Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

4. GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK (GEM) TELEPON SELULER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEHATAN Rasiman, Yoseph
Jurnal TNI Angkatan Udara Vol 2 No 1 (2023): Jurnal TNI Angkatan Udara Triwulan Pertama
Publisher : Staf Komunikasi dan Elektronika, TNI Angkatan Udara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62828/jpb.v2i1.54

Abstract

Gelombang electromagnet adalah gelombang yang terbentuk oleh komponengelombang elektrik, dan gelombang magnet. Sumbernya bisa berasal dari alam dengan berbagaifenomenanya, maupun peralatan system (elektronika) hasil rekayasa manusia. Gelombangelektromagnetik dapat merambat dari sumber energi gelombang elektromagnetik secaraomnidirectional, maupun directional, dengan arah perambatan yang lurus, belok, ataupunbias, tergantung jenis perangkat dan media yang digunakan. Tingkat radiasi gelombangelektromagnetik dari berbagai sumber berubah secara signifikan sejalan dengan perkembanganteknologi dan dampaknya terhadap kesehatan manusia. Praduga ini dibenarkan oleh para ahli/peneliti di laboratorium khususnya di bidang telekomunikasi, maupun di bidang kesehatan.Namun tidak sedikit pula bantahan-bantahan dari beberapa pihak yang menyangkal.
5. TEKNOLOGI GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUNICATION Rasiman, Yoseph; T, Ketty
Jurnal TNI Angkatan Udara Vol 2 No 2 (2023): Jurnal TNI Angkatan Udara Triwulan Kedua
Publisher : Staf Komunikasi dan Elektronika, TNI Angkatan Udara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62828/jpb.v2i2.64

Abstract

GSM (Global System for Mobile Communication), yang awalnya merupakan akronimdari Groupe Special Mobile, adalah suatu teknologi sistem komunikasi selular yang menggunakanteknik digital. Teknologi ini memanfaatkan gelombang mikro dan pengiriman sinyalnya diaturberdasarkan urutan waktu (time division). Sebagai teknologi yang banyak digunakan saat ini, GSMmemiliki kelebihan antara lain; Area cakupan (coverage area) meliputi semua wilayah yang bisadicakup oleh jaringan operator yang bersangkutan; SMS disimpan dulu di jaringan sementaraapabila ponsel yang akan menerima dalam keadaan tidak aktif atau diluar cakupan. SMS dikirimkembali setelah ponsel yang bersangkutan aktif atau sudah berada di dalam area cakupan; Untukmengirim SMS tidak perlu mengirim ke operator, cukup mengetik saja di keypad handset; Biayauntuk mengirim SMS lebih murah dibandingkan dengan menelepon; SMS dalam perkembanganselanjutnya tidak hanya terpaku pada pengiriman pesan-pesan singkat saja, tetapi kini sudahdimodifikasi untuk bisa mengirimkan gambar, suara (ring tones), logo pada ponsel, screen saverdan banyak fitur lainnya. GSM juga memiliki beberapa kekurangan antara lain: Pada waktu trafficsibuk pengiriman SMS menjadi padat. Traffic yang terlalu padat menyebabkan ketepatan waktupenyampaian pesan menjadi tidak real time. SMS pada kanal signaling yang juga mengakibatkanpesan sering kali tidak sampai sementara itu tetap dikenakan biaya pengiriman serta isi pesandalam SMS terbatas hanya 160 karakter per unit
9. TEKNOLOGI KOMUNIKASI SELULER BERBASIS GENERASI (G) Rasiman, Yoseph; Ketty; Novie
Jurnal TNI Angkatan Udara Vol 2 No 3 (2023): Jurnal TNI Angkatan Udara Triwulan Ketiga
Publisher : Staf Komunikasi dan Elektronika, TNI Angkatan Udara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62828/jpb.v2i3.77

Abstract

Penggunaan istilah 'teknologi' (bahasa Inggris: technology) telah berubah secarasignifikan lebih dari 200 tahun terakhir. Sebelum abad ke-20, istilah ini merujuk pada pengkajian ilmuterapan. Kemudian pengertian technology berubah pada permulaan abad ke-20 ketika para ilmuwanAmerika, yang dimulai oleh Thorstein Veblen, menerjemahkan gagasan-gagasan dari konsepJerman, Technik, menjadi technology. Teknologi tidak harus berwujud benda, seperti Alat, danmesin, tetapi juga dapat berupa teknologi virtual, seperti perangkat lunak. Dalam konteks ini,teknologi merupakan pengetahuan tentang bagaimana cara memadukan sumber-sumber, gunamenyelesaikan masalah, memenuhi kebutuhan, atau memuaskan keinginan. "Teknologi stateof-the-art" (teknologi termutakhir, sekaligus tercanggih) merujuk pada teknologi tinggi yangtersedia bagi kemanusiaan di ranah manapun. Selain itu, teknologi juga merupakan terapanmatematika (applied mathematics), sains, dan berbagai seni untuk faedah kehidupan. Sebuahcontoh adalah bangkitnya teknologi komunikasi, yang memperkecil hambatan interaksi sesamamanusia, yang berbasis pada perkembangan Internet dan komputer.
1. ANALISIS DAN PROSPEK TEKNOLOGI CDMA DI INDONESIA Rasiman, Yoseph; Ketty Aulia R; Novie R. Ike
Jurnal TNI Angkatan Udara Vol 2 No 4 (2023): Jurnal TNI Angkatan Udara Triwulan Keempat
Publisher : Staf Komunikasi dan Elektronika, TNI Angkatan Udara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62828/jpb.v2i4.78

Abstract

Teknologi CDMA pertama kali muncul pada tahun 1989. Perkembangannyasangat signifikan karena secara teknis lebih unggul dari pada teknologi sebelumnya sepertiGSM dan WCDMA. Namun berbagai spekulasi bermunculan mengenai kelangsungandan peluang CDMA di masa depan khususnya dalam menyediakan layanan data danproses transisi menuju jaringan dengan kualifikasi 3G, atau ke atasnya. Dalam tulisanini akan dibahas mengenai fitur, progress, dan penerapan teknologi CDMA di Indonesia.ASelanjutnya akan ditunjukkan bahwa teknologi CDMA memiliki prospek yang bagus untukdikembangkan sebagai alternative solusi bagi penyediaan akses komunikasi khususnya diIndonesia.
3. PEMBERDAYAAN INTERNET UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HASIL PENDIDIKAN Rasiman, Yoseph; Muchammad Furqon Muchaddats; Kurniawan P.Y.; Tuti Dikatama T
Jurnal TNI Angkatan Udara Vol 3 No 3 (2024): Jurnal TNI Angkatan Udara Triwulan Ketiga
Publisher : Staf Komunikasi dan Elektronika, TNI Angkatan Udara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62828/jpb.v3i3.108

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui sejauh manamasyarakat Indonesia sebagaimana tersirat dalam konstitusi kita untuk menciptakan danmembentuk sumberdaya manusia yang berkualitas di masa depan agar tidak tertinggaldari bangsa lain. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui penyelenggaraan pendidikanyang tertata dengan baik. Perkembangan teknologi informasi khususnya internet telahmerambah berbagai kehidupan manusia termasuk dunia Pendidikan. Internet saat inimerupakan media multifungsi. Komunikasi menggunakan media Internet dapat dilakukansecara interpesonal atau point-to-point (misal: e-mail atau chat), atau broadcast, yangdikenal one to many communication (misal: mailing lists). Internet juga mampu hadirsecara real-time layaknya seperti metode conventional dengan menggunakan aplikasiteleconference. Pendek kata, teknologi informasi khususnya internet memegangperanan penting dalam menggantikan peran manusia, dalam melakukan tugas sepertiautomatic processing, dan meningkatkan peran manusia, dalam menyajikan informasimelalui tasking atau processing. Oleh karena itu kehadiran internet dalam duniapendidikan merupakan tuntutan zaman, yang tak terhindarkan, khususnya dalammengembangkan proses belajarmengajar yang lebih conducive, dan interactive, effectivedan efficient.
4. ANTENA MICROSTRIP Rasiman, Yoseph; Much. F. Muchaddats; Kurniawan P.Y.; T. Dikatama T.
Jurnal TNI Angkatan Udara Vol 4 No 1 (2025): Jurnal TNI Angkatan Udara Triwulan Pertama
Publisher : Staf Komunikasi dan Elektronika, TNI Angkatan Udara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62828/jau.v4i1.132

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara kerja dari perangkat (devais) “front-end” yang berfungsi untuk mengubah gelombang listrik menjadi gelombang elektromagnetik (GEM) atau sebaliknya, dan memancarkan atau menerima gelombang radio (gelombang elektromagnetik). Sedangkan Antena microstrip adalah suatu konduktor metal yang menempel pada ground plane yang diantaranya terdapat bahan dielektrik. Sedangkan pada Antena microstrip memiliki massa ringan, mudah difabrikasi, dan sifatnya yang konformal memungkinkan dapat ditempatkannya pada hampir semua jenis permukaan yang berukuran kecil. Karena sifat yang dimilikinya, antena microstrip sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan saat ini yaitu dapat di-integrasikan dengan peralatan telekomunikasi lain yang berukuran kecil. Akan tetapi antenna microstrip juga memiliki beberapa kekurangan yaitu : bandwidth sempit, gain dan directivity kecil, serta efisiensi rendah.
3. MENGENAL DAN MEMAHAMI INSTRUMENT LANDING SYSTEM (ILS) Rasiman, Yoseph; Muchammad Furqon Muchaddats; Kurniawan; Tia Dikatama Tsania
Jurnal TNI Angkatan Udara Vol 4 No 2 (2025): Jurnal TNI Angkatan Udara Triwulan Kedua
Publisher : Staf Komunikasi dan Elektronika, TNI Angkatan Udara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62828/jpb.v4i2.152

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk membantu dan memudahkan pesawat dalam melaksanakan pendaratan secara tepat pada garis tengah (centre line) runway dan dengan sudut kemiringan yang tepat. Instrument Landing System (ILS) merupakan perangkat sistem (elektronika) yang berfungsi sebagai pemandu pendaratan pesawat udara. Sistem ini dapat membantu memudahkan pesawat untuk mendarat pada garis tengah (centre line) runway dan dengan sudut kemiringan yang tepat. Pemanduan dilakukan agar pilot mengetahui jarak pesawat terhadap area pendaratan (touchdown zone) pada landasan (runway). Pemanduan dilakukan untuk mengatur (adjust) posisi kanan-kiri (center line) pesawat, sehingga dapat landing dengan tepat di garis tengah landasan. Pemanduan dilakukan juga untuk mengatur (adjust) kemiringan (nose-down) pesawat, sehingga dapat mendarat (landing) dengan kemiringan (sudut elevasi) kurang-lebih 3° terhadap landasan. ILS terdiri dari 3 peralatan pokok untuk pemanduannya yaitu: Marker Beacon, Localizer, dan Glide Slope. Oleh karena itu, ILS tetap menjadi satu-satunya sistem pendekatan presisi yang tersedia yang didukung oleh semua pesawat sipil yang dilengkapi IFR.
7. ALAT PENGUKUR JARAK (DISTANCE MEASUREMENT EQUIPMENT) Rasiman, Yoseph; Muchammad Furqon Muchaddats; Kurniawan; Tia Dikatama Tsania
Jurnal TNI Angkatan Udara Vol 4 No 2 (2025): Jurnal TNI Angkatan Udara Triwulan Kedua
Publisher : Staf Komunikasi dan Elektronika, TNI Angkatan Udara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62828/jpb.v4i2.153

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui dan menghitung berapa kecepatan yang dibutuhkan dalam mencapai suatu stasiun. Distance Measuring Equipment (DME) adalah alat navigasi udara yang berfungsi memberikan panduan/informasi jarak (slant range) bagi pesawat udara dengan fasilitas DME yang dituju. (DME adalah jenis sistem navigasi en-route untuk pesawat udara; DME sering dipasang di dekat stasiun VOR sehingga memberikan gabungan bearing dan jarak; Ketika DME dipasang dengan VOR, itu disebut sebagai VOR/DME; DME memberikan jarak fisik dari pesawat ke transponder DME darat dinyatakan dalam Nautical Miles (NM); DME juga menghitung kecepatan darat dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai stasiun jika pesawat dilengkapi dengan komputer yang sesuai; Sistem DME terdiri dari tiga komponen dasar, yaitu: antena DME pada badan pesawat, unit tampilan navigasi DME di kokpit pesawat, pemancar/penerima DME di darat). Gambar di bawah menunjukkan perangkat DME
9. PRIMARY SURVEILLANCE RADAR (PSR) Rasiman, Yoseph; Yunaini Ketty; Muchammad Muchaddats; Kurniawan; Tia Dikatama Tsania
Jurnal TNI Angkatan Udara Vol 4 No 3 (2025): Jurnal TNI Angkatan Udara Triwulan Ketiga
Publisher : Staf Komunikasi dan Elektronika, TNI Angkatan Udara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62828/jpb.v4i3.167

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mendeteksi pesawat terbang yang sedang mendekat dari jarak 40 mil (sekitar 64 km). Radar primer atau Primary Surveillance Radar (PSR) termasuk jenis radar aktif dengan respon pasif, dan merupakan radar konvensional yang memancarkan signal gelombang elektromagnetik terarah ke ruang udara dan menerima serta mengolah signal gelombang elektromagnetik yang dipantulkan (echo signal) dari sasaran (objek) yang umumnya bersifat logam. Radar primer tidak memerlukan peralatan tertentu pada sasaran (objek), berbeda dengan radar sekunder (SSR) yang memerlukan peralatan tertentu pada sasaran (objek) yang disebut transponder. Radar (PSR) ini menggunakan system antena yang berputar baik secara mekanik maupun elektronik untuk memindai (scanning) ruang udara dengan cakupan (coverage) 360 derajat (360o ) azimuth. Radar ini dapat memberikan informasi jarak, azimuth, kecepatan, dan ketinggian (elevasi) sasaran (objek) baik yang bergerak maupun sasaran yang diam. Selain itu, radar primer memerlukan daya pancar yang kuat untuk dapat menjangkau sasaran (objek) yang jaraknya jauh (ratusan NM).
3. SECONDARY SURVEILLANCE RADAR (SSR) Rasiman, Yoseph; Yunaini Ketty; Muchammad Muchaddats; Kurniawan; Tia Dikatama Tsania
Jurnal TNI Angkatan Udara Vol 4 No 3 (2025): Jurnal TNI Angkatan Udara Triwulan Ketiga
Publisher : Staf Komunikasi dan Elektronika, TNI Angkatan Udara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62828/jpb.v4i3.169

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi pesawat terbang secara elektronis dengan menampilkan (display) informasi elektronik seperti kode pesawat, ketinggian pesawat dan informasi lainnya Secondary Surveillance Radar (SSR) yang merupakan sistem radar aktif dengan respon aktif, yang sering digunakan untuk monitoring dan pengendalian lalu lintas udara (ATC). SSR berfungsi untuk mendeteksi dan mengidentifikasi pesawat terbang secara elektronis dengan menampilkan (display) informasi elektronik seperti kode pesawat, ketinggian pesawat dan informasi lainnya. Secara garis besar bekerjanya SSR seperti halnya sistem komunikasi (elektronik) point-to-point antara Interrogator (yang berada di darat), dengan mengirimkan Mode signal, pada frekuensi 1030 MHz, dan Transponder (yang ada di pesawat udara) yang mengirimkan Code signal pada frekuensi 1090 MHz sebagai respon. (Interrogator requires an airborne Transponder on the airplane which responds to the receipt of pulses from a ground-based antenna; This response signal (CODE) can contain much more information, e.g. an altitude, an identification code or also any technical problems on board such as a radio contact loss, etc.)