Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PEMETAAN KEPADATAN LOKASI INDUSTRI DAN KONSENTRASI KARBON MONOKSIDA DI UDARA SECARA SPASIO-TEMPORAL DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR Zakariyah, Mahmud; Wirahayu, Yuswanti Ariani
GEOGRAPHY : Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Vol 12, No 2 (2024): SEPTEMBER
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/geography.v12i2.24726

Abstract

Abstrak: Kegiatan industri yang berlangsung tidak hanya menghasilkan barang atau produk, melainkan juga manghasilkan polutan bagi udara, salah satunya gas karbon monoksida. Semakin padat lokasi kegiatan industri di suatu wilayah maka semakin tinggi konsentrasi karbon monoksida yang ada di udara. Kondisi tersebut kemungkinan terjadi di Kabupaten Lamongan yang sedang mengalami lonjakan tekait pembangunan  dan penambahan kegiatan industri. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan kepadatan lokasi industri dan kondisi konsentrasi karbon monoksida di udara secara spasiotemporal di Kabupaten Lamongan dengan menggunakan SIG dan data spasio-temporal kualitas udara Sentinel-5P OFFL CO. Analisis dilakukan dengan mempertimbakan keterkaitan kepadatan lokasi industri dan konsetrasi karbon monoksida di udara di Kabupaten Lamongan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa lokasi dengan kepadatan industri tertinggi berada di wilayah utara yaitu Kecamatan Brondong dan Paciran. Dua kecamatan tersebut memiliki konstrasi karbon monoksida  tertinggi dari tahun 2019 hingga tahun 2023. Selain itu, pola kondisi temporalnya juga selaras dengan pola yang terjadi secara global yaitu mengalami penurunan dari kondisi sebelum pandemi covid-19 dan mengalami peningkatan setelah terjadi covid-19. Berdasarkan nilai korelasinya juga memiliki fluktuasi. Tahun 2019 memiliki korelasi pearson 0.54. Tahun 2020 memiliki korelasi pearson 0.25. Tahun 2021 memiliki korelasi pearson 0.13. Tahun 2022 memiliki korelasi pearson 0.01. Tahun 2023 memiliki korelasi pearson 0.67.Abstract: Industrial activities not only produce goods or products, but also emit pollutants into the atmosphere, one of which is carbon monoxide. The carbon monoxide concentration in the air increases as the density of industrial activities in a given area grows. This condition is likely to occur in Lamongan Regency, which experiencing rapid growth and increased industrial activity. The goal of this study is mappping the concentration of industrial location density and the condition of carbon monoxide concentrations in the air in Lamongan Regency using GIS and Sentinel-5P OFFL CO spatio-temporal air quality data. The study looked at the relationship between the density of industrial sites and carbon monoxide concentrations in the air in Lamongan Regency. The results show that the northern region, specifically Brondong and Paciran, has the highest industrial density. Between 2019 and 2023, the two sub-districts have the highest carbon monoxide concentrations. Furthermore, the pattern of temporal conditions is consistent with the global pattern, with a decrease prior to the covid-19 pandemic and an increase following the pandemic. It fluctuates according to the correlation value. 2019 has a Pearson correlation of 0.54. 2020 has a Pearson correlation of 0.25. 2021 has a pearson correlation of 0.13. 2022 has a Pearson correlation of 0.01. 2023 has a pearson correlation of 0.67. 
Dinamika Indeks Kekeringan Terhadap Perubahan Iklim Di Sub-DAS Upper Brantas, Jawa Timur Zakariyah, Mahmud; Novi Silvia; Evi Fitriana
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 9 No. 1 (2025): Edisi Bulan Januari
Publisher : Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jgel.v9i1.15074

Abstract

Drought is one of the significant impacts of climate change that affects water availability, agricultural productivity and ecosystem sustainability. This research aims to analyze the drought index in the Upper Brantas River Sub-Watershed (DAS) area, which plays an important role in the agricultural sector of the local community. The drought index is calculated based on the ratio of annual precipitation to annual potential evapotranspiration, with precipitation and evapotranspiration data obtained from the Global Agro Ecological Zone (GAEZ) V4 Data Portal. This research utilizes the Representative Concentration Pathways (RCP) 4.5 and RCP 8.5 climate change scenarios in four time periods: 1981–2010, 2011–2040, 2041–2070, and 2071–2100. The results show that precipitation tends to decrease under RCP 4.5, while RCP 8.5 shows fluctuations, but remains higher than the RCP 4.5 value. In contrast, potential evapotranspiration shows a significant increase, especially in the RCP 8.5 scenario. The combination of these changes produces a drought index pattern that tends to decrease, so that the Upper Brantas Subwatershed area becomes drier, with worse impacts in the RCP 8.5 scenario. Spatial analysis revealed a strong negative correlation between potential evapotranspiration and drought indices, confirming the role of evapotranspiration in exacerbating drought conditions. This research can be the basis for recommendations by emphasizing the urgency of adaptation to climate change, such as managing water resources, increasing farmer capacity, and optimizing sustainable agricultural practices, in order to minimize the impact of drought on the sustainability of the Upper Brantas Subwatershed area.
Penentuan Batas Wilayah Pengelolaan Laut Pada Berbagai Bentuk dan Kondisi Wilayah (Studi Kasus: Wilayah Berbentuk Pulau, Wilayah Saling Berhadapan, dan Wilayah Saling Berdampingan) Zakariyah, Mahmud; Silvia, Novi; Masitoh, Ferryati; Yuniarti, Khoirun Nisa’ Ari
Jurnal Geospasial Indonesia Vol 8, No 1 (2025): June
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jgise.96765

Abstract

Sebagai negara kepulauan, negara indonesia memiliki wilayah daratan yang lebih sedikit dibandingkan wilayah lautan. Sehingga, penentuan batas pengelolaan wilayah laut penting diketahui sebab berkaitan dengan berbagai aspek sumber daya perairan dan kewenangan dalam menjaga keberlangsungan lingkungan laut. Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan hasil visualisasi peta batas administrasi pada wilayah perairan secara kartometrik, yang telah didasarkan atas Permendagri No. 141 Tahun 2017 dan dibuat dengan kelengkapan data-data administrasi Kabupaten Simeulue untuk pengaplikasian metode buffer, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Purworejo untuk melakukan metode equidistant line serta data administrasi Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Sumbawa Barat untuk digunakan metode median line. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa Penentuan batas wilayah laut memiliki cara yang berbeda tergantung kondisi wilayahnya. Wilayah kabupaten atau kota dengan bentuk pulau dianalisis dengan metode buffer, kemudian wilayah dengan pantai yang berdampingan dianalisis menggunakan equidistant line dan menunjukkan hasil bahwa Kabupaten Kebumen memiliki wilayah pengelolaan laut lebih luas dibandingkan Kabupaten Purworejo. Selain itu, untuk wilayah kabupaten atau kota dengan pantai yang berhadapan dianalisis menggunakan median line, sehingga diketahui Kabupaten Lombok Timur memiliki wilayah pengelolaan laut lebih luas dibandingkan Kabupaten Sumbawa Barat.