Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

STUDY ON DEVELOPING APPROPRIATE UNLEADED GASOLINE SPECIFICATION FOR INDONESIA (2000-2010) Rasdinal Ibrahim; Adiwar Adiwar; Mardono
Scientific Contributions Oil and Gas Vol. 25 No. 2 (2002): SCOG
Publisher : Testing Center for Oil and Gas LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29017/scog.25.2.149

Abstract

Automotive fuels are significant sources of air pollution in most metropolitan areas. Motor gasoline is responsible for emission of carbon monoxide (CO), volatile organic compounds (VOC), nitrogen oxides (NOx), sulfur oxides (SOx) which all have adverse impacts on the environment and public health. In line with the implementation of Blue Sky Program, revision of the current gasoline specification needs be taken to improve the quality of Indonesia's gasoline to meet vehicle engine technology and environmental requirement with the global fuel specification harmonization as formulated in the World Wide Fuel Charter as reference. This study on developing of appropriate unleaded gasoline specification in Indonesia consists of examination of the key properties that influence the emissions, status and trend of current gasoline specification, comparison of Indonesia's gasoline specification with other countries and recommendation of the new unleaded gasoline specification options that match the implementation of Blue Sky Program in Indonesia and the scenario for its implementation.
PRODUCTION OF ENVIRONMENTAL FRIENDLY FUEI IN INDONESIAN REFINERY A.S. Nasution; Oberlin Sidjabat; Abdul Gafar; Rasdinal Ibrahim; Morina
Scientific Contributions Oil and Gas Vol. 28 No. 2 (2005): SCOG
Publisher : Testing Center for Oil and Gas LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Worldwide crude supplies are experiencing a mod-est trend toward heavier and high sulfur content'4>. Theaverage annual demand growth rate for light products(gasoline, kerosene and diesel oil) is higherthan that forresidual fuel oil(2). Therefore, converting additional bot-toms into light product by either thennal < >r catalytic pro-cesses will be needed
Studi Pengembangan Spesifikasi Marine Fuel Indonesia Rasdinal Ibrahim; Pallawagau La Puppung
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 39 No. 3 (2005): LPMGB
Publisher : BBPMGB LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebagai negara kepulauan, sampai saat ini Indo- nesia belum mempunyai spesifikasi khusus untuk bahan bakar perkapalan (marine fuel). Kapal-kapal niaga, kargo dan tanker yang berlayar di perairan In- donesia umumnya menggunakan bahan bakar minyak diesel (IDO), minyak bakar (FO), dan minyak solar (HSD), sedangkan kapal-kapal kecil, ferry dan nelayan menggunakan minyak solar sebagai bahan bakar. Kebutuhan BBM untuk mesin diesel nasional pada tahun 2004 masing-masing diperkirakan sebagai berikut: HSD 24,6 juta KL, IDO 1,2 juta KL, dan FO sebesar 6,8 juta KL. Penggunaan minyak diesel di Indonesia sangat beragam, baik untuk mesin diesel industri, pembakaran langsung melalui burner di dapur industri, pembangkit listrik, maupun mesin diesel perkapalan. Sedangkan dalam spesifikasi BBM nasional hanya ada satu grade minyak diesel, sehingga konsumen harus menyesuaikan kebutuhan bahan bakarnya dengan bahan bakar yang tersedia di pasaran, walaupun mungkin terdapat kekurangan dalam efisiensi dan kinerja mesinnya. Dalam memasuki era globalisasi, dan diberlakukannya UU Migas No. 22 Tahun 2001 serta terbukanya sektor hilir migas, di mana selain PERTAMINA pihak swasta nasional dan asing dapat memasarkan BBM di dalam negeri, maka kebutuhan bahan bakar diesel perkapalan (marine fuel) akan dipasok pihak swasta melalui impor dari luar negeri. Mengingat makin banyaknya permintaan marine fuel dari kapal-kapal nasional maupun asing yang singgah dan mengisi bahan bakarnya di pelabuhan Indone- sia, maka di pandang perlu menyediakan bahan bakar perkapalan yang memenuhi persyaratan spesifikasi marine fuel internasional Untuk mengantisipasi hal tersebut, pemerintah perlu meninjau kembali spesifikasi minyak diesel In- donesia, kemungkinan pengembangannya sesuai spesifikasi di dunia internasional, termasuk penyediaan spesifikasi khusus untuk marine fuel, dengan tetap memperhatikan kemampuan kilang dalam negeri untuk penyediaannya serta memenuhi persyaratan lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi "LEMIGAS" sebagai pusat litbang, berfungsi memberi masukan bagi kebijakan Pemerintah di bidang migas termasuk dalam penetapan spesifikasi BBM nasional, sehingga spesifikasi yang ditetapkan telah melalui pengkajian teknologi sebelum diterapkan secara nasional. Makalah ini merupakan suatu kajian awal pengembangan spesifikasi marine fuel Indonesia, yang membahas beberapa spesifikasi marine fuel internasional sebagai acuan, kemampuan kilang dalam negeri untuk penyediaannya, dan memenuhi persyaratan lingkungan, sebagai masukan bagi kebijakan pemerintah dalam menetapkan spesifikasi BBM nasional khususnya spesifikasi marine fuel Indonesia.
Studi Pengkajian Spesifikasi Besin Premium Tanpa Timbel untuk Pasokan Jakarta Mulai 1 Juli 2001 Rasdinal Ibrahim; Adiwar; Mardono
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 36 No. 1 (2002): LPMGB
Publisher : BBPMGB LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam mendukung program langit biru dan penghapusan bensin bertimbel di Indonesia, Pemerintah telah menetapkan penghapusan bensin bertimbel di Jakarta dan sekitarnya mulai 1 Juli 2001. dan merencanakan untuk menerapkan secara nasional pada tahun 2003. Sehubungan dengan itu suatu studi pengkajian spesifikasi bensin Indonesia telah dilakukan, sebagai dasar penetapan spesifikasi bensin tanpa-timbel (Premium-TT) yang cocok untuk Indonesia. Studi ini dimaksudkan sebagai masukan kepada Pemerintah dalam perbaikan mutu dan spesifikasi bensin di Indonesia, untuk menghasilkan bensin ramah lingkungan pada tahun 2003. dengan jaminan kemampuan penyediaannya oleh kilang PERTAMINA dan memperhatikan faktor ekonomi. Spesifikasi bensin Premium-TT yang diberlakukan di Jakarta mulai 1 Juli 2001 mencakup penghapusan timbel, penurunan kadar sulfur dan penyesuaian angka oktana.
Standardisasi dan Sertifikasi Produk di Bidang Migas dalam Era Globalisasi dan Peranan Lembaga Litbang Migas Rasdinal Ibrahim; Adiwar
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 36 No. 3 (2002): LPMGB
Publisher : BBPMGB LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas, tantangan yang dihadapi industri migas nasional makin besar dengan meningkatnya kebutuhan energi dan BBM dalam negeri, terbatasnya kemampuan kilang, tuntutan mutu produk yang ramah lingkungan, dan makin banyaknya produk yang harus diimpor baik berupa bahan baku maupun produk hasil olahannya. Di bidang hilir disahkannya Undang-undang No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, akan berdampak berkurangnya peran PERTAMINA dalam penyediaan BBM dan pelumas dalam negeri, dan meningkatnya peran swasta nasional maupun asing dalam pemasaran produk migas di Indonesia. Di samping itu aspek mutu, standardisasi dan sertifikasi produk memegang peranan penting dalam upaya memenangkan persaingan global tersebut. Peranan pemerintah dalam menerapkan standardisasi dan sertifikasi mutu produk migas nasional, harus ditunjang secara teknis oleh laboratorium litbang migas yang terakreditasi, sehingga mampu memberikan jaminan mutu dan meningkatkan kepercayaan masyarakat konsumen terhadap mutu produk migas nasional.
Penelitian Antarlaboratorium untuk Menentukan Metode Uji Minyak Berat E. Jasjfi; Rasdinal Ibrahim
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 24 No. 2 (1990): LPMGB
Publisher : BBPMGB LEMIGAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dengan makin terkurasnya minyak-minyak "ringan" dan "mudah" perhatian makin diarahkan pada minyak-minyak berat dansulit. Slah satu masalah dalam pengembangan potensi minyak berat ialah tiadanya metode baku yang khusus dirancang dan teruji untuk minyak berat.