Abstract: This paper aims to explain the tradition of Sedekah Laut or Nadran practiced by the people of Teluk Village, Labuan Subdistrict, Pandeglang Regency, Banten. The maritime community's belief in the ruler of the sea has been rooted from the past to the present. Tradition as a culture characterizes the locality of Indonesian society. In Java, more or less animist and dynamist cultures were influenced by Hindu-Buddhism, by the beliefs of the predecessors of Javanese society. People believe in invisible forces that can affect their lives. Coastal communities believe in the existence of sea rulers who have given them a catch of fish, so the tradition of sea alms develops as a form of gratitude for the catch given by the sea. This article uses a descriptive qualitative method with a historical approach. As a local history with oral tradition sources, primary sources were obtained through in-depth interviews with resource informants in Teluk Village, and previous research relevant to the research theme was used as secondary sources. The results show that the Sedekah Laut tradition is brought by the influence of the arrival of migrants from the coast of Java to Teluk Village. This Sedekah Laut tradition is carried out by the fishermen community and their descendants who come from Java. Normally, the implementation of Sedekah Laut is carried out annually, but due to various factors, the tradition is held annually.Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tradisi sedekah laut atau Nadran yang dilakukan oleh masyarakat Desa Teluk Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Kepercayaan masyarakat maritim terhadap penguasa laut telah mengakar dari dahulu hingga saat ini. Tradisi sebagai suatu kebudayaan, menjadi ciri lokalitas masyarakat Indonesia. Di Jawa, sedikit banyaknya kebudayaan yang bermuatan animisme dan dinamisme yang dipengaruhi oleh Hindu-Budha, sesuai dengan kepercayaan pendahulu masyarakat Jawa. Sebagaimana masyarakat percaya meyakini terhadap kekuatan yang tak kasat mata, yang dapat mempengaruhi hidup mereka. Masyarakat pesisir mempercayai adanya penguasa laut yang telah memberikan mereka hasil tangkapan ikan, sehingga berkembang tradisi sedekah laut sebagai bentuk rasa syukur masyarakat pesisir atas hasil tangkapan yang diberikan oleh laut. Penulisan Artikel ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan sejarah. Sebagai kajian sejarah lokal dengan sumber tradisi lisan, sumber primer diperoleh melalui wawancara mendalam dengan narasumber di Desa Teluk, dan penelitian terdahulu yang relevan dengan tema penelitian digunakan sebagai sumber sekunder. Hasil penelitian menunjukan bahwa tradisi sedekah laut merupakan tradisi yang dibawa atas pengaruh kedatangan para pendatang yang berasal dari pesisir pantai Jawa ke Desa Teluk. Tradisi sedekah laut ini dijalankan oleh masyarakat nelayan dan keturunannya yang berasal dari Jawa. Lazimnya pelaksanaan sedekah laut dilakukan setiap tahun, namun karena berbagai faktor seperti kesulitan ekonomi pada kalangan nelayan dan adanya pertentangan pendapat dari masyarakat eksternal membuat tradisi sedekah laut tidak dilaksanakan setiap tahun. Hingga saat ini tradisi sedekah laut masih tetap dilaksanakan, meskipun intensitasnya berkurang dan adanya perubahan dalam pelaksanaanya.