Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Uji Aktivitas Antijamur Fraksi n-Heksan, Etil asetat, dan Air Herba Rumput Mutiara (Hedyotis corymbosa L.) Terhadap Pertumbuhan Jamur Candida albicans Marfan, La Ode; Ida Fitriah, Wa Ode; Baco, Juliana; Trisnaputri, Dian Rahmaniar; Syafrie, Firhani Anggriani; W.Alani, Fitriani
Jurnal Pharmacia Mandala Waluya Vol. 3 No. 3 (2024): Jurnal Pharmacia Mandala Waluya
Publisher : Prodi Farmasi Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54883/jpmw.v3i3.150

Abstract

Penyakit infeksi merupakan jenis penyakit yang mudah menyerang manusia. Salah satu infeksi yang banyak ditemukan adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida albicans. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat pada fraksi n-heksan, etil asetat, dan air dari ekstrak herba rumput mutiara (Hedyotis corymbosa L.), dan mengetahui konsentrasi optimal serta fraksi mana yang memilki aktivitas antijamur paling baik sebagai penghambat jamur Candida albicans. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental Laboratorium. Proses ekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96% hasil rendemen 16%. Fraksinasi dilakukan dengan metode ekstraksi cair-cair dengan pelarut n-heksan, etil asetat, dan air. Skrining fitokimia dan pengujian aktivitas antijamur dengan metode sumuran konsentrasi 5%, 10% dan 15%. Data diolah menggunakan SPSS dengan menerapkan pengujian One way ANOVA. Fraksi n-heksan terindentifikasi golongan senyawa kimia flavonoid dan steroid. Fraksi etil asetat terindentifikasi flavonoid, tanin, steroid, dan saponin. Serta fraksi air terindentifikasi alkaloid, flavonoid, tanin, dan steroid. Fraksi n-heksan konsentrasi 15% optimal efektif menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans dengan diameter rata-rata 13,89 mm (kuat), konsentrasi 15 % fraksi etil asetat dengan rata-rata diameter zona hambat 23,22 mm (sangat kuat), dan fraksi air 15% rata-rata diameter zona hambat 26,22 mm (sangat kuat). Fraksi herba rumput mutiara yang memilki aktivitas antijamur paling baik sebagai penghambat jamur Candida albicans adalah fraksi air dengan diameter zona hambat sebesar 26,22 mm (sangat kuat). Perlu dilakukan pengujian terhadap jamur lain maupun bakteri penyakit infeksi dan perlu dilakukan pengembangan penelitian dibidang formulasi dari fraksi herba rumput mutiara (Hedyotis corymbosa L.)
UJI AKTIVITAS IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL HERBA KANCING UNGU (Borreria laevis Lamk.) TERHADAP FAGOSITOSIS MAKROFAG PADA MENCIT (Mus musculus) JANTAN Ifaya, Mus; Ida Fitriah, Wa Ode; Baco, Juliana; Ridwan, Bai Athur; Yuliastri, Wa Ode; Syafrie, Firhani Anggriani; Nirwana
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Vol 16 No 1 (2025): Jurnal Ilmiah Farmako Bahari
Publisher : Faculty of Mathematic and Natural Science, Garut University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52434/jifb.v16i1.41930

Abstract

Sistem kekebalan tubuh sangat penting untuk melindunginya dari patogen dan zat asing yang berbahaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek imunomodulator herba kancing ungu (Borreria laevis Lamk) pada fungsi fagositosis makrofag mencit (Mus musculus). Uji imunomodulator dilakukan dengan mengukur aktivitas fagositosis makrofag. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Setelah tujuh hari perawatan, mencit jantan diinokulasi dengan bakteri Staphylococcus aureus melalui injeksi intraperitoneal. Tiga kelompok diberikan perlakuan dengan ekstrak herba kancing ungu 100 mg/kgBB, 200 mg/kgBB dan 300 mg/kgBB. Selanjutnya, cairan peritoneum diambil untuk mengukur aktivitas fagositosis makrofag. Hasilnya, ekstrak herba kancing ungu secara signifikan meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag sebesar 29,38% kelompok dosis 100 mg/kgBB, 34,44% kelompok dosis 200 mg/kgBB dan kelompok dosis 300 mg/kgBB sebesar 45,08% dengan nilai uji One-Way ANOVA signifikan p-value < 0,05. Oleh karena itu tanaman herbal kancing ungu berpotensi untuk dikembangkan  sebagai imunomodulator.
Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol Rimpang Temu Hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.) terhadap Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli dan Candida albicans Trisnaputri, Dian Rahmaniar; Isrul, Muhammad; Hazan, Neli; Ida Fitriah, Wa Ode; Syafrie, Firhani Anggriani; Alani, Fitriani W.
Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia Vol. 10 No. 2 (2024): Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia
Publisher : Program Studi Farmasi Universitas Mandala Waluya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35311/jmpi.v10i2.658

Abstract

Antimikroba adalah zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan memiliki kemampuan menghambat aktivitas mikroorganisme lain, meskipun dalam jumlah kecil. Salah satu tanaman yang dapat berpotensi sebagai antimikroba adalah rimpang temu hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.). Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi aktivitas antimikroba ekstrak etanol rimpang temu hitam terhadap Staphylococcus epidermidis, Escherichia coli, dan Candida albicans. Penelitian ini merupakan penelitian analitik laboratorium yang menggunakan metode ekstraksi maserasi dengan pelarut etanol 96%. Skrining fitokimia dilakukan dengan menggunakan reagen pendeteksi dan pengujian aktivitas antimikroba dengan metode sumuran. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji statistik One Way Anova. Ekstrak etanol rimpang temu hitam mengandung metabolit senyawa flavonoid, tanin, saponin, dan triterpenoid. Hasil uji aktivitas antimikroba dari ekstrak etanol rimpang temu hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.) dengan konsentrasi 15%, 20% dan 25% memiliki aktivitas terhadap Staphylococcus epidermidis dan Escherichia coli dengan rata-rata zona hambat pada Staphylococcus epidermidis konsentrasi 15% sebesar 15,87 mm, 20% sebesar 16,33 mm dan 25% sebesar 18,6 mm yang tergolong daya hambat kuat. Sedangkan pada Escherichia coli konsentrasi 15% sebesar 13,3 mm, 20% sebesar 13,73 mm dan 25% sebesar 14,06 mm yang tergolong daya hambat kuat, dan tidak memiliki aktivitas terhadap Candida albicans. Konsentrasi yang memiliki aktivitas paling baik terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis dan Escherichia coli adalah konsentrasi 25%. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan melakukan uji aktivitas antimikroba yang berbeda.