Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Gerkan (Gerakan Edukasi Kreatif Anak Negeri) Berbasis Literasi: Implementasi Pendekatan Tarl (Teaching At The Right Level) Pada Pendidikan Alternatif Desa Tenga Mila Septian Haryati; Didit Haryadi; Anita Nurgufriani; Naila Fauziah
Social, Humanities, and Educational Studies (SHES): Conference Series Vol 7, No 3 (2024): Social, Humanities, and Educational Studies (SHEs): Conference Series
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/shes.v7i3.91831

Abstract

GERKAN (Gerakan Edukasi Kreatif Anak Negeri) berbasis Literasi: Implementasi Pendekatan TaRL (Teaching at The Right Level) pada Pendidikan Alternatif Desa Tenga menjadi salah satu inovasi untuk solusi penyelesaian masalah literasi di Desa Tenga. Adapun metode pengabdian pelaksanaan GERKAN dengan konsep Pendidikan alternatif yang menawarkan metode pengembangan pendidikan melalui komunitas di lingkungan masyarakat. Sasaran atau target pengabdian adalah anak anak dan pemuda Desa. Adapun hasil Kegiatan berbasis Literasi: Implementasi Pendekatan TaRL (Teaching at The Right Level) pada Pendidikan Alternatif Desa Tenga ditemukan beberapa kesimpulan 1) Pembentukan GERKAN berbasis Literasi di Desa Tenga dengan bukti adanya SK dari kepala desa Tenga 2) Hasil Pretes dan Post Test menunjukkan bahwa Pendekatan TaRL (Teaching at The Right Level) mampu menaikkan level literasi siswa 100 % 3) Pembinaan literasi Digital untuk masyrakat dapat menaikkan 87 % sudah bisa memahami Literasi digital dan menggunakan Aplikasi Canva 4) Revitaliasi perpustakkan sudah dilakukan sebagai bentuk kegiatan terakhir dari Gerkan. Secara keseluruhan GERKAN berbasis Literasi: Implementasi Pendekatan TaRL pada Pendidikan Alternatif Desa Tenga menjadi salah satu inovasi untuk solusi penyelesaian masalah literasi di Desa Tenga berjalan dengan sangat baik.
Disensus: Politik Para Penulis dalam Antalogi Puisi Bima Membara Naila Fauziah
JURNAL PENDIDIKAN BAHASA Vol 15 No 1 (2025): JURNAL PENDIDIKAN BAHASA
Publisher : STKIP Taman Siswa Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37630/jpb.v15i1.3031

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan upaya disensus dalam politik para penulis terhadap konflik pembangunan pertambangan di Kecamaan Lambu Kabupaten Bima, dalam antologi puisi Bima Membara. Upaya disensus dalam politik diuraikan menggunakan teori disensus Jacques Rancière dengan pendekatan pragmatik dan kualitatif sebagai metode penelitiannya. Dalam hal ini, politik diartikan sebagai praktik tatanan sensori alamiah yang menjejer individu-individu dan kelompok untuk menempati posisi sebagai yang memerintah dan diperintah. Kelompok itu tergambarkan dari aparat pemerintah, penguasa dan masyarakat. Hasil penelitian menemukan bahwa para penulis melalui puisi-puisinya, merespon konflik yang terjadi di Bima. Para penulis secara gamblang menyuarakan dan mengecam atas tindakan represif yang dilakukan aparat Kepolisan dan Brimob pada 24 Desember 2011. Kurangnya respon pemerintah terhadap tuntutan massa, yakni untuk mencabut SK 188, sebagai surat izin pembangunan pertambangan. Tuntutan yang tidak diindahkan, kemarahan atas ditahannya rekan seperjuangan, insiden di Pelabuhan Sape yang melukai sebagian besar aksi massa dan menewaskan dua orang. Pada puncaknya, masyarakat membakar kantor kabupaten Bima pada 26 Januari 2012. Kejadian-kejadian tersebut, kemudian secara eksplisit dituangkan dalam antologi puisi Bima Membara.
IMPLEMENTASI KONTEKS ETNOMATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN DIMENSI TIGA MENGGUNAKAN STRUKTUR BANGUNAN TRADISIONAL SUKU BATAK Indra Risky Mahesa; Naila Fauziah; Tamrin Manurung; Ellis Mardiana Panggabean; Tua Halomoan
AT-TAKLIM: Jurnal Pendidikan Multidisiplin Vol. 2 No. 7 (2025): At-Taklim: Jurnal Pendidikan Multidisiplin (Edisi Juli)
Publisher : PT. Hasba Edukasi Mandiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.71282/at-taklim.v2i7.739

Abstract

This study aims to examine the implementation of an ethnomathematical approach in teaching three-dimensional geometry using the structure of Batak traditional houses as a local cultural context. Employing a descriptive qualitative method, data were collected through classroom observations, teacher and student interviews, visual documentation, and pre- and post-tests. The findings indicate that using Batak traditional architecture as a learning medium positively impacts students' understanding of volume, surface area, and composite solid shapes. Students showed a significant improvement in post-test scores and greater engagement and enthusiasm during the learning process. The learning became more meaningful as it connected abstract mathematical concepts with students’ socio-cultural realities. However, challenges remain, particularly in media availability and contextual limitations outside specific cultural settings. Overall, the ethnomathematical approach proves to be an innovative strategy to bridge formal mathematics and local cultural heritage.
Representasi Barat dan Timur dalam Novel Jangan Menangis Bangsaku Karya N. Marewo Naila Fauziah
Jurnal Ilmiah Insan Mulia Vol. 1 No. 2 (2024): Jurnal Ilmiah Insan Mulia
Publisher : Yayasan Insan Mulia Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59923/jiim.v1i2.263

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan adanya relasi superioritas dan inferioritas yang merupakan sebuah representasi terhadap dikotomi Barat dan Timur dalam novel Jangan Menangis Bangsaku karya N. Marewo. Penelitian ini menggunakan teori Orientalisme Edward W. Said dengan metode kualitatif. Novel JMB ini menceritakan mengenai situasi yang terjadi pada tahun 1997 masa Orde Baru hingga peralihannya. Dalam pandangan Barat, Timur senantiasa dianggap membawa nilai-nilai yang lemah, antah berantah dan mudah diadu domba, sedangkan Barat membawa sifat sebaliknya, seperti pemberani, berkuasa, serta pintar. Dalam novel JMB, menguraikan bahwa Barat direpresentasikan oleh pemerintah Orba yang menguasai segala aspek, salah satunya ekonomi. Pemerintah yang berkuasa dalam novel ini melakukan tindakan represif terhadap kelompok yang berseberangan. Timur yang direpresentasikan rakyat, khususnya warga yang mendiami Lembah Hijau mengalami penindasan hingga mati tertembak senapan. Selain itu, diperlihatkan pula bahwa Timur melalui tokoh Pak Karman mudah terprovokasi untuk mengambil keuntungan pribadi di Lembah Hijau sehingga perkelahian dalam lingkup mikro akibat politik adu domba yang penguasa lakukan. Politik pecah belah sebenarnya sudah tercermin sejak zaman Kolonial Belanda dengan istilah devide et impera. Dalam penelitian ini pula menghasilkan sebuah dekonstruksi terhadap Timur, yang berkaitan dengan nilai-nilai unggul. Nilai ini terpresentasikan melalui tokoh Tambor dan Riska yang setia kawan, sikap gotong royong, hingga memiliki nilai kekeluargaan dan kebersamaan.
Disensus: Politik Para Penulis dalam Antalogi Puisi Bima Membara Naila Fauziah
JURNAL PENDIDIKAN BAHASA Vol. 15 No. 1 (2025): JURNAL PENDIDIKAN BAHASA
Publisher : STKIP Taman Siswa Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37630/jpb.v15i1.3031

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan upaya disensus dalam politik para penulis terhadap konflik pembangunan pertambangan di Kecamaan Lambu Kabupaten Bima, dalam antologi puisi Bima Membara. Upaya disensus dalam politik diuraikan menggunakan teori disensus Jacques Rancière dengan pendekatan pragmatik dan kualitatif sebagai metode penelitiannya. Dalam hal ini, politik diartikan sebagai praktik tatanan sensori alamiah yang menjejer individu-individu dan kelompok untuk menempati posisi sebagai yang memerintah dan diperintah. Kelompok itu tergambarkan dari aparat pemerintah, penguasa dan masyarakat. Hasil penelitian menemukan bahwa para penulis melalui puisi-puisinya, merespon konflik yang terjadi di Bima. Para penulis secara gamblang menyuarakan dan mengecam atas tindakan represif yang dilakukan aparat Kepolisan dan Brimob pada 24 Desember 2011. Kurangnya respon pemerintah terhadap tuntutan massa, yakni untuk mencabut SK 188, sebagai surat izin pembangunan pertambangan. Tuntutan yang tidak diindahkan, kemarahan atas ditahannya rekan seperjuangan, insiden di Pelabuhan Sape yang melukai sebagian besar aksi massa dan menewaskan dua orang. Pada puncaknya, masyarakat membakar kantor kabupaten Bima pada 26 Januari 2012. Kejadian-kejadian tersebut, kemudian secara eksplisit dituangkan dalam antologi puisi Bima Membara.