Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Perancangan Bale Perantenan (Dapur Suci) dan Bale Kul-Kul Pura Nataran Br. Kederi Singapadu Kaler Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar Bali Mahayani, Ni Komang Indra; Prasandya, Km Deddy Endra; Laksmi, Ida Ayu Cri Vinantya
Jurnal Pengabdian Sosial Vol. 1 No. 11 (2024): September
Publisher : PT. Amirul Bangun Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59837/rnkcmn67

Abstract

Bale Perantenan dan Bale Kul-kul adalah fasilitas yang sangat penting bagi keberadaan sebuah banjar. Sementara bale kul-kul digunakan oleh masyarakat Bali untuk berkumpul, berkumpul dalam bale banjar yang dilengkapi dengan kul-kul yang menggantung. Bale perantenan biasanya disebut sebagai dapur suci di pura, di Banjar Kederi, yang terletak di Desa Pekraman Singapadu Kaler. Permasalahan yang terjadi adalah bale perantenan tidak cocok untuk kegiatan krama banjar karena alasan, sebagai berikut; a. estetika, b. struktur bangunan, dan c. efektivitas pemanfaatan. Selain itu, bale kul-kul tidak tersedia di banjar tersebut. Krama banjar telah memutuskan untuk melakukan perbaikan, dan Tim Universitas Warmadewa Mengabdi membantu dalam proses perencanaan. Perencanaan bale perantenan dan balu kul-kul serta mengacu pada sikut dan kondisi bangunan yang ada dapat dilakukan untuk memecahkan masalah yang terjadi pada subjek penelitian. Perencanaan dan perancangan akan dilakukan selama kegiatan pengabdian, yang terdiri dari beberapa tahapan kegiatan:1. Tahap kegiatan permulaan yaitu mengukur kondisi eksisting bangunan yang ada, 2. Persiapan menggunakan metode diskusi untuk penyamaan persepsi dan penguatan komitmen kepada aparatur dinas maupun adat beserta tokoh masyarakat, 3. Metode Focus Group Discussion (FGD), untuk menjaring masukan dalam rangka identifikasi kebutuhan, 4. Evaluasi serta tindakan penyusunan dokumen rencana perancangan Bale Perantenan dan Bale Kul-Kul.
PERANCANGAN MASTERPLAN EKOWISATA MANGROVE BAGI KELOMPOK NELAYAN DI DESA PEMOGAN SEBAGAI DESTINASI WISATA POPULER KOTA DENPASAR Prasandya, Km Deddy Endra
Jurnal Pengabdian Masyarakat Borneo Vol 8, No 3 (2024)
Publisher : Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35334/jpmb.v8i3.5677

Abstract

Kelompok Usaha Bersama Simbar Segara merupakan komunitas nelayan di Desa Pemogan yang telah diberikan ijin oleh Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Bali, memanfaatkan Kawasan Hutan Tahura Ngurah Rai seluas 32 Ha untuk melaksanakan kegiatan pengembangan kawasan pesisir sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan pengembangan kawasan hutan mangrove tanpa merusak ekosistem mangrove dilakukan sebagai upaya untuk menciptakan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru (resources based industries) guna mendukung peningkatan taraf hidup masyarakat pesisir pada umumnya dan Simbar Segara pada khususnya. Konservasi hutan mangrove ini direncanakan menjadi destinasi wisata baru, namun dalam pengembangannya banyak sekali kebutuhan fasilitas yang belum direncanakan dengan baik. Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk menyusun masterplan ekowisata yang dapat menjadikan kawasan hutan mangrove sebagai daerah tujuan wisata terbatas, guna meningkatan pendapatan komunitas setempat, tanpa merusak lingkungan mangrove. Metode pelaksanaan kegiatan ini terdiri dari empat tahap, pertama adalah tahap persiapan dimana proses administrasi; pembuatan dokumen survei; dan alat dan bahan disiapkan, kedua adalah tahap pengumpulan data dimana data primer dan sekunder dikumpulkan untuk lebih memahami dan mengetahui kondisi fisik dan non fisik lingkungan, ketiga adalah tahap penyusunan data dan analisis data, dan terakhir adalah tahap perancangan dimana masterplan ekowisata disusun. Hasil dari kegiatan berupa desain masterplan kawasan hutan mangrove, dimana berdasarkan hasil FGD dengan mitra, konsep ekowisata sangat tepat digunakan sebagai acuan penyusunan desain masterplan kawasan mangrove Simbar Segara.
The Concept of Healing Waterscapes in Public Open Spaces to Construct the Positive Psychology of Visitors Prasandya, Km Deddy Endra; Satria, Made Wina; Adiartha, Made Arya
Jurnal Koridor Vol. 15 No. 2 (2024): Jurnal Koridor
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/koridor.v15i2.17930

Abstract

Public open spaces contain various features that have psychological effects on human mental health. Water, as one of the key elements in landscape design, not only enhances aesthetics but also provides sensory stimulation, social interaction, and psychological benefits. It possesses therapeutic qualities that promote relaxation and reduce stress. Given the rising prevalence of mental health issues among adolescents in Bali, public open spaces incorporating waterscapes play a crucial role. The concept of a "healing waterscape" can be applied in such spaces, where environmental elements are strategically designed to improve mental well-being through psychological approaches. However, no clear criteria for healing waterscape design have been formulated, and it remains unclear whether such criteria are being applied in the waterscapes of public open spaces in Denpasar City and Klungkung Regency. This study aims to establish criteria for healing waterscape design in public open spaces and assess the extent to which these criteria are implemented in Denpasar City and Klungkung Regency. Using a mixed-methods data analysis with JMP software, the study identifies four key variables in healing waterscape design: social, behavioral, cognitive, and emotional factors. The design criteria that should be considered for public space waterscapes in Denpasar and Klungkung include activity diversity, site characteristics, spatial variety, acoustics, water shape, movement, flow, lighting and signage, and both biotic and abiotic components.
Rencana Penataan Zona Penerimaan Kawasan Mangrove untuk Komunitas Nelayan di Desa Pemogan Prasandya, Km Deddy Endra; Mahayani, Ni Komang Indra
Jurnal Pengabdian Masyarakat Progresif Humanis Brainstorming Vol 8, No 4 (2025): Jurnal Abdimas PHB : Jurnal Pengabdian Masyarakat Progresif Humanis Brainstormin
Publisher : Politeknik Harapan Bersama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30591/japhb.v8i4.9683

Abstract

Pemanfaatan kawasan mangrove untuk pengembangan pesisir menuntut keseimbangan antara kepentingan sosial-ekonomi masyarakat dan kelestarian lingkungan. KUB Simbar Segara, komunitas nelayan di Desa Pemogan, Denpasar Selatan, menghadapi persoalan terkait kurang tertatanya zona penerimaan kawasan mangrove, meskipun telah memperoleh izin pemanfaatan dari Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Bali. Topik ini penting karena zona penerimaan berperan menentukan citra destinasi dan pengalaman awal wisatawan yang berdampak pada keberlanjutan ekonomi masyarakat pesisir. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah untuk membantu komunitas nelayan Simbar Segara menata, merancang, dan mengembangkan zona utama ekowisata mangrove yang berperan sebagai zona penerimaan yang akan memberikan pengalaman berwisata awal kepada pengunjung. Metode pelaksanaan kegiatan mencakup sosialisasi, pelatihan, penerapan teknologi dan inovasi, pendampingan, serta rencana keberlanjutan program. Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan kualitas lingkungan yang diketahui dari ilustrasi desain kawasan serta adanya peningkatan pemahaman terkait image identity/ citra destinasi bagi komunitas nelayan. Masterplan zona penerimaan kawasan ekowisata mangrove yang dihasilkan tetap berlandaskan pelestarian lingkungan mangrove, menjadikan kawasan hutan mangrove sebagai daerah tujuan wisata terbatas, meningkatan sosial - ekonomi komunitas setempat, dengan menguatkan citra destinasi melalui desain. Kegiatan ini menegaskan pentingnya pengembangan berbasis komunitas dalam mewujudkan ekowisata pesisir yang berkelanjutan.
QUANTIFYING WATERSCAPE DESIGN IMPACT ON URBAN VISITOR PSYCHOLOGY IN DENPASAR Prasandya, Km Deddy Endra; Satria, Made Wina
Border: Jurnal Arsitektur Vol. 7 No. 2 (2025): NOVEMBER 2025 (IN PROGRESS)
Publisher : Department of Architecture, Faculty of Architecture and Design, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Urban public spaces enhanced with waterscape features offer notable benefits for psychological well-being, particularly through multisensory and spatial engagement. Although theoretical frameworks on healing waterscapes have gained attention, empirical research examining user perceptions within real-world urban settings remains limited. This study investigates how visitors perceive four psychological variables of waterscape design (social, behavioral, cognitive, and emotional) in a prominent public space in Denpasar, Bali. Data were collected through a structured questionnaire, developed from established design sub-criteria, and distributed to visitors at Lapangan Puputan Badung. Responses were analyzed using JMP software to explore perceptual trends across the four variables. Findings indicate that emotional and behavioral aspects received the highest perception scores. Elements such as natural vegetation, organic materials, and ambient natural sounds like rustling leaves, bird songs, and flowing water were strongly associated with feelings of comfort, calmness, and restoration. On the other hand, social and cognitive aspects, including opportunities for interaction, spatial legibility, and acoustic clarity, were rated lower, suggesting areas where the current design may not fully support psychological needs. These insights highlight a perceptual imbalance in the spatial experience of the site. The study contributes practical implications for urban designers and landscape architects in enhancing the restorative qualities of waterscape environments.