Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISIS WACANA KRITIS PIDATO PELANTIKAN JOE BIDEN VIS-À-VIS TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT Fridolini, Fridolini; Prasetio, Ade; Pratama, Yoga
Diglosia : Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Kesusastraan Indonesia Vol 8, No 1 (2024): Februari
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/diglosia.v8i1.5535

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pemaknaan atas makna pidato yang disampaikan oleh setiap presiden yang berpotensi dipengaruhi oleh hal-hal subjektif yang dapat menimbulkan kegaduhan di suatu negara. Salah satu metode ilmiah yang digunakan untuk menemukan makna tersembunyi dari komentar tentang masalah sosial politik, kebijakan, dan gaya kepemimpinan adalah analisis wacana kritis. Dengan menggunakan Analisis Wacana Kritis Van Dijk pada Pidato Pelantikan Presiden Joe Biden, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kebijakan Amerika Serikat. Analisis tersebut menunjukkan secara ilmiah bahwa Presiden Joe Biden memprioritaskan pemulihan masalah domestik daripada masalah internasional, dengan rasio persentase 70 persen : 30 persen. Persatuan, keamanan dalam negeri, dan keseimbangan terhadap masalah demokrasi adalah masalah pertama yang harus diperbaiki, diikuti dengan masalah internasional. Dalam pidatonya, Joe Biden menggunakan sosiokognitif superstruktur untuk menunjukkan pendekatan humanistik. Selain itu, Presiden Joe Biden lebih sering menggunakan pengulangan dan aliterasi sebagai kiasan untuk menekankan pesannya daripada Barack Obama, dan gaya bahasanya lebih sistematis dan lugas. Kata kunci: Analisis Wacana Kritis, Van Dijk, Joe Biden; Barack Obama; PidatoThe aims of the research is undermined by an absorption of the meaning of speeches delivered by any president who is potentially influenced by subjective things that can trigger a nation's agitation. One of the scientific methods used to find the hidden meaning of comments on social-political issues, policies, and styles of leadership is critical discourse analysis. Using Van Dijk's Critical Wacana Analysis on President Joe Biden's Appointment Speech, this study aims to uncover US policy. The analysis demonstrates scientifically that President Joe Biden prioritizes the recovery of domestic problems over international problems, with a 70 percent to 30 percent ratio. Unity, domestic security, and the balance of issues of democracy are the first issues to be fixed, followed by international issues. In his speech, Joe Biden used superstructured sociocognitive to demonstrate a humanistic approach. Besides, President Joe Biden is more likely to use repetition and aliteration as a pretext to emphasize his message than Barack Obama, and his style of speech is more systematic and coherent. Keywords: Critical Discourse Analysis, Van Dijk, Joe Biden; Barack Obama; Speech;
HUBUNGAN DERAJAT KEPARAHAN COVID-19 DENGAN FUNGSI PARU PADA PENYINTAS COVID-19 DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Prasetio, Ade; Anggraini, Fika Tri; Fadrian; Irawati, Lili; Anggrainy, Fenty; Alioes, Yustini
SINERGI : Jurnal Riset Ilmiah Vol. 2 No. 4 (2025): SINERGI : Jurnal Riset Ilmiah, April 2025
Publisher : Lembaga Pendidikan dan Penelitian Manggala Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62335/sinergi.v2i4.1102

Abstract

COVID-19 telah menginfeksi banyak orang di seluruh dunia selama beberapa tahun terakhir. Virus ini terutama menargetkan sistem pernapasan dan membuat para penyintasnya berisiko mengalami efek jangka panjang setelah sembuh. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara tingkat keparahan klinis COVID-19 dengan fungsi paru-paru pada penyintasnya. Spirometer berbasis PC digunakan untuk memeriksa fungsi paru pada penyintas COVID-19 ringan hingga sedang di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Mayoritas penyintas COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas memiliki tingkat keparahan klinis ringan (86,5%). Parameter spirometri yang mengalami penurunan paling banyak adalah VEP1 (16,2%), dan mayoritas penyintas COVID-19 memiliki fungsi paru yang normal (89,2%). Fungsi paru pada penyintas COVID-19 memiliki hubungan yang signifikan dengan keparahan klinis, yang dibuktikan dengan nilai p sebesar 0,005 (p < 0,05) pada uji Fisher exact. Terdapat hubungan antara tingkat keparahan klinis riwayat COVID-19 dengan fungsi paru pada penyintas, sehingga perlu dilakukan tindak lanjut pada pasien COVID-19 setelah dinyatakan sembuh dan diperlukan penatalaksanaan lebih lanjut pada pasien yang mengalami penurunan fungsi paru