Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PERAN AGAMA DALAM MEMBENTUK NILAI DAN NORMA PESANTREN DARUL MUTTAQIEN Dias Indriyani Soleha Saputri; Afida
Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah Vol. 2 No. 2 (2024): Tashdiq: Jurnal Kajian Agama dan Dakwah
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.4236/tashdiq.v2i2.2087

Abstract

Pembahasan di bawah ini adalah tentang peran agama dalam membentuk nilai norma sosial dalam Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Agama memberikan pedoman moral dan etika, serta mempengaruhi perilaku individu dan kelompok dalam kehidupan sehari-hari. Agama dalam membentuk nilai dan norma sosial di masyarakat, khususnya di Pesantren Darul Muttaqien. Pembahasan mencakup asal-usul kata “agama,” definisi menurut KBBI. Agama juga dapat memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas sosial dan mengatur perilaku individu. Norma-norma agama sering kali memiliki sanksi moral atau spiritual yang dapat mempengaruhi perilaku dan keputusan individu. Agama juga dapat menjadi sumber utama nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat dan dapat membentuk dasar bagi norma-norma sosial yang diterima dan dihormati oleh anggota masyarakat. Namun, peran agama dalam membentuk nilai-nilai norma sosial juga dapat menjadi subjek yang mencakup dan tantangan, terutama dalam masyarakat yang multikultural dan multireligius. Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman budaya dan agama, dan setiap agama memiliki peran penting dalam membentuk moral, etika, serta identitas dan kehidupan masyarakat Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk memahami bagaimana agama berperan dalam membentuk nilai dan norma di Pesantren Darul Muttaqien, melihat bagaimana agama mempengaruhi perilaku individu dan kelompok, serta bagaimana nilai-nilai agama berinteraksi dengan nilai-nilai sosial lainnya, perubahan di hadapai dalam era globalisasi . Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman budaya dan agama, dan setiap agama memiliki peran penting dalam membentuk moral, etika, serta identitas dan kehidupan masyarakat Indonesia.
DAMPAK VIRALITAS KONTEN MEDIA SOSIAL TERHADAP PERUBAHAN NORMA SOSIAL DI KALANGAN REMAJA Dias Indriyani Soleha Saputri; Afida
Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 7 No. 1 (2025): Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.6578/triwikrama.v7i1.10508

Abstract

Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan remaja, membawa perubahan sosial yang signifikan dalam pola pikir, perilaku, dan norma sosial. Fenomena konten viral yang cepat menyebar melalui algoritma media sosial memiliki dampak besar, baik positif maupun negatif, terhadap pembentukan identitas dan interaksi sosial remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengaruh konten viral terhadap perubahan norma sosial di kalangan remaja. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan studi kasus, melibatkan wawancara mendalam terhadap 20 remaja berusia 15–19 tahun yang aktif menggunakan media sosial, serta analisis konten viral berdasarkan tema, pesan moral, dan interaksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konten viral secara signifikan memengaruhi perilaku sosial remaja, menciptakan norma-norma baru yang sering kali menggantikan nilai tradisional. Namun, beberapa konten viral juga mendorong perilaku berisiko dan memperkuat tekanan sosial. Selain itu, influencer berperan penting dalam menyebarkan tren dan membentuk nilai sosial baru yang diadopsi oleh remaja. Kesimpulan penelitian menyoroti pentingnya pendidikan literasi digital untuk membekali remaja dengan keterampilan kritis dalam menghadapi konten media sosial, serta peran orang tua, pendidik, dan pembuat kebijakan dalam menciptakan lingkungan digital yang aman dan mendukung
KENAKALAN REMAJA DI ERA DIGITAL ANTARA KEBEBASAN EKSPRESI DAN KRISIS MORAL Dias Indriyani Soleha Saputri
Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 8 No. 2 (2025): Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.6578/triwikrama.v8i2.13146

Abstract

Kenakalan remaja di era digital mengalami transformasi signifikan, tidak lagi hanya berbentuk perilaku menyimpang secara fisik, tetapi juga muncul dalam bentuk kenakalan digital seperti perundungan siber, ujaran kebencian, penyebaran hoaks, hingga konten tidak senonoh. Fenomena ini mencerminkan adanya ketegangan antara kebebasan berekspresi yang dijamin dalam masyarakat demokratis dan krisis moral yang kian mengkhawatirkan. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa telaah pustaka dan observasi media sosial untuk menganalisis faktor-faktor penyebab kenakalan remaja digital. Hasil analisis menunjukkan bahwa kebebasan yang tidak diimbangi dengan literasi digital dan nilai-nilai moral berkontribusi pada meningkatnya perilaku menyimpang remaja. Faktor internal seperti pencarian identitas diri dan dorongan eksistensi, serta faktor eksternal seperti pengaruh teman sebaya, lemahnya kontrol orang tua, dan algoritma media sosial yang permisif, menjadi pemicu utama. Dalam konteks ini, keluarga, sekolah, dan masyarakat memiliki peran strategis untuk menanamkan nilai moral dan membangun kesadaran digital yang sehat. Kolaborasi multi-pihak diperlukan guna menciptakan ruang digital yang aman, etis, dan mendidik bagi generasi muda
FILSAFAT SEJARAH KRITIS: POST-MODERNISME Bahrun Ario Johan; Afida; Vita Lukviana Wati; Dias Indriyani Soleha Saputri; Elisabeth Barek Ole Liwun; Arif Wahyu Hidayat
Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial Vol. 8 No. 3 (2025): Triwikrama: Jurnal Ilmu Sosial
Publisher : Cahaya Ilmu Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.6578/triwikrama.v8i3.13363

Abstract

Tulisan ini membahas hubungan antara filsafat sejarah kritis dan postmodernisme, khususnya melalui kontribusi pemikiran Jean-François Lyotard. Filsafat sejarah kritis menolak narasi sejarah tunggal yang dominan, dan menyoroti peran kekuasaan dalam konstruksi historiografi. Sementara itu, postmodernisme mempertanyakan legitimasi narasi besar seperti kemajuan dan emansipasi, serta menekankan pluralitas dan relativitas kebenaran sejarah. Dengan pendekatan hermeneutik kritis dan studi pustaka, penelitian ini menunjukkan bahwa keduanya membuka ruang bagi narasi alternatif, suara marjinal, serta refleksi etis dalam penulisan sejarah. Hasilnya, sejarah dipahami bukan sebagai fakta objektif, tetapi sebagai medan wacana yang kompleks, terbuka, dan penuh dinamika.