Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Analisis Semiotika Sijagaron Adat Saur Matua Dalam Budaya Batak Toba Sianipar, Ribka; Siregar, Junifer; Saragih, Vita Riahni; Tambunan, Marlina Agkris; Silitonga, Immanuel Doclas Belmondo
Jurnal Pendidikan, Sains Sosial, dan Agama Vol. 10 No. 2 (2024): Jurnal Pendidikan, Sains Sosial, dan Agama
Publisher : STABN RADEN WIJAYA WONOGIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53565/pssa.v10i2.2022

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Analisis Semiotika Sijagaron Adat Saur Matua Dalam Budaya Batak Toba. Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun. Sebagai tempat penelitian karena di daerah tersebut masih melakukan tradisi sijagaron dalam adat saur matua.Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan tentang kajian semiotika sijagaron adat saur matua dalam budaya Batak Toba, maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut:Melalui pendekatan analisis semiotika terhadap sijagaron dalam upacara adat saur matua pada masyarakat Batak Toba, dapat disimpulkan bahwa sijagaron memiliki makna simbolik yang sangat kuat dalam struktur sosial dan spiritual masyarakat Batak Toba. Setiap unsur dalam sijagaron baik itu bentuk, susunan, warna, maupun cara penyajiannya mengandung pesan budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Perspektif semiotika, sijagaron tidak hanya berfungsi sebagai sajian makanan, tetapi juga sebagai tanda yang merepresentasikan status sosial orang yang meninggal, hubungan kekerabatan, serta penghormatan kepada leluhur dan Tuhan Yang Maha Esa. Tradisi sijagaron memperlihatkan bagaimana masyarakat Batak Toba menjaga identitas budaya mereka melalui simbol-simbol dalam ritual adat, meskipun mengalami tantangan modernisasi dan globalisasi. Penggunaan teori semiotika menurut Charles Sanders Peirce pada upacara sijagaron saur matua dalam budaya Batak Toba mengandung makna mendalam yang dapat dianalisis melalui ikon tampak pada pakaian adat dan posisi duduk yang mencerminkan struktur sosial, indeks terlihat dari tangisan dan pemberian ulos sebagai tanda kasih, sementara simbol dalam istilah ialah ucapan, dan ritual adat yang dimaknai secara budaya. Upacara ini bukan sekadar seremoni, melainkan cerminan nilai dan identitas Batak
MELATIH KETERAMPILAN BERBAHASA MELALUI KKH Sirait, Jumaria; Sitorus, Esther; Purba, Johannes Riscy; Tampubolon, Novitasari; Simanjuntak, Lasmaria; Sianipar, Ribka
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 5 No. 4 (2024): Volume 5 No. 4 Tahun 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v5i4.33090

Abstract

Elim merupakan sebuah oase atau oasis, yakni sebuah daerah di padang pasir yang berair cukup untuk tumbuhan dan permukiman manusia. Kaitan kata Elim dengan Panti Asuhan Elim (PA) HKBP adalah tempat yang tetap konsisten dalam mendampingi anak-anak yatim piatu, fakir miskin dan anak-anak terlantar. Anak-anak dengan latar belakang yang beragam, telah mengecap pengasuhan dan pendampingan di PA Elim HKBP. PA Elim HKBP sebuah lembaga gereja yang missioner dalam terang Missio Dei bagi dunia yang membutuhkan kasih melalui pelayanan dan penebusan oleh Tuhan Yesus Kristus, Raja dan Juru selamat umat manusia.Anak-anak PA Elim berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda, terutama dari usia dan jenis kelamin. Berdasarkan faktor usia ditemukan anak-anak berusia balita, SD, SMP, SMA sederajat, bahkan sedang kuliah. Jumlah anak PA Elim saat ini 57 orang. Kepada mereka semua dilakukan pendampingan penguatan psikologis secara internal dan eksternal guna menguatkan performance mereka sebagai individu yang bukan diasuh orangtuanya secara normal. Demikian halnya tenaga pengasuh PA Elim masih terbatas dalam kuantitas dan kualitas pendidikan untuk mengasuh anak-anak yang berasal dari kultur keluarga secara umum bermasalah dalam hubungan orang tua dengan anak bahkan diterlantarkan oleh keluarga. Kondisi ini berpengaruh pada kondisi mental dan peradaban anak-anak PA Elim, masa sulit mendapatkan kasih sayang yang utuh sehari-hari sebagai dukungan orangtua kepada anak-anaknya untuk meraih pendidikannya. Oleh sebab itu, sangat perlu dukungan moral, pendampingan penguatan emosional, semangat hidup penuh, kasih yang tulus dalam meraih pendidikannya, dan tentu juga finansial. Inilah alasan mendasar dosen bersama mahasiswa melaksanakan kegiatan PkM di PA Elim.Tujuan PkM dilaksanakan di PA Elim adalah membantu proses pembelajaran bahasa anak-anak menuju terampil berbahasa. Kegiatan PkM fokus melatih anak-anak TK-SD sejumlah 22 orang untuk terampil berbahasa melalui Kartu-Kartu Huruf KKH). Kegiatan ini berkaitan dengan MBKM dan IKU PT Dosen bersama mahasiswa berkegiatan di luar kampus (DKL). Kesimpulan hasil PkM adalah : (1) Keterampilan berbahasa Indonesia TK dan SD dapat dilakukan dengan pengenalan huruf yang menggunakan media KKH; (2) Pembelajaran Bahasa Indonesia TK dan SD dilakukan secara terpadu dan tematik; (3) Tes yang digunakan dalam PkM adalah mengenal jumlah huruf melalui media KKH dan kemampuan memadukan huruf menjadi kata dengan hasil rata-rata 69 berada pada kategori cukup, 2 orang peserta pelatihan (18,18%) kategori baik; 14 orang peserta pelatihan (63,63%) kategori cukup; 2 orang peserta pelatihan (9,09%) kategori sedang; 2 orang peserta pelatihan (9,09%) kategori kurang..