Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Chili Yields, Nutrient Use, and Water Use Efficiency under Precision Fertigation at Different Plant Density and Drip Irrigation Lines Susila, Anas Dinurrohman; Suketi, Ketty; Purnamawati, Heni; Rusdan, Risna
Journal of Tropical Crop Science Vol. 12 No. 03 (2025): Journal of Tropical Crop Science
Publisher : Department of Agronomy and Horticulture, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jtcs.12.03.594-603

Abstract

The study aimed to evaluate the effects of irrigation line number and plant density on the growth and yield of curly red chili pepper (Capsicum annuum L.) cv. Tangguh. The study was conducted from August 2023 to January 2024 at the Cikarawang Experimental Station of IPB University (6°32’56” S; 106°43’54” E; 240 m above sea level) on Ultisol characterized by severely low phosphorus (1.1 ppm) and high potassium content (66 ppm). A split-plot design within a randomized complete block design was employed, with irrigation line number (single or double drip lines per bed) as the main plot and four planting densities (26,666, 53,322, 80,000, and 106,666 plants.ha-1) as subplots. Each treatment was replicated three times, resulting in 24 plots (each 1.5 m × 10 m). Fertilizers applied included Urea (45% N), SP-36 (36% P2O5 ), cattle manure, dolomite, biofertilizers (Trichoderma spp.), and PGPR. Irrigation and fertigation were managed using the Nutrigads automatic drip system. The data collected included plant growth, yield components, nutrient use efficiency, water use efficiency, and partial factor productivity for nitrogen (N) and phosphorus (P). The results showed that the irrigation line number had no significant effect on individual plant growth parameters. However, using double lines significantly increased total fruit yield per bed and hectare, indicating its contribution to overall productivity. Conversely, the double line system reduced water use efficiency (WUE = 2.07 kg.mm-1) compared to the single line system (WUE = 3.64 kg.mm-1; P<0.0001). Higher planting densities (up to 106,666 plants.ha-1) enhanced total yield by promoting vertical growth but reduced individual plant performance, and had a positive effect on WUE, NUE, and PUE.
Respons Produksi dan Kepedasan terhadap Kepadatan Populasi pada Budidaya Cabai menggunakan Mulsa Polyethylene dan Irigasi Tetes rusdan, Risna; Anas Dinurrohman Susila; Ketty Suketi
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 14 No. 1 (2023): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jhi.14.1.24-32

Abstract

Cabai merupakan produk hortikultura yang banyak dikonsumsi dalam bentuk segar dan olahan, cabai olahan bisa dalam bentuk pasta, kering dan serbuk. Saat ini Indonesia masih mengimpor cabai kering karena harga cabai kering impor lebih murah dari cabai kering lokal. Biaya produksi usaha cabai dapat diusahakan dengan menerapkan manajemen teknologi budidaya yang tepat. Salah satu cara untuk menekan biaya produksi adalah dengan menggunakan varietas cabai yang dapat di panen dalam kondisi kering di pohon, sehingga dapat mengurangi biaya pengeringan pada pascapanen. Sementara itu produksi cabai dapat ditingkatkan dengan menggunakan jarak tanam rapat, sehingga hasil per satuan luas akan lebih tinggi. Tujuan dari penelitian ini mendapatkan varietas cabai yang dapat kering di pohon serta jarak tanam yang tepat untuk budidaya cabai kering sehingga dapat meningkatkan produksi. Percobaan dilakukan di Kebun percobaan Cikarawang, IPB dari Agustus 2022–Januari 2023. Percobaan ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) split plot faktorial, petak utama adalah varietas (Sios Tavi dan Tangguh (Cabai merah keriting, Baja (cabai merah besar)) dan anak petak adalah jarak tanam (normal:30x50 cm; rapat:25x25 cm), terdiri dari 4 ulangan. Hasil percobaan menunjukkan varietas Tangguh dengan jarak tanam rapat memiliki produksi cabai kering di pohon terbaik berdasarkan jumlah buah total per petak (1951.50), bobot total per petak (5.05 kg) dan per hektar (6.86 ton ha-1), nilai capsaicin pada varietas Sios Tavi, Baja dan Tangguh termasuk dalam kategori pedas moderat.Kata kunci: Cabai kering, cabai merah keriting, cabai merah besar, jarak tanam.
Pengujian Efektivitas Mulsa Polyethylene pada Budidaya Cabai Menggunakan Sistem Fertigasi: Testing the Effectiveness of Polyethylene Mulch in Chili Cultivation Using a Fertigation System Rusdan, Risna; Anas Dinurrohman Susila; Ketty Suketi
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 15 No. 3 (2024): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI)
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jhi.15.3.140-146

Abstract

Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura penting di Indonesia yang dapat dimanfaatkan dalam bentuk segar maupun olahan. Salah satu contoh cabai yang diolah adalah cabai kering, Indonesia masih mengimpor cabai kering karena harga cabai kering impor lebih kompetitif dibandingkan dengan cabai kering lokal. Penerapan teknologi budidaya tanaman yang tepat dapat mengurangi biaya produksi cabai kering di Indonesia sehingga dapat bersaing dengan harga impor. Penelitian ini bertujuan untuk menekan biaya produksi dengan menerapkan sistem tanam tanpa mulsa menggunakan jarak tanam rapat. Kegiatan penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Cikarawang, IPB pada Desember–Mei 2023. Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak non-faktorial dengan perlakuan mulsa polyethylene dan tanpa mulsa, jarak tanam 25 cm × 25 cm. Cabai dipanen ketika buah telah kering di pohon yaitu 83 Hari Setelah Tanam (HST). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman yang menggunakan mulsa polyethylene menghasilkan produksi cabai dengan jumlah buah per petak 4,930 buah, lebih tinggi dibandingkan tanpa mulsa 4,221 buah dan bobot buah tanaman yang menggunakan mulsa polyethylene per petak 6,891 kg lebih tinggi dari tanpa mulsa yaitu 5,694 kg, dan bobot buah tanaman menggunakan mulsa per hektar 9.47 ton ha-1 lebih tinggi dari tanaman tanpa mulsa 7.89 ton ha-1. Budidaya cabai yang dilakukan dengan pengeringan langsung di pohon sebaiknya dilakukan di wilayah dengan tingkat curah hujan yang rendah. Kata kunci: cabai industri, teknologi budidaya, jarak tanam, produksi, produktivitas
OPTIMALISASI LAHAN GAMBUT MELALUI IMPLEMENTASI IP 200 SEBAGAI PENGGANTI POLA TANAM SONOR DI DESA PERIGI KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN Harun, Umar; Agus Suwignyo, Rujito; Ramadhani, Fitri; Marlina, Marlina; Sefrila, Marlin; Rusdan, Risna; Habibulloh, Habibulloh; Kurnianingsih, Astuti; irmawati, Irmawati
Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 8, No 11 (2025): MARTABE : JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jpm.v8i11.4370-4381

Abstract

Lahan gambut yang luas dengan cadangan air tanah yang cukup dan iklim tropis yang memungkinkan kegiatan budidaya dapat dilakukan sepanjang tahun. Namun, potensi tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena masih banyak petani yang menerapkan sistem sonor, yaitu pola tanam tradisional yang hanya mengandalkan air hujan dan dilakukan sekali tanam dalam setahun. Kegiatan pengabdian dilakukan di Desa Perigi terletak di Kecamatan Pangkalan Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera. Pelaksanaan pengabdian akan dilaksanakan secara komprehensif terdiri dari beberapa terminologi kegiatan seperti sosialisasi, pelatihan, penerapan/adopsi teknologi, pendampingan dan evaluasi serta keberlanjutan program. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Perigi dilakukan untuk memperkenalkan sistem budidaya intensif berkelanjutan di lahan gambut melalui penerapan pola tanam IP 200, sebagai solusi atas permasalahan rendahnya produktivitas dan praktik budidaya tidak ramah lingkungan seperti pembakaran lahan dan sistem sonor. Kegiatan ini melibatkan 5 petani mitra dalam satu kelompok tani, dan memperoleh respons positif dari petani non-mitra yang menunjukkan antusiasme terhadap teknologi yang diperkenalkan. Tahapan kegiatan mencakup sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan teknis, dengan penerapan penanaman jagung di musim kemarau dan padi di musim hujan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa pendekatan bertahap yang disesuaikan dengan kebutuhan petani serta kondisi ekologis lahan gambut efektif meningkatkan intensitas tanam dan kesadaran akan pertanian berkelanjutan. Efek sosial yang terjadi menunjukkan potensi replikasi program di wilayah gambut lainnya. Kegiatan ini diharapkan menjadi model percontohan dalam pengelolaan lahan gambut yang produktif, aman, dan berkelanjutan.
PENGEMBANGAN PROGRAM PEKARANGAN PANGAN LESTARI (P2L) BERBASIS TEKNOLOGI HIDROPONIK VERTIKULTUR UNTUK MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN KELUARGA DI DESA TANJUNG BARU KECAMATAN INDRALAYA UTARA Irmawati, Irmawati; Rusdan, Risna; Amiros, Nabilah; Fadhilah Rizar, Fitra; Purnama Ria, Rofiqoh; Hasmeda, Mery
Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 8, No 12 (2025): MARTABE : JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jpm.v8i12.%p

Abstract

Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) bertujuan meningkatkan kemandirian pangan keluarga melalui pemanfaatan lahan pekarangan secara produktif dan berkelanjutan. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan di Desa Tanjung Baru, Kecamatan Indralaya Utara, Kabupaten Ogan Ilir, Provinsi Sumatera Selatan. Tujuan kegiatan adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam menerapkan teknologi hidroponik vertikultur sebagai alternatif budidaya sayuran di lahan terbatas.Pelaksanaan kegiatan meliputi tahapan survei awal, sosialisasi, pelatihan, demonstrasi, pendampingan, serta evaluasi melalui pre-test dan post-test. Kegiatan diikuti oleh kelompok wanita tani dan masyarakat umum dengan antusiasme tinggi. Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan peserta dari rata-rata 50% pada pre-test menjadi 90% pada post-test. Peserta memahami prinsip dasar sistem hidroponik vertikultur, mulai dari pemilihan media tanam, pengaturan nutrisi, hingga perawatan tanaman. Penerapan teknologi hidroponik vertikultur terbukti mampu mengoptimalkan lahan pekarangan menjadi sumber pangan keluarga yang berkelanjutan. Masyarakat mulai mampu memproduksi sayuran segar untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga dan memiliki peluang menambah pendapatan dari hasil panen. Kegiatan pengabdian ini berkontribusi terhadap peningkatan kemandirian pangan, perbaikan gizi keluarga, dan pemberdayaan masyarakat pedesaan melalui pemanfaatan teknologi pertanian sederhana dan ramah lingkungan.