Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Perspektif Konseling Pastoral Dalam Menghadapi Rasa Insecure Siswa Remaja Usia 15-18 Tahun Silalahi, Edwin Goklas; Hasibuan, Nelson; Ampinia R. W. Rohy; Ruth Judica Siahaan; Junardi Seleleubaja
Vox Dei: Jurnal Teologi dan Pastoral Vol 5 No 2 (2024): Desember 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Ekumene Jakarta.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46408/vxd.v5i2.471

Abstract

This study aims to explore the perspective of pastoral counseling in dealing with adolescents aged 15-18 years who experience insecurity, which can potentially affect their mental growth in the school environment. This research method uses a qualitative method with a library research approach. The study in the article covers several important aspects, including the description of insecurity in adolescents, the challenges faced in mental growth in that age range, the impact of unstable mental growth, the role of pastoral counseling in overcoming feelings of insecurity experienced by adolescents, and pastoral counseling strategies that can be applied. In the social and psychological context of adolescents, insecurity can be one of the complex problems and has a significant impact on their mental well-being. This study provides in-depth insights into the important role of pastoral counseling in helping adolescent students overcome insecurity and strengthen the mental development of adolescent students. The pastoral counseling perspective recognizes the importance of the spiritual dimension in adolescent life. Through this approach, pastoral counseling is able to help adolescents explore their values, beliefs, and meaning in life. They can also develop healthy coping skills, improve self-understanding, and create solid relationships with themselves and interaction relationships with others. Pastoral mentoring can provide youth with a safe space to talk about their concerns, feel heard, and gain a deep understanding of their identities and values.
Membangun Pendidikan Agama Kristen Inklusif Untuk Anak Usia Dini: Menghargai Keberagaman Dan Mendorong Toleransi Silalahi, Edwin Goklas; Simbolon, Titus Tunggul; Siahaan, Velino; Hendrik, Xaves
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 7, No 2 (2025): Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) - Agustus 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59177/veritas.v7i2.398

Abstract

Christian religious education in Indonesia plays a significant role in shaping children's character and spiritual values from an early age. However, in an increasingly diverse society, Christian religious education faces major challenges in adopting an inclusive approach. This article explores how inclusive Christian religious education for early childhood can promote respect for diversity and encourage tolerance. Through a literature review, this study identifies key principles that can be applied to the Christian religious education curriculum to foster mutual respect and facilitate interfaith dialogue. It also examines the challenges of implementing inclusive Christian education and explores possible solutions. The findings suggest that Christian Religious Education (CRE) should be delivered in an inclusive manner—teaching the love of Christ while nurturing openness toward differences. These values are integrated into the curriculum through learning objectives that emphasize love and respect for others, materials that include Bible stories highlighting love and acceptance, and assessments that evaluate children’s tolerance in daily interactions. Respect for diversity is consistently instilled through the habituation of respectful behavior, the use of relevant Bible stories, and classroom activities that promote cooperation and empathy. One example of such practice is the “Circle of Love” method, in which children are encouraged to say one positive thing about a friend each week. This activity helps nurture respect and love amidst differences.AbstrakPendidikan agama Kristen di Indonesia memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan nilai-nilai spiritual khususnya bagi anak sejak usia dini. Namun di tengah masyarakat yang semakin beragam, pendidikan agama Kristen menghadapi tantangan besar dalam menghadirkan pendekatan yang inklusif. Artikel ini membahas bagaimana pendidikan agama Kristen inklusif untuk anak usia dini dapat mengedepankan penghargaan terhadap keberagaman dan mendorong toleransi. Melalui tinjauan pustaka, penelitian ini mengidentifikasi prinsip-prinsip dasar yang dapat diterapkan dalam kurikulum pendidikan agama Kristen untuk memupuk sikap saling menghormati dan menciptakan dialog antar umat beragama, serta tantangan yang dihadapi dalam implementasi pendidikan agama Kristen yang inklusif serta solusi yang dapat diterapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PAK harus disampaikan secara inklusif mengajarkan kasih Kristus sekaligus membentuk sikap terbuka terhadap perbedaan. Nilai-nilai diintegrasikan ke dalam kurikulum, melalui: Tujuan pembelajaran yang menekankan cinta kasih dan sikap menghormati sesama, materi yang mencakup cerita-cerita Alkitab tentang kasih dan penerimaan, dan evaluasi yang menilai sikap toleran anak dalam praktek sehari-hari. Penghargaan terhadap perbedaan ditanamkan secara konsisten melalui: Pembiasaan sikap saling menghargai berupa, cerita Alkitab yang relevan, kegiatan kelas yang melibatkan kerja sama dan empati. Contoh praktik di kelas menggunakan metode “Lingkaran Kasih”: anak-anak menyebutkan satu kebaikan dari temannya setiap minggu. Kegiatan ini menumbuhkan rasa hormat dan kasih dalam perbedaan.
Tubuhmu Adalah Bait Roh Kudus: Pendidikan Seks Terhadap Anak Usia Dini Suardin Zai; Novalina, Martina; Kusumo, Yusuf Setiawan Sudarso; Silalahi, Edwin Goklas; Marampa, Elieser R
Jurnal Silih Asah Vol. 1 No. 2 (2024): Agustus : Jurnal Silih Asah
Publisher : LPPM - STT Kadesi Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54765/silihasah.v1i2.57

Abstract

Maraknya pelecehan seksual pada anak menjadi fenomena yang memprihatinkan. Beberapa dampak pelecehan seksual mengakibatkan masa depan anak menjadi suram. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman serta implikasi dari teks 1 korintus 6:19a sehingga pembaca mengambil bagian dalam memberikan edukasi kepada anak untuk menjaga dan menghindari dirinya dari kasus pelecehan seksual. Metode penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif melalui metode studi Pustaka. Hasil yang didapat adalah pendidikan tentang seks dapat diberikan kepada anak usia dini dengan memahami makna tubuhmu adalah bait roh kudus di dalam 1 korintus 6:19a. Oleh karena itu, diperlukan perhatian yang lebih terhadap anak-anak, tidak hanya secara jasmani tetapi juga rohaninya. Pendampingan orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam penerapan Pendidikan seks. Keselamatan jiwa anak merupakan tanggung jawab besar yang harus diwujudnyatakan agar anak dapat sejahtera dalam masa perkembangan dan pertumbuhannya, terutama dalam pertumbuhan kerohaniannya.
Peran Guru PAK dalam Mengemban Missio Dei di Zaman Post-modern Melalui Pembelajaran PAK di Sekolah Hasibuan, Nelson; Sitorus, Johnson; Rohy, Ampinia Rahap Wanyi; Silalahi, Edwin Goklas
Regula Fidei : Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol 8, No 2: September 2023
Publisher : Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan, Universitas Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33541/rfidei.v8i2.205

Abstract

Adapun tujuan dalam artikel ini adalah untuk memberikan pemahaman yang komprehensif terkait bagaimana peran guru PAK dalam mengemban Missio Dei di zaman post-modern melalui pembelajaran PAK di sekolah. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah kualitatif deskriptif pendekatan studi kepustakaan; melalui jurnal-jurnal dan buku-buku yang bereputasi baik. Sementara itu, hasil temuan dalam penelitian ini adalah peran guru PAK dalam misio dei di sekolah; pertama, pendidik mengutamakan otoritas Alkitab di sekolah. Guru PAK harus mengajarkan bahwa Alkitab adalah sumber moralitas, iman, dan aspek kehidupan lainnya. Kedua, pendidik memperkenalkan pribadi Tuhan Yesus Kristus di sekolah. Karena Yesus adalah jalan, kebenaran, dan hidup, orang dapat memperoleh pengenalan yang benar tentang pribadi dan karya Allah (Yohanes 1:18; 14:6). Pendidik akan dapat lebih memahami kehendak Allah. Pendidik yang merasa terpanggil harus terlibat dalam proses PAK, yaitu memiliki keterpanggilan untuk mewujudkan tanda-tanda kerajaan Tuhan dalam kehidupan pribadinya atau dalam sekolah harus mengajarkan hal tersebut di zaman post-modern.