Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pengaruh Ketersediaan Air dan Interval Waktu Pemberian Mulsa terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Padi Gogo Yakup, Yakup; Sefrila, Marlin
Seminar Nasional Lahan Suboptimal Vol 12, No 1 (2024): Vol 12, No 1 (2024): Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-12 “Revital
Publisher : Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal (PUR-PLSO) Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Yakup, Y., Sefrila, M. (2024). The effects of water supplies and mulching intervals on growth and development of upland rice. In: Herlinda S et al. (Eds.), Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal ke-12 Tahun 2024, Palembang 21 Oktober 2024. (pp. 305–312). Palembang: Penerbit & Percetakan Universitas Sriwijaya (UNSRI).Water availability is one of the factors that can influence the productivity of upland rice, so the use of mulch is an alternative that can be applied because applying mulch at certain time intervals can suppress evaporation and support groundwater availability. This research aimed to determine the effect of water provision and mulch application intervals on the growth and development of upland rice. The experiment used a randomized complete block design with two factors and 3 replications.The first factor were water supplies when showed by proportion of field capacity (FC) in some weeks after planting (WAP), i.e. : FC (since 0 WAP); 4/5 FC (0 WAP) and FC (since 2 WAP); 3/5 FC (0 WAP), 4/5 FC (2 WAP),  and FC (since 4 WAP);  2/5 FC (0 WAP), 3/5 FC (2 WAP), 4/5 FC (4 WAP), FC (since 6 WAP). The second factor were mulching intervals, i.e.: 0 – 2 WAP; 0 – 4 WAP; and 0 – 6 WAP. The Observations included plant height (2, 4, and 6 WAP), and number of tillers (6 WAP). The results showed that water supply 3/5 FC (0 – 4 WAP) still could be tolerated by early growth of upland rice, but water supply 2/5 FC (0 – 2 WAP) decreased early growth of upland rice significantly. Mulching interval since planting to 4 and 6 weeks after planting able to increased tillers number, while the mulching interval since planting to 2 weeks after planting had no significantly effect on tillers number of upland rice. 
EFEKTIVITAS PROPAGUL FMA LOKAL PASANG SURUT ASAL INANG JAGUNG Sefrila, Marlin; Lumbantoruan, Santa Maria; Adriansyah, Fikri; Kurnianingsih, Astuti; Darmawan, Arif Rizky
Jurnal Agroqua: Media Informasi Agronomi dan Budidaya Perairan Vol 22 No 2 (2024): Jurnal Agroqua
Publisher : University of Prof. Dr. Hazairin, SH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32663/ja.v22i2.4877

Abstract

Suboptimal land such as tidal swamps is still quite widespread in Indonesia and has a low fertility level. This land requires good management to support optimal crop production. One management that still has the potential to be developed is the use of microorganisms, namely AMF. Use of AMF in tidal soil in the form of AMF inoculant as a natural biofertilizer. The aim of the research is to evaluate the effectiveness of local tidal AMF propagules produced during trapping on corn host plants which will be used later as biofertilizer. This study used a factorial randomized complete group design (RKLT). The first factor is the dose of local AMF propagules from the corn host plant (0, 5 and 10 g plant-1) and the second factor is the fertilization interval (1 and 2 times a week), with 3 replications for each treatment unit consisting of 20 plants. The application of AMF propagules showed an effect on plant height, leaf green level, shoot dry weight and percentage of AMF infection. The level of greenness of corn plant leaves was highest when 5 g of AMF propagules were given when compared with 10 g of AMF propagules and without AMF propagules. The increase in the percentage of infection of corn roots by AMF at 10 g of AMF propagules+1 time a week when compared with no AMF propagules+1 time a week and 5 g of propagules+fertilization 2 times a week was 50.67% and 46.34%.
Optimalisasi Pertanian di Lahan Terbatas Melalui Integrasi Hidroponik dan Pertanian Organik sebagai Strategi Ketahanan Pangan Berkelanjutan di Desa Permata Baru Lumbantoruan, Santa Maria; Susilawati, Susilawati; Gustiar, Fitra; Ramadhani, Fitri; Sefrila, Marlin; Ningsih, Astuti Kurnia; Ria, Rofiqoh Purnama; Fadilah, Lya Nailatul; Irmawati, Irmawati; Cahya, Muhardianto
Jurnal Pengabdian Sosial Vol. 2 No. 7 (2025): Mei
Publisher : PT. Amirul Bangun Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59837/vqjg0f24

Abstract

  Lahan pertanian yang semakin terbatas mendorong kegiatan budidaya tanaman dapat dilakukan tidak hanya di lahan luas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan pemanfaatan lahan terbatas untuk kegitan budidaya. Budidaya tanaman di pekarangan memiliki potensi untuk meningkatkan ketahanan pangan khususnya di desa. Pemanfaatan lahan terbatas dapat dioptimalkan melalui penerapan tenkologi inovasi seperti hidroponik, vertikultur, ataupun aquaponik. Umumnya, banyak masyarakat di desa belum memanfaatkan lahan pekarangan secara optimal untuk kegiatan budidya tanaman. Hal ini disebabkan oleh minimnya informasi atau pengetahuan dalam mengoptimalkan lahan untuk budidaya tanaman sebagai upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Tujuan dari pengabdian ini adalah untuk memberikan informasi dan pemahaman terkait potensi pertanian pekarangan yang diintergarsikan dengan penerapan pertanian organik. Kegiatan pegabdian ini dilakukan dengan metode sosialisasi dan pelatihan langsung di desa permata baru. Kegiatan sosialisasi dan pelatihan terkait penerapan sistem pertanian hidroponik dan cara perakitannya serta pembuatan pupuk organik cair dari limbah kulit pisang dan biopestisida dari daun pepaya. Berdasarkan survey terdapat beberapa kendala mengapa masyarakat tidak memanfaatkan lahan pekarangan diantaranya karena keterbatasan biaya produksi, minimnya pengetahuan dan kendala teknis. Hasil dari pengabdian ini tercermin dalam peningkatan minat masyarakat untuk mengimplementasikan sistem pertanian hidroponik.  Dengan terlaksananya kegiatan pengabdian ini melalui sosialisasi dan pelatihan masyarakat desa mulai menyadari potensi lahan pekarangan untuk kegitan budidaya. Sebanyak 92% masyarakat desa ingin mengimplementasikan sistem pertanian hidroponik di lahan pekarangan. Selain itu, masyarakat juga mendapat pengetahuan dalam pemanfaatan limbah pertanian sebagai pupuk organic cair dan biopestisida guna mendukung ketahanan pangan rumah tangga. https://drive.google.com/file/d/1woPpP6aJ5NCoFBtfzIMbmv0tda9HLTpD/view?usp=sharing
PEMANFAATAN TEPUNG DAUN Indigofera zollingeriana SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG BUNGKIL KEDELAI PADA FORMULASI PAKAN IKAN BETOK (Anabas testudineus) Mukti, Retno Cahya; Yulisman, Yulisman; Sefrila, Marlin; Riswandi, Agung; Aprilia, Marsela
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 21, No 3 (2025): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ijfst.21.3.162-167

Abstract

Pakan merupakan faktor esensial yang menentukan pertumbuhan dan efisiensi produksi dalam budidaya ikan. Pakan yang diformulasi tersusun dari berbagai bahan baku, baik hewani maupun nabati. Bahan nabati yang umumnya digunakan sebagai sumber protein dalam formulasi pakan ikan adalah tepung bungkil kedelai. Namun, tepung bungkil kedelai masih diimpor dari luar negeri. Oleh sebab itu, perlu alternatif bahan nabati yang dapat digunakan sebagai sumber protein untuk mensubstitusi tepung bungkil kedelai dalam formulasi pakan. Tepung daun Indigofera zollingeriana terbukti mampu mensubstitusi tepung bungkil kedelai pada beberapa jenis ikan, diantaranya ikan gurame, ikan lele, dan ikan tambakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase terbaik tepung daun I.zollingeriana dalam mensubstitusi tepung bungkil kedelai pada formulasi pakan ikan betok. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap terdiri atas empat perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu kombinasi tepung bungkil kedelai dan tepung daun I. zollingeriana dengan persentase berbeda dalam formulasi pakan ikan betok, yaitu 40%:0% (P0), 30%:10% (P1), 20%:20% (P2), dan 10%:30% (P3). Parameter yang diukur antara lain pertumbuhan bobot dan panjang mutlak, rasio efisiensi protein, efisiensi pakan, kelangsungan hidup dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan substitusi tepung bungkil kedelai dengan tepung daun I. zollingeriana sebesar 50% (P2) merupakan perlakuan terbaik yang menghasilkan pertumbuhan bobot mutlak 1,77 g, pertumbuhan panjang mutlak 1,01 cm, rasio efisiensi protein 1,57, efisiensi pakan 51,76%, dan kelangsungan hidup ikan betok sebesar 96,67%. Parameter kualitas air pada P2 meliputi suhu 26,6-29,8°C, pH 6,6-7,6, oksigen terlarut 4,4-5,8 mg L-1 dan amonia 0,04-0,10 mg L-1.
Growth Characteristics of Shallot on Various Planting Media Composition Kurnianingsih, Astuti; Sefrila, Marlin; Susilawati
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 9 No. 3 (2018): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.387 KB) | DOI: 10.29244/jhi.9.3.167-173

Abstract

Bawang merah termasuk salah satu produk hortikultura unggulan nasional dan termasuk kelompok sayuran rempah tidak bersubstitusi. Budidaya tanaman bawang merah membutuhkan tanah yang memiliki struktur remah, dengan tekstur sedang sampai liat, mengandung bahan organik tinggi, memiliki drainase dan aerasi yang baik serta memiliki pH 5.6 - 6.5. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan melihat karakter pertumbuhan tanaman bawang merah pada berbagai komposisi media tanam. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan dan Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November 2017. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), dengan 11 perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali. Setiap unit perlakuan berjumlah lima tanaman, sehingga terdapat 11 x 3 x 5 = 165 tanaman. Dengan perlakuan sebagai berikut: P0 : tanah top soil; P1 : tanah : pupuk kandang ayam (2:1); P2 : tanah : pupuk kandang sapi (2:1); P3 : tanah : TKKS (2:1); P4 : tanah : pupuk kandang ayam (3:1); P5 : tanah : pupuk kandang sapi (3:1); P6 : tanah : pupuk TKKS (3:1); P7 : tanah : pupuk kandang ayam : TKKS (2:1:1); P8 : tanah : pupuk kandang sapi : TKKS (2:1:1); P9 : tanah : pupuk kandang sapi : TKKS (3:1:1); P10: tanah : pupuk kandang : ayam : TKKS (3:1:1). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media tanam tanah dan pupuk kandang ayam dengan perbandingan (3:1) dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah anakan per rumpun. Kata kunci: bahan organik, bawang merah, komposisi media tanam, pupuk kandang
OPTIMALISASI LAHAN GAMBUT MELALUI IMPLEMENTASI IP 200 SEBAGAI PENGGANTI POLA TANAM SONOR DI DESA PERIGI KABUPATEN OKI PROVINSI SUMATERA SELATAN Harun, Umar; Agus Suwignyo, Rujito; Ramadhani, Fitri; Marlina, Marlina; Sefrila, Marlin; Rusdan, Risna; Habibulloh, Habibulloh; Kurnianingsih, Astuti; irmawati, Irmawati
Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 8, No 11 (2025): MARTABE : JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jpm.v8i11.4370-4381

Abstract

Lahan gambut yang luas dengan cadangan air tanah yang cukup dan iklim tropis yang memungkinkan kegiatan budidaya dapat dilakukan sepanjang tahun. Namun, potensi tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena masih banyak petani yang menerapkan sistem sonor, yaitu pola tanam tradisional yang hanya mengandalkan air hujan dan dilakukan sekali tanam dalam setahun. Kegiatan pengabdian dilakukan di Desa Perigi terletak di Kecamatan Pangkalan Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera. Pelaksanaan pengabdian akan dilaksanakan secara komprehensif terdiri dari beberapa terminologi kegiatan seperti sosialisasi, pelatihan, penerapan/adopsi teknologi, pendampingan dan evaluasi serta keberlanjutan program. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Perigi dilakukan untuk memperkenalkan sistem budidaya intensif berkelanjutan di lahan gambut melalui penerapan pola tanam IP 200, sebagai solusi atas permasalahan rendahnya produktivitas dan praktik budidaya tidak ramah lingkungan seperti pembakaran lahan dan sistem sonor. Kegiatan ini melibatkan 5 petani mitra dalam satu kelompok tani, dan memperoleh respons positif dari petani non-mitra yang menunjukkan antusiasme terhadap teknologi yang diperkenalkan. Tahapan kegiatan mencakup sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan teknis, dengan penerapan penanaman jagung di musim kemarau dan padi di musim hujan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa pendekatan bertahap yang disesuaikan dengan kebutuhan petani serta kondisi ekologis lahan gambut efektif meningkatkan intensitas tanam dan kesadaran akan pertanian berkelanjutan. Efek sosial yang terjadi menunjukkan potensi replikasi program di wilayah gambut lainnya. Kegiatan ini diharapkan menjadi model percontohan dalam pengelolaan lahan gambut yang produktif, aman, dan berkelanjutan.
Growth and production of soybean on different inoculant sources of arbuscular mycorrhizal fungi and water saturation periods Sefrila, Marlin; Munif Ghulamahdi; Purwono, Purwono; Maya Melati; Irdika Mansur
Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) Vol. 51 No. 1 (2023): Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy)
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.251 KB) | DOI: 10.24831/ija.v51i1.46041

Abstract

Production expansion to suboptimal areas such as tidal land through the application of integrated land management technology is an effort to increase soybean production in Indonesia. The study aimed to evaluate the morphophysiological response of soybean treated with arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) inoculation and duration of water saturation in tidal land. The study was conducted in April-October 2021 in the plastic house of the Research Field of the Faculty of Agriculture, Sriwijaya University, Palembang. The experiment used a randomized complete block design with two factors and 3 replications. The first factor was the source of AMF propagations (without inoculations, corn inoculants, soybean inoculants, sugarcane inoculants, and soybean-sugarcane inoculants). The second factor was the water saturation periods (0, 2, and 4 months since planting), so there are 15 treatments. The results showed that the interaction between the inoculant sources and the duration of water saturation had no significant effect on all parameters. The inoculant propagated in the media of sugarcane produced the highest effect as compared to other treatments. The water saturation for 2 or 4 months since planting gave soybean plants a better morphophysiological response than conventional cultivation. Keywords: AMF inoculants; morphophysiology; saturated soil culture; soybean