Articles
TRADISI MAMBERE NAMALUM PAKON MAMBERE TUKOT SEBAGAI BENTUK MENGHORMATI ORANG TUA SEBAGAI NAIBATA NA TARIDAH (ALLAH YANG KELIHATAN): SUATU KAJIAN ETIS TEOLOGIS
Purba, Fredi Ardo
Voice of Wesley: Jurnal Ilmiah Musik dan Agama Vol 7, No 1 (2023): J.VoW Vol 7. No. 1 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologia Wesley Methodist Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.36972/jvow.v7i1.205
Tulisan ini ditulis dengan latarbelakang suatu keadaan, bahwa tradisi Mambere Namalum Pakon Mambere Tukot mulai ditinggalkan oleh orang Simalungun di desa Negeri Dolok. Tujuan penelitian ini ingin mengkaji tradisi Mambere Namalum Pakon Mambere Tukot sebagai sebuah tradisi yang dimiliki orang Simalungun untuk menghormati orang tua sebagai Naibata na Taridah (Allah yang kelihatan). Metode yang digunakan adalah metode penelitian campuran, yaitu perpaduan antara metode penelitian kualitatif dengan metode penelitian kuantitatif. Hasil penelitian menjelaskan, bahwa ditinggalkannya tradisi Mambere Namalum Pakon Mambere Tukot disebabkan karena adanya pandangan yang menyatakan bahwa tradisi Simalungun, secara khusus tradisi Mambere Namalum Pakon Mambere Tukot bertentangan dengan kekristenan dan merupakan bentuk kekafiran. Hal tersebut menyebabkan orang Simalungun beragama Kristen di desa Negeri Dolok mulai meninggalkan tradisi tersebut. Padahal, tradisi Mambere Namalum Pakon Mambere Tukot dapat dipakai teologi Kristen untuk menjelaskan makna menghormati orang tua yang merupakan Naibata Na Taridah (Allah Yang kelihatan), sehingga kehadiran orang tua adalah sebagai pemberi berkat bagi kehidupan anak-anaknya.
DARI DILAYANI MENJADI MELAYANI: REVITALISASI INTEGRITAS KEPEMIMPINAN KRISTEN
Purba, Fredi Ardo;
Purba, Riski Bartimeus Mart
Jurnal STT Gamaliel Vol 6, No 2 (2024): Jurnal Gamaliel Vol. 6 No. 2 September 2024
Publisher : STT Gamaliel
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.38052/gamaliel.v6i2.283
ABSTRAK Kecenderungan seorang pemimpin Kristen menganggap diri memiliki kedudukan yang terhormat mendorong pada sikap kepemimpinan yang jumawa dan menimbulkan keinginan untuk selalu dilayani. Inilah kesombongan pemimpin yang hanya fokus pada kekuasaan, anti kritik, otoriter, dan hierarkis. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan revitalisasi kepemimpinan dari sikap seorang pemimpin yang ingin dilayani kepada sikap menjadi pemimpin yang melayani. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian studi pustaka dengan meninjau teori dan informasi yang relevan berkaitan dengan kepemimpinan Kristen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan Kristen merupakan sebuah tugas dan tanggung jawab yang diemban seorang pemimpin untuk menjadi seorang pelayan. Kepemimpinan Kristen mengharuskan seorang pemimpin untuk mendasarkan diri pada Revitalisasi integritas kepemimpinan dari yang dilayani menjadi yang melayani, akan mendorong terwujudnya hubungan yang erat antara pemimpin dengan jemaat dan menciptakan komunitas yang lebih inklusif dan harmonis. ABSTRACT The tendency of a Christian leader to consider himself to have an honorable position encourages a noble leadership attitude and creates a desire to always be served. This is the arrogance of a leader who only focuses on power, is anti-criticism, authoritarian and hierarchical. This research aims to revitalize leadership from the attitude of a leader who wants to be served to the attitude of being a leader who serves. This research was conducted using a literature study research method by reviewing relevant theories and information related to Christian leadership. The research results show that Christian leadership is a duty and responsibility that a leader carries to become a servant. Christian leadership requires a leader to base himself on revitalizing the integrity of leadership from those who are served to those who serve, which will encourage the realization of a close relationship between the leader and the congregation and create a more inclusive and harmonious community.
Memaknai Kembali Misi Kristen terhadap Parmalim
Purba, Fredi Ardo
JURNAL LUXNOS Vol. 10 No. 2 (2024): LUXNOS: JURNAL SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PELITA DUNIA EDISI DESEMBER 2024
Publisher : STT Pelita Dunia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.47304/22ay4026
This paper discusses the role of mission in the identity of the Christian church as well as the concept of mission that should go beyond the mere proclamation of the gospel to include an attitude of life, concrete help, struggle for human rights, and social involvement. Christian mission is often misinterpreted as an attempt to Christianise others. This research uses a qualitative research method with a literature study approach by analysing sources related to Christian mission towards Parmalim. The results show that Christian mission should emphasise love, peace, and justice, rather than simply Christianising others. In particular, in the context of ministry to the Parmalim, it is important to understand and respect their beliefs and establish a respectful dialogue. A re-understanding of Matthew 28:19-20 emphasises the importance of understanding the context, the overall message of the gospel, and the role of the church as an instrument of Christ's love and teaching. True Christian mission is to strive for peace, justice and love in the world, and to respect other religious beliefs as part of the call to realise the Kingdom of God on earth.
Mendobrak Sekat Pembatas: Suatu Kajian Etika Poskolonial Sebagai Upaya Merobohkan Diskriminasi terhadap Homoseksual
Purba, Fredi Ardo
Theologia in Loco Vol 6 No 2 (2024): Theologia in Loco
Publisher : STFT Jakarta, Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.55935/thilo.v6i2.305
Homosexuality is still an issue that has its pros and cons. Very few churches in Indonesia are open to those with homosexual orientation. Churches tend to reject and discriminate against homosexuals as actions that are against the Bible and against God’s will. This is due to the view of heteronormativity, which is the view that heterosexuality is the truth and must be owned. Heteronormativity is a colony culture that is still inherent today. It creates hegemony and domination between heteronormativity (colonizer) and homosexuality (colonized). However, how should the church respond to homosexuality in postcolonial discourse? The research was conducted using the literature study method by reviewing Homi K. Bhabha’s liminality theory. The research was conducted with the aim of being a postcolonial effort in providing space between the colonizer (heteronormativity) and the colonized (homosexuality) to conduct cultural negotiations. The results showed that Postcolonial ethics with the perspective of Bhabha’s liminality theory formed a relationship of cultural exchange by heteronormativity with homosexuality, creating an attitude of acceptance. This has an impact on the church's attitude that is inclusive of homosexuality and does not discriminate. The church should view homosexuality as a reality of gender diversity.
TERJUALNYA MORALITAS: KAJIAN ETIKA KRISTEN TERHADAP PRAKTIK POLITIK UANG DI KABUPATEN SIMALUNGUN
Purba, Fredi Ardo;
Sinukaban, Bertha Wandasari;
Sembiring, Maria Sinta
Voice of Wesley: Jurnal Ilmiah Musik dan Agama Vol 8, No 1 (2024): J.VoW Vol 8. No. 1 (2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologia Wesley Methodist Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.36972/jvow.v8i1.272
Praktik politik uang telah menjadi fenomena yang terus-menerus terjadi dan mengganggu kehidupan politik di Indonesia, termasuk kabupaten Simalungun. Praktik politik uang sering kali dibenarkan sebagai strategi efektif untuk mendapatkan dukungan pemilih dalam pemilihan kepala daerah, meskipun hal ini mengorbankan dasar moral dan etika demokrasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengkaji fenomena politik uang melalui analisis etika Kristen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik politik uang di kabupaten Simalungun mengarah pada penurunan moralitas publik yang menggambarkan terdegradasinya nilai falsafah Habonaron do Bona dan terjadinya sikap magou do ahap halani tarahap. Menurut pandangan etika Kristen, masyarakat Simalungun perlu menolak politik uang dengan tetap berpegang pada nilai-nilai kejujuran dan tanggung jawab yang diamanatkan dalam ajaran Kristen.
Meniti jalur keadilan ekologis: Kajian etika lingkungan hidup tentang merawat alam berdasarkan ritual pangelekon
Purba, Fredi Ardo
KURIOS Vol. 10 No. 3: Desember 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Pelita Bangsa, Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30995/kur.v10i3.1077
The ecological crisis is one of Indonesia's concrete problems, specifically illegal logging that has an impact on the Lake Toba area, starting from the loss of forest areas that cause natural disasters, such as landslides and flash floods. This provides a real picture of the consequences of activities and actions carried out by humans on the environment. Departing from this problem, the author sees that the study of environmental ethics in conjunction with the concept of Pangelekon in Toba Batak culture seeks to offer a perspective to overcome the increasingly alarming ecological crisis. This research was conducted using the literature study research method in data collection and analysis. The results show that the encounter between environmental ethics rooted in Pangelekon values creates a conceptual foundation that excites humans as stewards to care for nature as creation. Respect for nature in the Pangelekon concept encourages humans not to be reckless and hierarchical in viewing nature as a fellow creation. Thus, the encounter between environmental ethics and Pangelekon provides a comprehensive answer, as a concept of life lived to achieve harmony between humans and nature. Abstrak Krisis ekologis merupakan salah satu persoalan konkret di Indo-nesia, secara khusus penebangan hutan secara liar yang memberikan dam-pak bagi kawasan Danau Toba, mulai dari, hilangnya kawasan hutan yang menyebabkan bencana alam, seperti tanah longsor dan banjir bandang. Hal tersebut memberikan gambaran nyata akan konsekuensi atas aktivitas dan perbuatan yang dilakukan manusia terhadap lingkungan. Berangkat dari persoalan ini, saya melihat bahwa kajian etika lingkungan hidup yang diperjumpakan dengan konsep pangelekon dalam budaya Batak Toba me-nawarkan perspektif untuk mengatasi krisis ekologi yang semakin mem-prihatinkan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pene-litian studi pustaka dalam pengumpulan dan analisis data. Hasil peneli-tian menunjukkan bahwa perjumpaan antara etika lingkungan hidup yang berakar pada nilai-nilai pangelekon menciptakan landasan konseptual yang menggairahkan manusia sebagai penatalayan untuk merawat alam seba-gai ciptaan. Penghargaan terhadap alam dalam konsep pangelekon men-dorong manusia untuk tidak sembrono dan hierarkis dalam memandang alam sebagai sesama ciptaan. Dengan demikian, perjumpaan antara etika lingkungan hidup dan pangelekon memberikan jawaban komprehensif, sebagai sebuah konsep kehidupan yang dijalani untuk mencapai kehar-monisan antara manusia dan alam.
TANGIS DI BAWAH LAMPU MERAH: KAJIAN ETIKA KRISTEN TERHADAP EKSPLOITASI ANAK SEBAGAI PERBUDAKAN
Purba, Fredi Ardo;
Simangunsong, Dion Carlos
Diegesis : Jurnal Teologi Vol 10 No 1 (2025): DIEGESIS: JURNAL TEOLOGI
Publisher : Publisher: Bethel Press; Unit Penerbit: STT Bethel Indonesia Jakarta
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.46933/DGS.vol10i112-15
The phenomenon of buskers and car window cleaners at red lights carrying babies to solicit pity is increasingly prevalent in big cities. This practice raises serious issues because it involves the exploitation of children as a means of gaining sympathy with the aim of economic gain. This article examines child exploitation in this context as a form of modern slavery from the perspective of Christian ethics. This research uses a descriptive qualitative approach to analyse this phenomenon through a review of relevant literature. The results show that child exploitation in the form of using babies for begging at red lights can be categorised as a form of modern slavery. Christian ethics condemns this practice because it contradicts human values that recognise every human being as God's creation that is valuable and has dignity. A Christian ethical perspective suggests that any action that treats human beings, especially children, as tools for economic gain is a violation of human dignity and the fundamental rights of the child. The church, as an institution that holds a prophetic role, must be actively involved in responding to this issue, through education, advocacy, and social services to protect children from exploitation.
Kajian Etis Deontologis Berdasarkan Falsafah Habonaron Do Bona dalam Penanganan Korupsi
Purba, Fredi Ardo
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 7 No 1 (2024): Juni 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.34081/fidei.v7i1.520
Korupsi menjadi sebuah permasalahan yang belum terselesaikan dan masih terus terjadi di Indonesia. Tindakan korupsi menjadi sebuah permasalahan moral yang dilakukan oleh pelakunya yang berdampak buruk bagi kehidupan sebuah bangsa atau masyarakat. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan melakukan kajian etis deontologis dan konsep Habonaron do bona sebagai upaya melakukan penanganan isu korupsi di kabupaten Simalungun. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa tindakan korupsi dianggap tidak etis karena melanggar prinsip moral dan norma-norma yang mengikat. Kajian etis deontologis dan falsafah habonaron do bona dapat memberikan landasan moral yang kuat bagi individu dan masyarakat Simalungun untuk menolak dan melawan korupsi, sebab orang Simalungun akan didorong untuk terus hidup dengan berlandaskan kepada kebenaran.
MERAWAT KESEIMBANGAN: KAJIAN ETIKA PRIBADI DAN FALSAFAH TALLU LOLONA DALAM MENGHADAPI KRISIS EKOLOGI
Purba, Fredi Ardo;
Paembongan, Raka Saden Priya L;
Simangunson, Dion Carlos
Voice of Wesley: Jurnal Ilmiah Musik dan Agama Vol 8, No 2 (2025): J.VoW Vol 8. No. 2 (2025)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologia Wesley Methodist Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.36972/jvow.v8i2.284
The Toraja community is facing an ecological crisis characterized by environmental degradation, such as declining water quality, loss of wildlife habitat, and deforestation. This crisis is mainly caused by drastic changes in land use that lead to exploitation due to the anthropocentric view of humans. The impact is not only on the environment but causes natural disasters, such as floods and landslides that are detrimental to human life. This research examines how personal ethical values contained in the Tallu Lolona philosophy can help overcome the crisis. This research was conducted using the literature study research method. The results showed that the Tallu Lolona philosophy emphasizes the harmonious relationship between humans, animals, and plants as part of a cosmology of mutual respect and care. Thus, Tallu Lolona philosophy can offer a personal ethic that views nature as a brother who must be protected and respected. It encourages a more harmonious relationship between humans and nature and promotes individual responsibility in maintaining ecological balance.
Kasih Allah yang Universal: Suatu Tafsir Naratif Yunus 3:1-10 dalam Membangun Moderasi Beragama di Indonesia
Tumangger, Roby Hendra;
Purba, Fredi Ardo;
Ginting, Moresd Cio
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 4, No 1 (2024): Teologi dan Pendidikan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.53674/teleios.v4i1.109
Abstract: Religious plurality in Indonesia is a reality that must be accepted and faced wisely by every citizen. In this context, the exclusivism of religious people and the claim that truth or salvation can only be found in one religion will only trigger conflicts and disputes. The attitude of exclusivism in the biblical narrative is owned by the Prophet of God, Jonah, who rejected God's attitude to save the Ninevites. In this paper, the author conducts a narrative interpretation of Jonah 3:1-10. The narrative interpretation of Jonah 3:1-10 shows that God revealed His love and forgiveness to all nations, including the Ninevites who were not considered among His chosen people. God's universal love in saving the Ninevites shows that God's salvation and love are not limited to one group or nation. The love that God gives breaks down the barriers that exist, namely religion. This is an important foundation for Christians to strive for harmony and harmony in the midst of religious plurality in Indonesia.Abstrak: Pluralitas agama di Indonesia adalah suatu realitas yang harus diterima dan dihadapi dengan bijaksana oleh setiap warga negara. Dalam konteks ini, sikap eksklusivisme umat beragama dan klaim bahwa kebenaran atau keselamatan hanya didapatkan pada satu agama, hanya akan menjadi pemicu terjadinya konflik dan pertikaian. Sikap eksklusivisme dalam narasi Alkitab dimiliki oleh Nabi Allah, yaitu Yunus yang menolak sikap Allah menyelamatkan bangsa Niniwe. Dalam tulisan ini, penulis melakukan sebuah tafsir naratif terhadap Yunus 3:1-10. Penafsiran naratif terhadap Yunus 3:1-10 menunjukkan bahwa Allah menyatakan kasih dan pengampunan-Nya kepada semua bangsa, termasuk bangsa Niniwe yang dipandang bukan termasuk umat pilihan-Nya. Kasih Allah yang universal dengan menyelamatkan bangsa Niniwe tersebut menunjukkan, bahwa keselamatan dan kasih Allah tidak terbatas pada satu kelompok atau bangsa saja. Kasih yang Allah berikan merubuhkan sekat pembatas yang ada, yaitu agama. Hal tersebut menjadi landasan penting bagi orang Kristen untuk mengupayakan terciptanya harmoni dan kerukunan di tengah-tengah pluralitas agama yang ada di Indonesia.