Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

EKSPLORASI CETAK FOTOGRAFI VANDYKE PADA MATERIAL KULIT Junaidi Salam
Narada : Jurnal Desain dan Seni Vol 6, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/narada.2019.v6.i3.004

Abstract

As part of the fashion material repertoire, leather has a lot of travel in the exploration and development of material functions, both technological development and the development of aesthetic basic material fashion products, so designers often use this material to increase the high economic value in the fashion industry. old print photography has indeed been abandoned a lot over the times and advances in photographic technology, but in retrospect, it has revived the passion for the search for unique aesthetic values of the old photographic processes and characteristics. This study focuses on experiments with Vandyke's photographic printing on leather material, especially in producing character and the application of photographic aesthetics into fashion material. This research is driven by a number of basic assumptions about the possibility of Vandyke printing applied to leather material, as well as efforts to produce realistic visual motifs in the style of retrospective photography techniques. While the effort that can be done is to determine the variable composition of chemicals in the Vandyke process towards the characteristics of the leather material that has been determined in a laboratory experiment.
TINJAUAN ESTETIKA FOTO HITAM PUTIH PADA FOTOGRAFI LANSEKAP KARYA HENGKY KOENTJORO Junaidi Salam
Narada : Jurnal Desain dan Seni Vol 4, No 3 (2017): Jurnal Desain dan Seni Narada
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kemampuan seseorang dalam apresiasi foto menjadi lebih baik bila menguasai banyak aspek teknis dan non-teknis fotografi. Sisi artistik saja belum cukup kuat untuk membuat foto tersebut menjadi menarik. Tanpa kemampuan teknis, seorang fotografer menghasilkan foto tanpa kualitas maksimal. Sebaliknya, tanpa sentuhan seni, foto yang dihasilkan tentu tanpa rasa. Kekuatan sebuah foto dibangun oleh sejumlah unsur, yakni, pilihan objek, cahaya, komposisi, angle dan momen. Fotografer perlu untuk mengkaji obyek, menyeleksi, memilih dengan mendekatkan atau menjauh, mencari posisi untuk mendapatkan angle yang baik serta menunggu momen. Obyek studi penulisan ini adalah karya fotografi fine art karya Hengki Koentjoro dengan teknik long exposure. Secara umum, fine art photography didefinisikan sebagai gabungan karya seni dan fotogarafi yang dilakukan dengan kecermatan, ketelitian, presisi, dan perhitungan matang. Dimulai dari ide, konsep, pra-visualisasi, pengambilan gambar, penerapan teknik, termasuk keahlian mencetak gambar. Teknik long exsposure mengacu pada shutter speed yang lama, yakni teknik khusus untuk mengambil foto dengan membuka shutter kamera untuk waktu yang lama. Hal ini memungkinkan lebih banyak cahaya memasuki kamera sampai shutter tertutup. Secara teknis, kamera membaca lebih banyak data dari subjek, mengumpulkan detail-detail, dan menciptakan efek blurring pada subjek yang bergerak. Ada banyak cara membuat efek blurring yang dapat digambarkan dalam fotografi, hanya praktek dan eksperimentasi yang memungkinkan untuk memahami dan memprediksi efek long exposure dalam kaitannya dengan waktu dan gerak.Kata kunci : fine art, long exposure, fotografi, lansekap, Hengki Koentjoro AbstractA person’s ability in appreciating a photo  tends to be better when using many aspects of technical and non-technical photography. Sometimes the artistic side is not strong enough to make a photo looks interesting. Without technical ability, a photographer produces images without maximum quality. Without a touch of art, the resulting picture is certainly without taste. The power of a photo is built from different elements, such as  the choice of objects, light, composition, angle and moment. A photographer also has to examine and select an object,  find a good position and angle, and wait for the moment. This research focuses in studying Hengki Koentjoro’s fine art photography with long exsposure technique. Like a piece of art, fine art photography was done with precision, precision, precision, and mature calculations. Starting from idea, concept, pre visualization, shooting, application of technique, including the skill of photo printing. Long exsposure is a special technique to take photos by opening the camera shutter for a long time. This allows more light to the camera until shutter is closed. Technically, the camera reads more data from the subject, a collection of details, and the effect is blurring on a moving subject. There are many ways to create blurry effects in photography, only practice and experimentats that allow viewers  to understand and predict the effect of long-exposure shoots, in its relation with time and motion.Keywords : fine art, long exposure, photography, landscape, Hengki Koentjoro
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BIOGAS DARI LIMBAH TERNAK DI KEC. BAROKO KAB. ENREKANG Jumadi Tangko; Sonong Sonong; Muh Andi Chaerul S; Junaidi Salam
Jurnal Teknik Mesin Sinergi Vol 16, No 1 (2018): April 2018
Publisher : Politeknik Negeri Ujung Pandang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.289 KB) | DOI: 10.31963/sinergi.v16i1.1203

Abstract

Penelitian ini dilakukan yaitu untuk mengetahui/menganalisa faktor-faktorapa saja yang dapat mempengaruhi produksi biogas limbah ternak sapi didalamsebuah digester, dimana ukuran digester yang digunakan yaitu dengan diameterdigester ± 2 m dan tinggi ± 2 m. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan BarokoKabupaten Enrekang, menggunakan metode eksperimental dengan perlakuanpenambahan subtrat seperti Em4 kedalam campuran kotoran sapi dengan air dandengan melakukan perbandingan 1:2 dimana kotoran sapi lebih sedikit daripada air.Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat ukur manometer U, Ph-meter danPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan Em4 danperbandingan 1:2 terhadap produksi biogas di Kecamatan Baroko KabupatenEnrekang. Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa penambahan Em4dapat meningkatkan peroduksi biogas dimana tekanan tertinggi terjadi pada hari ke-6dengan kenaikan tekanan mencapai 31.5 cm (kenaikan presure di malam hari).Sedangkan perbandingan 1:2 hasil penelitian menunjukkan adanya penurunanproduksi biogas. Hal ini dikarenakan kurangnya sumber makanan bagi bakteri-bakteripembentuk biogas.
PENGARUH PENGGUNAAN BINDER TERHADAP KEPEKATAN WARNA MENGGUNAKAN PIGMEN THERMOCROMIC LEUCO DYE PADA MATERIAL PRODUK FASHION KULIT (LEATHER) Junaidi Salam
Narada : Jurnal Desain dan Seni Vol 8, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/narada.2021.v8.i2.005

Abstract

Thermochromic Dye is a substance that changes color due to temperature changes. Leuco Dye itself is a compound that is colorless or weakly colored, and reacts with the developer, to turn into a animate state. Thermocromic staining will experience a color change phenomenon when it receives a higher temperature change. The molecules contained in the substance will change into other color molecules when exposed to heat, but when the temperature drops again (cools down) the color changes again or looks transparent or another color. The application of a base coat in the finishing process is important because it greatly affects the physical properties of the skin. The materials used to make the base layer include binders, pigments, and solvents. The number of pigments and binders used in the finishing process varies, so the resulting skin has different qualities. This quality inconsistency is one of the problems in finishing the skin because there is no definite knowledge about the amount of binders and pigments that are applied to various types of skin. In the application of this color, of course, a binder is needed that is able to carry the croma substance attached to the material being applied. Thermocromic color pigment testing was carried out by comparing the use of protein and synthetic (acrylic) binder types in the leather material. With the treatment of cold and hot temperature discoloration, the result is that the use of acrylic binder experiences a constant change for ± 3 second / 10C a decrease in cold temperature in the slow reaction test, and a ± 5 second / 7.50 C increase in hot temperature in the slow reaction test. So that it shows colors at cold temperatures last longer at room temperature than colors at hot temperatures. While the use of protein binders shows a ± 5 second / 7.50C decrease in cold temperature in the slow reaction test and a ± 5 second / 7.50C increase in heat in the slow reaction test, but the color characters are not completely bound by the protein binder and still release the pigment to dust (dust), so the use of acrylic binders using acetone solvent is better than protein binders
Post-Vegan Leather Dengan Bio Polimer Sebagai Binder dan Serat Alam Sebagai Substrate Junaidi Salam
Jurnal PATRA Vol 5 No 2 (2023): Jurnal Patra Oktober 2023
Publisher : LPPM Institut Desain dan Bisnis Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35886/patra.v5i2.525

Abstract

Alginate (organic polysaccharide linear polymer found in brown algae/seaweed) and pectin found from fruit peel waste (such as oranges/oranges) as biopolymer based have been extensively explored to obtain materials such as leather, plastic and paper at the material proposal stage (development of the material). material in the lab test stage) which is carried out within the community and bio-lab. While the addictive characteristics of producing vegan leather have not been widely studied and studied in the scope of research and development to produce leather in the future, and the toughness of materials made from basic experimental processes is often answered by utilizing the structure of other components, both cellulose fibers, and synthetic adhesives that are used. Many large companies in the field of biotextiles/leather, to produce material performance that meets the needs of the properties of the material, therefore in this study also proposed the addition of natural fiber structure in improving the performance of post-vegan leather. thus producing a product that can apply concepts, design for hands-on material experience, this requires a critical understanding of what the material has to offer, in terms of functionality/utility and overall experience; how does it satisfy or disturb our senses, what does it mean?, the associations and emotions it evokes, and what makes us do it? Material driven design (MDD) (Karana et al., 2015) provides a step-by-step approach to designing a material experience, when a particular material is the starting point in the design process. By combining technical understanding and experience in the materials design process, the researchers argue that methods can inspire meaningful applications of materials. The Material Driven Design (MDD) method aims to support the design process when: a particular material is the point of departure in the design process. this travel method that when experience is to be expected in a material-driven design project, guidance from material properties and qualities to material visits in a broader context (purpose of existence); and from this material is re-experienced for the quality of experience and the nature of the material, and finally for the product. To think creatively in design materials, tinkering with materials—a kind of exploratory process of creation and evaluation—is required. Thus the MDD method states four main actions: (1) understanding the material, (2) creating a vision of material experience, (3) realizing patterns of material experience, (4) designing material/product concepts.
Membangun Pemahaman Material Desain Produk Sustainable Masa Depan Pada Generasi Z Salam, Junaidi; Permana, Dio Alfi; Maftukha, Nina
Jurnal Pengabdian Masyarakat Bangsa Vol. 2 No. 6 (2024): Agustus
Publisher : Amirul Bangun Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59837/jpmba.v2i6.1159

Abstract

80% dampak suatu produk terhadap aspek ekologi berada pada tahap desain. Karenanya penting untuk para desainer memiliki wawasan tentang sustainability guna menciptakan produk yang sustainable. Desain berkelanjutan harus menawarkan value produk yang mampu mendukung setidaknya satu dari tujuh belas Sustainable Development Goals (SDGs). karena kedepannya desain berkelanjutan akan marak, maka desainer yang paham akan aspek sustainability akan sangat dibutuhkan. Indonesia adalah negara yang akan mengalami puncak bonus demografi pada tahun 2025-2030. Bonus demografi menunjukkan jumlah warga negara usia produktif lebih banyak dibanding dengan warga negara usia tidak produktif. Fenomena ini akan menjadi bomerang yang akan mempersulit kehidupan masyarakat Indonesia jika kualitas pemuda tidak dipersiapkan dengan baik. Dengan status anak yang lahir pada Generasi Z, otomatis membuat mereka lebih mudah mengenal dan memahami teknologi. Anak-anak yang tumbuh pada Generasi Z ini juga kurang menyukai proses, mereka pada umumnya kurang sabar dan lebih menyukai hal-hal yang sifatnya instan. Padahal dalam belajar dan proses pembelajaran yang terpenting adalah prosesnya, bagaimana siswa melewati proses-proses yang nantinya menjadikan mereka menjadi tahu dan paham. . Generasi Z cenderung sangat tertarik pada DIY (Do It Yourself) atau yang artinya membuat sesuatu secara mandiri. Mengenalkan peluang kebaruan dari sumber material produk desain yang berkelanjutan nampaknya dapat membangun motivasi melalui kesenangan terhadap olah keterampilan adalah dengan apresiasi kreatifitas, apresiasi kreatifitas memacu seseorang untuk menghargai upaya dan keberhasilan menciptakan sesuatu sehingga menimbulkan rasa senang, maka unsur kesenangan ini adalah sebuah jalan untuk meneruskan kesadaran akan kebutuhan dan tetap menjaga apresiasi kreatifitas yang telah dihasilkan. Melihat kondisi permasalahan dan situasi yang dijelaskan diatas terkait mitra dalam rencana pengabdian kepada masyarakat dari kelompok yang tidak produktif secara ekonomi/sosial, peluang kegiatan ini adalah memberi wawasan sekaligus motifasi melalui pengetahuan pengelolaan limbah pangan yang ada disekitar menjadi material produk dan media kreatif dalam yang mudah dan menyenangkan serta bernilai ekonomi tinggi jika dikelola dengan baik. Melalui pelatihan pengelolaan limbah pangan ini menjadi material kulit (leather) siswa juga diberikan wawasan global terhadap isu-isu yang akan dihadapi dimasa depan oleh generasi muda tentang lingkungan. hal ini juga perlu di tambahkan nilai-nilai keunikan sebagai pemicu kesenangan dan kegembiraan dalam berkreasi, seperti memodifikasi dan menambahkan unsur-unsur rupa pada benda sehingga menjadi nilai seni bagi si pembuat. Sikap senang yang ditimbulkan inilah yang menjadi pendorong siswa untuk meneruskan nya pada ketertarikan dan gambaran bisnis kedepannya.
Mengenal Ragam Pose Untuk Mengarahkan Model Pemula Dalam Sesi Pemotretan Fotografi Profesional Pada Siswa-Siswi Pelajar Tingkat Menengah Salam, Junaidi; Noorsasetya, Ananta Hari; Apriliani, Diana Nur
Jurnal Pengabdian Masyarakat Bangsa Vol. 3 No. 6 (2025): Agustus
Publisher : Amirul Bangun Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59837/jpmba.v3i6.2808

Abstract

Indonesia diperkirakan mengalami puncak bonus demografi pada tahun 2025–2030, dengan dominasi kelompok usia produktif dalam struktur penduduk. Hal ini membuka peluang besar dalam sektor ekonomi dan industri kreatif, termasuk bidang fotografi. Generasi Z, yang tumbuh di era digital, menunjukkan kedekatan tinggi dengan teknologi, namun memiliki kecenderungan terhadap gaya belajar yang instan dan visual. Menjawab tantangan ini, kegiatan workshop bertajuk “Mengenal Ragam Pose untuk Mengarahkan Model Pemula dalam Sesi Pemotretan Fotografi Profesional” dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan literasi fotografi, keterampilan teknis, serta kepercayaan diri pelajar dalam praktik pemotretan profesional, khususnya dalam hal pengarahan pose model dan pemanfaatan pencahayaan studio. Melalui pendekatan praktik langsung, kegiatan ini mencakup pengenalan teknik dasar pose model, pencahayaan studio (high key dan sistem three-point lighting), komunikasi visual, serta penggunaan alat bantu profesional. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman teknis, kepercayaan diri, dan kemampuan ekspresif peserta, baik sebagai fotografer maupun model. Beberapa hasil karya dinilai memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai portofolio kreatif di bidang fashion dan komersial. Evaluasi formatif dan sumatif menunjukkan bahwa pendekatan experiential learning mampu menumbuhkan kreativitas, kolaborasi, dan literasi visual yang kuat. Kegiatan ini turut membuka wawasan peserta terhadap peluang profesi dan kewirausahaan di bidang fotografi, sekaligus membangun kesadaran sosial dan keterampilan abad 21 yang relevan dengan kebutuhan industri kreatif masa depan.
INOVASI PEMBELAJARAN BERBASIS DAUR ULANG LIMBAH TUTUP BOTOL DENGAN TEKNIK HEAT PRESS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA-SISWI YAYASAN PENDIDIKAN AL-HUSNA TANGERANG SELATAN Salam, Junaidi; Anizar, Anizar; Riskinanti, Karisma; Ramayanti, Dwi; Jadwaa Kurniawan, Marsnata; Nur Apriliani, Diana
Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 8, No 10 (2025): MARTABE : JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jpm.v8i10.%p

Abstract

Hasil Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 menunjukkan capaian literasi, matematika, dan sains siswa Indonesia masih berada di bawah rata-rata OECD. Kondisi ini mengindikasikan bahwa metode pembelajaran konvensional yang masih menekankan hafalan kurang efektif dalam membekali siswa menghadapi tantangan global. World Economic Forum (WEF, 2020) menegaskan bahwa keterampilan abad ke-21 seperti kreativitas, pemecahan masalah, komunikasi, dan kolaborasi sangat diperlukan dalam dunia kerja masa depan. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan pembelajaran kontekstual, salah satunya melalui Project-Based Learning (PjBL). Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al Husna dirancang untuk menjawab tantangan tersebut dengan menerapkan PjBL berbasis lingkungan. Kegiatan meliputi pelatihan guru dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis proyek, pengembangan modul tematik, serta praktik pengolahan limbah plastik jenis HDPE menggunakan teknik heat press sederhana. Siswa dilibatkan secara langsung dalam proyek daur ulang, menghasilkan produk edukatif sekaligus menumbuhkan kepedulian lingkungan. Orang tua juga berperan melalui dukungan bahan, pendampingan, dan partisipasi dalam pameran hasil karya. Luaran program menunjukkan peningkatan kapasitas pedagogis guru, keterampilan praktis dan kolaboratif siswa, serta terbentuknya budaya peduli lingkungan di sekolah. Keberlanjutan dijamin melalui pembentukan Tim Penggerak Sekolah Peduli Lingkungan. Dengan demikian, PKM ini berkontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan dasar yang inklusif, kontekstual, dan berorientasi pada keberlanjutan.