Sejak sebelum lahir anak melalui proses pertumbuhan dan perkembangan. Kemudian anak mengalami proses belajar setelah lahir. Asupan gizi yang cukup dan memenuhi kebutuhan fisik dan mental anak mempunyai dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan otak serta organ perkembangan lainnya. Stunting adalah gangguan pertumbuhan yang terbukti menyatakan adanya kegagalan pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis pada anak. Stunting yang terjadi pada anak beresiko memiliki defisit pada kognitif sehingga keterbatasan kemampuan kognitif akan berpengaruh pada perkembangan bahasa anak. Hal tersebut disebabkan karena pemrosesan bahasa memerlukan kemampuan kognitif yang baik. Pada tahun 2021 hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menyatakan 2,24% anak di Indonesia mengalami stunting, sedangkan pada tahun 2018 sejumlah 30,8% turun 6,4% di tahun 2021. Dengan besarnya prevalensi tersebut, penelitian bermaksud untuk mencari tahu hubungan antara stunting dengan perkembangan bahasa dan bagaimana peran terapis wicara dalam menangani kasus tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik kuantitatif berdasarkan studi literature review, jurnal yang didapatkan dari google scholer, pubmed, wiley, garuda, joernal voice of midwifery dengan tahun penelitian yang terbaru yaitu dari 5 tahun terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari lima jurnal yang telah direview didapatkan hasil bahwa kelima jurnal menyatakan adanya hubungan stunting dan perkembangan bahasa anak secara signifikan. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan stunting dengan perkembangan bahasa.