing, Malinau coffee holds strong potential as a competitor of specialty coffee, both for domestic and global markets while highlighting its unique regional identity. Keywords: Malinau coffee, North Kalimantan, Quality improvement, Robusta, Specialty coffee.