Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ANALISIS FAKTOR DETERMINAN STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS PILOLODAA KOTA GORONTALO napu, arifasno; Dewi, Ayu Bulan Febry Kurnia; Hadi, Novian Swasono
Darussalam Nutrition Journal Vol. 8 No. 2 (2024): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v8i2.11975

Abstract

Latar belakang: Stunting adalah kondisi gizi kurang dengan indikator TB/U yang mengindikasikan masalah gizi bersifat kronis. Hasil wawancara yang dilakukan dengan petugas gizi dari Puskesmas Pilolodaa diperoleh data bahwa penyebab stunting di wilayah tersebut disebabkan pemberian makan dan ASI eksklusif yang kurang tepat. Hal ini terkait dengan pendidikan ibu dan sosial ekonomi keluarga. Namun, saat ini hubungan pola pemberian makan dan ASI eksklusif terhadap kejadian stunting pada balita di Kelurahan Pilolodaa  masih belum diteliti.  Tujuan: Penelitian bertujuan menganalisis hubungan faktor determinan stunting yakni karakteristik ibu (usia, pendidikan, dan pekerjaan), penghasilan keluarga, pola pemberian makanan, dan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian stunting di Kelurahan Pilolodaa. Metode: Metode yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan cross-sectional dengan teknik total sampling sejumlah 43 responden.. Penelitian dilakukan di Kelurahan Pilolodaa yang dilakukan  pada 26 Juni  hingga 7 Juli 2023. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan balita diukur tinggi badan  menggunakan microtoise yang dikonversikan ke dalam nilai terstandar (z-score). Data dianalisa menggunakan uji Spearmen’s Rho dengan signifikansi α=0,05. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan faktor determinan stunting balita yaitu karakteristik ibu (usia, pendidikan, dan pekerjaan) tidak signifikan p>0.05 terhadap kejadian stunting. Namun faktor pola pemberian makanan, pemberian ASI eksklusif, dan penghasilan keluarga menjadi determinan yang signifikan p<0.05 terhadap kejadian stunting. Simpulan: Terdapat hubungan pola pemberian makanan, pemberian ASI eksklusif, dan penghasilan keluarga terhadap kejadian stunting pada balita di kelurahan Pilolodaa Kota Gorontalo, sedangkan untuk karakteristik ibu (usia, pendidikan, status pekerjaan) tidak ada hubungan.
A Collaborative Framework to Enhance Clinical Trial Participation and Health Equity in Sulawesi Island, Indonesia Inaku, Hartati; Napu, Arifasno; Ilham, Rosmin
Journal of Public Health and Pharmacy Vol. 5 No. 2: JULY 2025
Publisher : Pusat Pengembangan Teknologi Informasi dan Jurnal Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/jphp.v5i2.6070

Abstract

Introduction: In this study, we aimed to develop and evaluate a collaborative framework for integrating clinical trials into primary health care within the context of addressing health disparities in Sulawesi Island, Indonesia. With notable regional disparities in health service utilization and participation in clinical trials reported in the 2018 Indonesian Basic Health Survey, our objective was to bridge gaps in clinical trial access and improve health outcomes in underserved areas. Methods: This quasi-experimental post-test control group study involved the implementation of a collaborative framework conducted across primary health care settings in Sulawesi over a six-month period. A total of 200 participants were enrolled, and data were collected through electronic health records (EHRs), surveys, and interviews. Ethical approval was obtained from the relevant ethics committee, and participants provided written informed consent. Results: The primary outcome of the study was a significant increase in clinical trial participation, with rates rising from 25% to 60% in the intervention group, compared to 20% to 30% in the control group. Additionally, health outcomes improved, including reductions in average blood pressure (140/90 mmHg to 130/85 mmHg) and blood glucose levels (160 mg/dL to 140 mg/dL). Statistical analyses revealed a p-value of <0.05 for these changes. Key factors contributing to these results included training on digital health technologies and integration of trial data into EHRs. Conclusion: In conclusion, our study contributes to the understanding of health equity by demonstrating the effectiveness of a localized collaborative framework in improving clinical trial participation and health outcomes. This research provides insights into the importance of tailored interventions, digital health infrastructure, and training programs in addressing disparities in underserved regions. Future studies should address the scalability and long-term impact of this framework, ultimately advancing health equity in Indonesia.
ANALISIS DAYA TERIMA PROKIES PADA BALITA GIZI BAIK DAN GIZI KURANG Napu, Arifasno; Pangalo, Paulus; Domili, Indra; Tumenggung, Imran; Marendra, Zulfito; Dewi, Ayu Bulan Febry Kurnia; Pomalingo, Anna Yuliastani; Alam, Raden Ayu Cahyaning
JOURNAL HEALTH AND NUTRITIONS Vol 11, No 2 (2025): Health and Nutritions
Publisher : Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52365/jhn.v11i2.1562

Abstract

Bi’o is a traditional Gorontalo food for toddlers which predominantly contains carbohydrates because it is only made from sago and palm sugar. Cookies in a pot/pan while stirring until thick/cookies, cooled and then ready to be served. Bi’o modified from sago and palm sugar are added with HPI (hydrolysis of mackerel protein), eggs, butter, chocolate and chocochip into a dough, molded, baked for 30 minutes at 150 degrees Celcius and the results are called prokies (protein cookies). The objective of study was to analyze the acceptability of prokies for well-nourishe and malnourished toddlers. The method of study was experimental research design that analyzing the acceptability of prokies. The pediatrician performs a medical examination. There were 38 well-nourished toddler respondents 39 malnourished toddler who met the criteria. The results indicated that  the average acceptability for prokies in well-nourished toddlers on the firts day was 4.11±0.65 and on the thirtieth day 4.18±0.56, while malnutrition on the first day was 4.00±0.61 and on the thirtieth day 4.33±0,66 which showed there was no signifikan difference ( p value = 0,05). Likewise, the reason for score aceptance was because the taste, aroma, color and texture average >4.0. The conclution showed that  prokies were liked by normal nutrition and wasted nutrition toddlers because of  taste, aroma, color and texture that were eaten completely in the first day to the thirtieth day, so it can be used to overcame in nutritional problems.Bi’o merupakan makanan tradisional Gorotalo untuk balita, sebagian besar hanya mengandung karbohidrat karena terbuat dari sagu dan gula aren. Bi’o dimasak dalam panci/wajan sambil diaduk hingga kental/matang, didinginkan lalu siap dihidangkan. Bi’o yang dimodifikasi yakni menggunakan sagu dan gula aren ditambahkan dengan HPI (hidrolisis protein ikan tenggiri), telur, mentega, coklat dan chocochip menjadi adonan, dicetak, dipanggang selama 30 menit pada suhu 150 derajat Celcius dan hasilnya disebut prokies (protein cookies). Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis daya terima prokies pada balita gizi baik dan gizi kurang. Desain penelitian menggunakan penelitian eksperimental dengan menganalisis daya terima prokies. Dokter anak melakukan pemeriksaan kesehatan. Responden balita gizi baik berjumlah 38 orang dan balita gizi kurang ada 39 orang yang memenuhi kriteria. Hasil penelitian  menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kesukaan prokies balita gizi baik pada hari pertama adalah 4,11±0,65 dan pada hari ketiga puluh 4,18±0,56, sedangkan pada gizi kurang pada hari pertama adalah 4,00±0,61 dan pada hari ketiga puluh 4,33±0,66 yang menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan (p value = 0,05). Demikian pula, alasan kesukaan karena rasa, aroma, warna dan tekstur rata-rata >4,0. Kesimpulan menunjunkkan bahwa prokies disukai oleh balita gizi baik dan gizi kurang karena rasa, aroma, warna dan teksturnya serta dihabiskan sejak hari pertama hingga hari ketiga puluh sehingga dapat digunakan untuk mengatasi masalah gizi. 
Pengembangan Mi Kering Modifikasi Tepung Ikan Cakalang dengan Tepung Bayam Hijau Nuryani, Nuryani; Ayub, Regina; Setiawan, Denny Indra; Napu, Arifasno; Febry K.D, Ayu Bulan
Journal of Dietetics Science Vol. 1 No. 2 (2025): Journal of Dietetics Science
Publisher : Nutrition Department, Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jds.v1i2.5420

Abstract

ABSTRACT Noodles are a widely favored food in society. In addition to being affordable and easy to prepare, noodles can serve as an alternative staple food to rice for many Indonesians. Among the many types of noodle products available on the market, dried noodles are particularly competitive and high carbohydrate content. The aimed of study was evaluate the acceptability of noodles modified with skipjack tuna flour and green spinach flour. The method of study was using a completely randomized design (CRD) which was used with four treatments and three replications. Data were collected using an organoleptic test form and analyzed using the Friedman test, followed by the Wilcoxon post-hoc test. Results of study was revealed the most preferred sample in terms of taste was P1 with a score of 3.64. For aroma, P1 was also most preferred with scoring 3.81. The highest preference for color was P1 with scoring 3.98, and for texture, P1 scored the highest at 3.83. The Friedman analysis was indicated the different between four formula in aspect taste, color, aroma, and texture (p = 0,000). The conclusion based on the organoleptic tests, the most accepted formulation in terms of taste, aroma, color, and texture was P1, which contained 5 grams of skipjack tuna flour and 5 grams of green spinach flour. The Mikcabahy product can be use alternative food product high nutrition density. ABSTRAK Mi merupakan makanan yang sangat digemari masyarakat, selain murah dalam pengolahannya yang praktis, mi juga merupakan makanan yang dapat menggantikan nasi sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia. Produk mi yang bersaing di pasaran adalah mi kering dengan kandungan karbohidrat yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji daya terima mi modifikasi tepung ikan cakalang dan tepung bayam hijau. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan serta tiga kali replikasi. Pengumpulan data menggunakan formulir uji organoleptik dan analisis data menggunakan uji Friedman dan uji lanjut Wilcoxon post-hoc test. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kesukaan rasa yang paling disukai adalah P1 dengan nilai 3,64 dengan modifikasi tepung ikan cakalang dengan tepung bayam hijau pada aroma yang disukai yaitu P1 dengan nilai 3,81 pada warna yang paling banyak disukai yaitu P1 dengan nilai 3,98 sedangkan pada tekstur mendapatkan nilai P1 tertinggi 3,82. Analisis uji Friedman menunjukkan terdapat perbedaan antara empat formula pada aspek rasa, warna, aroma, dan tekstur (p = 0,000). Kesimpulan berdasarkan uji organoleptik yang paling disukai mi pada aspek rasa, aroma, warna, dan tekstur adalah P1 dengan modifikasi tepung ikan cakalang 5 gram dan tepung bayam hijau 5 gram. Produk olahan pangan Mikcabahy dapat digunakan sebagai produk makanan alternatif dengan kandungan gizi yang tinggi.