Apsari, Ayu Rahmadita
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Let's Become A Humanist Communicator! The Importance of Interpersonal Communication Skills to Improve Group Cohesion Artyanti Putri, Putu Riana; Winayanti, Ratna Devy; Artayasa, I Nyoman; Pramana, Ida Bagus Gde Yoga; Apsari, Ayu Rahmadita; Anggreni, Ni Wayan Yuli
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 12, No 2 (2024): Volume 12, Issue 2, Juni 2024
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikoborneo.v12i2.15207

Abstract

The adolescent phase is a very critical development spear in life. Adolescents who have entered the age of high school students have experienced several significant changes that include emotional, cognitive, and social. School life not only revolves around understanding the material and working on tasks individually, but also includes good social interaction. In response to this, students are required to be able to blend in well to achieve social interaction with peers. It is important to have attachment between students to avoid prolonged conflicts between students and student groups. However, there are still many cases of conflict that occur due to low adhesion between students at school. The purpose of this study is to improve group cohesiveness by providing interpersonal communication training. The assumption of this interpersonal communication training is that by improving the interpersonal communication skills of participants, it will increase group cohesiveness in participants as well. This study is experimental research conducted on 14 students of class X IPS 1. There was a significant difference between the cohesiveness score of the group before and after the training with a sig value = 0.009 (p > 0.05), which showed that there was an increase in the cohesiveness score of the group of trainees. Based on the results of the research found, there was a change in behavior in class X IPS 1 student to become more blended and have more attachment to each other in class so that the classroom atmosphere became more synergistic and harmonious.Fase remaja menjadi tombak perkembangan yang sangat kritis di kehidupan. Remaja yang sudah memasuki usia peserta didik SMA telah mengalami sejumlah perubahan signifikan yang mencakup emosi, kognitif, dan sosial. Kehidupan sekolah tidak hanya berputar pada pemahaman materi dan pengerjaan tugas secara individu, tetapi juga mencakup interaksi sosial yang baik. Menanggapi hal tersebut, siswa diharuskan mampu untuk berbaur dengan baik guna mencapai interaksi sosial dengan teman sebaya. Penting memiliki kelekatan antar siswa untuk terhindar dari konflik berkepanjangan antar siswa maupun kelompok siswa. Akan tetapi, masih banyak sekali kasus konflik yang terjadi akibat rendahnya kelekatan antar siswa di sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kohesivitas kelompok dengan memberikan pelatihan komunikasi interpersonal. Asumsi dari pelatihan komunikasi interpersonal ini adalah dengan meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal peserta maka akan meningkatkan kohesivitas kelompok pada peserta pula. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilakukan terhadap 14 orang siswa kelas X IPS 1. Terdapat perbedaan yang yang signifikan antara skor kohesivitas kelompok sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan dengan nilai sig = 0,009 (p > 0,05), hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan skor kohesivitas kelompok peserta pelatihan. Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan, terjadi perubahan perilaku pada siswa-siswa kelas X IPS 1 menjadi lebih berbaur dan lebih memiliki kelekatan antar satu sama lain di kelas sehingga suasana kelas menjadi lebih bersinergi dan rukun.
Positive Parenting Training on the Quality of Maternal Care with Early Childhood at SPS Teratai Anggreni, Ni Wayan Yuli; Swasti, Idei Khurnia; Putri, Putu Riana Artyanti; Winayanti, Ratna Devy; Pramana, Ida Bagus Gde Yoga; Apsari, Ayu Rahmadita
Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 12, No 3 (2024): Volume 12, Issue 3, September 2024
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikoborneo.v12i3.16098

Abstract

Good quality care can mean that parents are able to provide care that suits their child's needs. Good quality in parenting is related to parents' knowledge about positive parenting. Positive parenting is a parenting style that balances warmth and appreciation with the rules and discipline that parents apply to their children. This research aims to determine the effect of positive parenting training on the quality of care for mothers of early childhood at SPS Teratai. The subjects of this research were mothers of early childhood children aged 2-6 years at SPS Teratai. The measuring tool used is the parenting quality scale from Efnita (2014). The results of the research show that the statistical test using the Wilcoxon Signed Rank Test using the SPSS 21.00 for Windows application shows a probability value of 0.027 (p<0.05). This shows that there is a change in the quality of parenting between the groups before and after positive parenting training. The results of the FGD also showed that participants learned about positive parenting which focuses on reducing negative parental behavior in caring for children, increasing attention to positive behavior in children and establishing empathetic closeness to children, carrying out more positive discipline so that they do not use violence either physically. verbal and emotional.Kualitas pengasuhan yang baik dapat bermakna bahwa orangtua mampu memberikan pengasuhan yang sesuai dengan kebutuhan dari anaknya. Kualitas yang baik dalam pengasuhan berkaitan dengan pengetahuan orangtua tentang pengasuhan yang positif. Pengasuhan positif adalah pola asuh yang menyeimbangkan antara kehangatan serta pengahargaan dengan aturan dan disiplin yang diterapkan orangtua kepada anaknya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan pengasuhan positif terhadap kualitas pengasuhan ibu dari anak usia dini di SPS Teratai. Subjek penelitian ini adalah ibu dari anak usia dini yang berusia 2-6 tahun di SPS Teratai. Alat ukur yang dipakai adalah skala kualitas pengasuhan dari Efnita (2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari uji statistik dengan uji beda Wilcoxon Signed Rank Test dengan bantuan aplikasi SPSS 21.00 for windows menunjukkan nilai probabilitas 0,027 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perubahan kualitas pengasuhan antara kelompok sebelum dan sesudah pelatihan pengasuhan positif. Hasil FGD juga menunjukkan bahwa peserta belajar tentang pengasuhan positif yang berfokus untuk mengurangi perilaku negatif orangtua dalam melakukan pengasuhan kepada anak, meningkatkan perhatian pada perilaku positif pada anak dan menjalin kedekatan yang penuh empati kepada anak, melakukan disiplin yang lebih positif sehingga tidak menggunakan kekerasan baik secara verbal maupun emosional.
Child is A Teacher: Family Experience with a Child with Autism Spectrum Disorder Anggreni, Ni Wayan Yuli Anggreni; Pratidina, Putu Ayu Onik; Pratiwi, Ni Made Ayu Yuli; Wistarini, Ni Nyoman Imas Pradnyanita; Apsari, Ayu Rahmadita
Psikostudia : Jurnal Psikologi Vol 14, No 2 (2025): Volume 14, Issue 2, Juni 2025
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikostudia.v14i2.19182

Abstract

Families with children diagnosed with autism spectrum disorder faced various emotional, social, and economic challenges that affected their daily lives. The process of accepting their child's condition was marked by stress, anxiety, and the need for adaptive coping strategies. This study aimed to understand family experiences in dealing with and adapting to the condition of children with autism spectrum disorder, as well as to identify the coping strategies they used to manage these challenges. This research employed a qualitative approach using phenomenological methods, involving in-depth interviews with parents of children with autism spectrum disorder. Thematic analysis was conducted to explore experiences, challenges, and coping strategies applied by families. The findings revealed that families went through various emotional stages before reaching full acceptance, with coping strategies varying from social support and religious-based approaches to problem-solving strategies. This study highlighted the importance of psychosocial support and policies that address the needs of families in supporting children with autism. The implications of this research encouraged the development of more comprehensive community-based intervention programs to improve the psychological well-being of families and the quality of life of children with autism spectrum disorder. Keluarga dengan anak yang mengalami gangguan spektrum autisme menghadapi berbagai tantangan emosional sosial dan ekonomi yang mempengaruhi dinamika kehidupan mereka. Proses penerimaan terhadap kondisi anak diwarnai oleh stres kecemasan serta kebutuhan akan strategi koping yang adaptif. Studi ini bertujuan memahami pengalaman keluarga dalam menghadapi dan beradaptasi dengan kondisi anak yang memiliki gangguan spektrum autisme serta mengidentifikasi strategi koping yang digunakan dalam mengelola tantangan tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi melibatkan wawancara mendalam kepada orang tua yang memiliki anak dengan gangguan spektrum autisme. Analisis tematik dilakukan untuk menggali pengalaman tantangan serta strategi koping yang diterapkan oleh keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga melalui berbagai tahap emosional sebelum mencapai penerimaan penuh dengan strategi koping yang bervariasi mulai dari dukungan sosial pendekatan berbasis agama hingga strategi berbasis pemecahan masalah. Studi ini menyoroti pentingnya dukungan psikososial dan kebijakan yang memperhatikan kebutuhan keluarga dalam mendampingi anak dengan autisme. Implikasi dari penelitian ini mendorong pengembangan program intervensi berbasis komunitas yang lebih komprehensif guna meningkatkan kesejahteraan psikologis keluarga serta kualitas hidup anak dengan gangguan spektrum autisme.