Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN OSTEOARTHRITIS LUTUT DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT PERTAMEDIKA UMMI ROSNATI KOTA BANDA ACEH Salsabilla, Nadya; Cahyadi, Edy; Siswanto, Eko
Jurnal Sains Riset Vol 14, No 2 (2024): September 2024
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Jabal Ghafur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47647/jsr.v13i2.2623

Abstract

Osteoarthritis (OA) adalah penyakit degeneratif yang ditandai dengan terjadinya penyempitan ruang sendi dan kerusakan pada sendi tulang rawan artikular. Osteoarthritis paling umum terjadi diatas umur 60 tahun sehingga dapat menjadi penyebab kecacatan, terutama pada lansia dengan BMI berlebih. Peningkatan BMI disertai bertambahnya usia dapat menimbulkan pergeseran sendi dan meningkatkan risiko lebih besar mengalami kerusakan tulang rawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan obesitas dengan kejadian osteoarthritis lutut di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Pertamedika Ummi Rosnati Kota Banda Aceh. Pada penelitian ini menggunakan studi observasional analitik dengan pendekatan cross sectional melalui wawancara dan pengukuran BMI dari hasil diagnosis Dokter Penanggung Jawab Pelayanan pada pasien Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Pertamedika Ummi Rosnati Kota Banda Aceh. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 80 pasien di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Pertamedika Ummi Rosnati Kota Banda Aceh.Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan kejadian osteoarthritis lutut didapatkan nilai p = 0.000 dengan nilai p-value 0.05. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara obesitas dengan kejadian osteoarthritis lutut di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Pertamedika Ummi Rosnati Kota Banda Aceh.
Penyakit Uretritis Gonore Di Rumah Sakit Bintang Amin Bandar Lampung Periode Bulan Mei - Juni 2023 Aryawati, Wayan; Salsabilla, Nadya; Ayu L, Dwi; Ayu, Dyah; Aryani, Farida; Natalia, Betseba; Nabila, Nia; Suti, Shasabila
Jurnal Ilmiah Manusia Dan Kesehatan Vol. 7 No. 1 (2024): Jurnal Ilmiah MANUSIA DAN KESEHATAN
Publisher : FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31850/makes.v7i1.2458

Abstract

ABSTRAK IMS merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan utama di seluruh dunia. WHO melaporkan di seluruh dunia 6000 orang terinfeksi HIV setiap hari, 340 juta IMS terjadi setiap tahun dan terdapat lebih kurang 30 jenis mikroba yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Menurut WHO, Uretritis gonore (gonorrhea) merupakan masalah kesehatan yang sangat penting karena merupakan masalah kesehatan lingkungan yang sangat penting. Penyakit ini ditransmisikan terutama melalui hubungan seksual dengan partner yang terinfeksi. WHO memperkirakan bahwa tidak kurang dari 25 juta kasus baru ditemukan setiap tahun di seluruh dunia.2,3 Di dunia, Gonore merupakan IMS yang paling sering terjadi sepanjang abad ke 20, dengan perkiraan 200 juta kasus baru yang terjadi tiap tahunnya. Tujuan Penelian ini yaitu untuk mengetahui kejadian tentang Penyakit Uretritis Gonore Di Rumah Sakit Bintang Amin Bandar Lampung Jenis penelitian ini deskriptif retrospektif dari rekam medis (RM) penyakit menular seksual pasien dengan UG di RS Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung. Populasi mencakup seluruh pasien yang datang berobat ke RS Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung pada tahun 2023. Sampel yaitu semua pasien yang menderita UG berjumlah 10 pasien. Hasil penelitian menunjukkan yang berusia paling banyak yaitu 40 tahun dan 45 tahun (20,0%), yang berjenis kelamin laki-laki (70,0%) dan perempuan (30,0%), Status perkawinan yang sudah menikah (70,0%) dan yang belum menikah (30,0%). Status pekerjaan yaitu IRT (20,0%) dan Karyawan Toko (20,0%), Keluhan Pasien yaitu kencing nanah (40,0%) dan kencing sedikit dan gatal (10,0%), pasangan seksual pasien terbanyak adalah berganti-ganti atau lebih dari 1 pasangan (40%). Kata Kunci: Uretritis Gonore; Gonorrhea; IMS; Penyakit Menular
Internal Factors Associated with the Tendency of Lesbians in Women's Correctional Institutions in Bandar Lampung in 2024 Salsabilla, Nadya; Aryawati, Wayan; Aryastuti, Nurul; Bustami, Anita; Setiawati, Octa Reni
Jurnal Ners Vol. 9 No. 2 (2025): APRIL 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jn.v9i2.43060

Abstract

Lesbianism refers to women who are physically, emotionally, spiritually, and sexually attracted to other women. Indonesia ranks as the fifth-largest country in the world contributing to the spread of LGBT (lesbian, gay, bisexual, and transgender) populations, following China, India, Europe, and America. Independent survey institutions, both domestic and international, estimate that 3% of Indonesia's total population identifies as LGBT. This equates to approximately 7.5 million individuals, meaning that in a gathering of 100 people, around three may be LGBT. This phenomenon is also observed in confined environments such as women's correctional institutions, where internal factors may influence the tendency toward lesbianism. This study aims to analyze internal factors associated with the tendency toward lesbianism in the Class IIA Way Hui Women's Correctional Institution in Bandar Lampung. This research employs a descriptive-analytical approach with a cross-sectional study design. The population consists of 182 female inmates, selected using a total sampling technique. Data were collected through a questionnaire and analyzed using univariate (frequency distribution), bivariate (chi-square test), and multivariate (multiple logistic regression) analyses. Results The study found that 36 respondents (19.8%) exhibited a tendency toward lesbianism. Psychological problems were reported by 37 respondents (20.3%), while 145 (79.7%) did not experience such issues. Additionally, 74 respondents (40.7%) had biological factors contributing to their behavior, whereas 108 (59.3%) did not. Educational background also played a role, with 102 respondents (56.0%) having lower education levels and 80 (45.5%) having higher education. Furthermore, 77 respondents (42.3%) had experienced traumatic or negative past events, while 105 (57.7%) had not. Age was also analyzed, with 117 respondents (64.3%) considered at-risk and 65 (35.7%) not at-risk. Statistical analysis revealed significant associations between lesbian tendencies and physical factors (p-value = 0.000), psychological factors (p-value = 0.026), past experiences (p-value = 0.000), and education (p-value = 0.000). However, no significant relationship was found between age and lesbian tendencies (p-value = 0.091). The most dominant influencing factor was physical factors (p-value = 0.003, OR = 4.010). Conclusion Internal factors, particularly physical and psychological aspects, play a dominant role in the tendency toward lesbianism in correctional institutions. Therefore, it is recommended that the Bandar Lampung Women's Correctional Institution enhance educational, counseling, religious, and therapy programs focusing on prevention and psychological well-being.
A Case Study of The Finger Grip Relaxation Intervention on Lowering Pain Scale in Appendicitis Patients Safariyah, Erna; Salsabilla, Nadya; Setiawan, Henri
International Journal of Nursing and Health Services (IJNHS) Vol. 5 No. 5 (2022): International Journal of Nursing and Health Services (IJHNS)
Publisher : Alta Dharma Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35654/ijnhs.v5i5.628

Abstract

Background: Pain is the most common symptom that is often found in patients with appendicitis. One of the non-pharmacological interventions that can do to treat pain is Finger Grip Relaxation. Objective: This case study is to describe the finger grip relaxation technique intervention to reduce pain in appendicitis patients. Methods: This study uses a case study design with an evidence-based practice implementation approach focusing on nursing interventions. The research was conducted at the BLUD RSU Banjar City on 27-31 May 2022. The participant in this study was Mrs.C, a 35-year-old female who complained of right lower abdominal pain. The process of assessing and establishing a diagnosis focused on the main problem. Objective and subjective data become a reference for periodic evaluation of nursing implementation. The instrument used is a numeric rating scale. Results: the patient acknowledged that the pain decreased after the finger grip relaxation intervention. Conclusion: Finger grip relaxation intervention should be suspected to be effective in reducing pain in appendicitis patients, as evidenced by the subjective patient. Theoretically, this research does not conflict with previous research, so it can be a reference in future research. Recommendation: Clinically, finger grip relaxations can be an alternative intervention to reduce pain in patients with chronic diseases such as appendicitis in hospitals and health centers
FAKTOR PEMICU PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA WARGABINAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II BANDAR LAMPUNG TAHUN 2024 Samino, Samino; Angelina, Christin; Lestari, Dwi Ayu; Pramasasti, Dyah Ayu Siti Utari; Salsabilla, Nadya
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 2 (2024): Volume 5 No. 2 Tahun 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v5i2.27393

Abstract

Penelitian ini menarik kesimpulan dari data yang diperoleh bahwa mayoritas responden berusia 20 tahun dengan sebanyak 5 (13.5%) orang, pekerjaan terakhir yang paling umum adalah sebagai LC/pemandu lagu dengan 12 (32.4%) responden, dan pendidikan tertinggi adalah jenjang SMP/Sederajat yang diikuti oleh 18 (48.6%) responden. Mayoritas responden adalah berstatus janda atau belum menikah, mencapai 15 (40.5%) orang, dan memiliki pendapatan bulanan di atas atau sama dengan 500.000 rupiah, yaitu sebanyak 21 (56.8%) orang. Sebanyak 26 (70.3%) responden mendapatkan narkoba dari teman. Penggunaan narkoba paling umum terjadi dalam kapasitas yang jarang, yaitu 1-3 bulan, dengan 21 (56.8%) responden. Mayoritas keluarga responden merasa kurang mendapatkan kasih sayang, sedangkan mayoritas individu merasa lebih mudah memasuki sebuah komunitas atau kelompok baru setelah menggunakan NAPZA. Selain itu, terdapat perbedaan signifikan antara pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi dengan nilai sebesar 0.000.