Indonesia memiliki peran strategis dalam peta global dengan menghadapi tantangan pertahanan yang semakin kompleks, menuntut modernisasi alat utama sistem persenjataan (Alutsista) dan peningkatan kemandirian industri pertahanan. Salah satu perusahaan yang terlibat dalam upaya ini adalah PT SAS Aero Sishan, sebuah industri pertahanan swasta yang menghadapi risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Oleh karena itu, penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang optimal menjadi sangat penting. Namun, hasil evaluasi pada tahun 2023 menunjukkan bahwa implementasi SMK3 di PT SAS belum berjalan maksimal, terutama karena terbatasnya tenaga ahli dan minimnya pelatihan yang memadai. Kondisi ini berdampak pada produktivitas perusahaan dan menghambat upaya menciptakan lingkungan kerja yang aman dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengembangan sistem, efektivitas, dan keterlibatan karyawan dalam penerapan SMK3 di PT SAS Aero Sishan. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif menggunakan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data meliputi wawancara mendalam, studi dokumentasi, serta kajian pustaka, yang kemudian dianalisis dengan bantuan perangkat lunak NVivo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun terdapat komitmen untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, pengembangan SMK3 masih terkendala oleh keterbatasan tenaga ahli dan kurangnya pelatihan. Efektivitas SMK3 terhadap produktivitas dipengaruhi oleh komitmen manajemen, budaya keselamatan, fasilitas pendukung, dan keberlanjutan pelatihan. Rendahnya keterlibatan karyawan dalam kebijakan keselamatan mengindikasikan kebutuhan akan peningkatan komunikasi dan edukasi, untuk membangun budaya K3 yang kuat guna mencapai produktivitas dan keselamatan kerja yang optimal.