Skizoafektif merupakan penyakit kejiwaan dengan gejala psikotik (tidak mampu membedakan khayalan dan realita) yang menetap, meliputi halusinasi atau delusi, yang terjadi bersamaan dengan gangguan mood yang terbagi dalam episode depresi, manik, maupun campuran. Permasalahan utama pada pasien skizoafektif adalah perilaku kekerasan yang bisa membahayakan diri sendiri, orang lain, serta lingkungan sekitar. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan penatalaksanaan kasus risiko perilaku kekerasan pada pasien skizoafektif. Metode yang diterapkan dalam artikel ini yaitu laporan kasus. Kasus yang diangkat laki-laki berusia 34 tahun dengan tanda gejala gelisah, terlihat tegang, pandangan tajam, mengatakan orang-orang tidak suka padanya dan mengatakan bahwa ia juga tidak menyukai saudaranya karena sering mengganggunya, ketika bercerita tentang saudaranya nada suara meninggi, tangan menunjuk-nunjuk pada sembarang arah, sesekali mengepal beberapa saat. Pasien diberikan intervensi keperawatan membantu pasien dalam mengenali penyebab, tanda gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, dan konsekuensi dari perilaku kekerasan tersebut, tarik nafas dalam atau melakukan kegiatan yang pasien suka, intervensi spiritual dengan berdzikir, dan pendekatan verbal dengan mengungkapkan, meminta, dan menolak sesuatu dengan cara yang benar. Setelah dilakukan intervensi selama 7 kali pertemuan di ruangan, adanya beberapa perubahan perilaku pada pasien sehingga disimpulkan adanya penurunan terjadinya risiko perilaku kekerasan dan pasien mampu untuk mengontrol perasaannya