Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Reformasi Hukum Terhadap Budaya Penggunaan Hewan Sebagai Transportasi Satura, Gaizka Ayu; Maharani, Amalia Putri; Siahaan, Herbin Marulak
JURNAL USM LAW REVIEW Vol. 7 No. 3 (2024): DECEMBER
Publisher : Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/julr.v7i3.9761

Abstract

This article aims to examine the gaps between regulations that negatively impact animal welfare, particularly regarding the legality of using animals as a means of transportation under Article 1, Point 9 of Law Number 22 of 2009 on Road Traffic and Transportation. The implementation of this regulation has led to exploitation resulting in violations of animal welfare, contradicting various animal protection laws. Adverse incidents involving horse-drawn carriages in different regions of Indonesia illustrate that animal welfare is often neglected in the practice of using animals for transportation. Therefore, regulatory reform is needed to align legislation with animal protection principles. This alignment must be addressed urgently because existing regulations fail to effectively protect animals, leading to the continuation of harmful practices. Without regulatory reform, animal exploitation in transportation will persist without adequate legal protection. The findings of this study reveal that using animals for transportation leads to exploitation and fails to ensure animal welfare protection, offering new insights based on progressive legal theory through regulatory reform. A regulatory reform that completely bans the use of animals for transportation, according to progressive legal theory, will provide a legal framework consistent with animal protection principles. This research stands out by integrating progressive legal theory to offer comprehensive solutions to address the impact of existing regulations while prioritizing animal welfare.   Artikel ini bertujuan untuk mengkaji kesenjangan antar peraturan perundang-undangan yang berdampak negatif terhadap kesejahteraan hewan dalam legalitas penggunaan hewan sebagai alat transportasi di Pasal 1 Angka 9 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang dalam pelaksanaannya telah menyebabkan eksploitasi yang berujung pada pelanggaran kesejahteraan hewan yang bertentangan dengan berbagai peraturan perundang-undangan mengenai perlindungan hewan. Insiden buruk yang menimpa kuda delman di berbagai daerah di Indonesia menggambarkan bahwa kesejahteraan hewan sering diabaikan dalam praktik penggunaan hewan sebagai transportasi. Oleh karena itu, diperlukan reformasi regulasi untuk menyelaraskan peraturan perundang-undangan dengan prinsip perlindungan hewan. Penyelarasan peraturan harus segera dilakukan karena peraturan yang ada tidak akan mampu melindungi hewan secara efektif, sehingga mengakibatkan praktik yang merugikan hewan terus berlanjut. Jika tidak ada reformasi regulasi, maka eksploitasi hewan dalam transportasi akan terus terjadi tanpa memiliki perlindungan hukum yang memadai. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan hewan sebagai transportasi menimbulkan eksploitasi hewan, sehingga tidak memenuhi perlindungan kesejahteraan hewan, dan menawarkan wawasan baru berdasarkan teori hukum progresif melalui reformasi regulasi. Reformasi regulasi yang sepenuhnya melarang penggunaan hewan sebagai transportasi, berdasarkan teori hukum progresif, akan menyediakan kerangka hukum yang selaras dengan prinsip-prinsip perlindungan hewan. Penelitian ini lebih menonjol karena mengintegrasikan teori hukum progresif untuk memberikan solusi komprehensif untuk mengatasi dampak dari peraturan yang ada agar tetap mengutamakan perlindungan kesejahteraan hewan secara komprehensif. 
Sopan Santun sebagai Cermin Etika Pancasila: Menanamkan Nilai Kemanusiaan di Kalangan Remaja Wahyuni, Wahyuni; Alfyoni, Ghisanie Azahra; Mulya, Raynata Danielle; Maharani, Amalia Putri; Azzura, Chiatha Destalova; Tumanggor, Raja Oloan
Al-DYAS Vol 4 No 1 (2025): FEBRUARI
Publisher : Lembaga Yasin AlSys

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58578/aldyas.v4i1.4175

Abstract

Politeness is a reflection of the noble values ​​adopted by a nation. Pancasila as the foundation of the state, contains ethical values ​​that are very relevant to practice in everyday life. The shift in moral values, especially for the younger generation, threatens the sustainability of politeness rooted in the values ​​of Pancasila. This community service was carried out for the purpose of instilling humanitarian values ​​in the younger generation of teenagers at SMA X Jakarta Pusat. This community service was given to one class consisting of 37 students and counseling was carried out using Power Point. The results of this community service can be said to be successful and went well and smoothly. This can be seen from the answers to the quiz and their understanding of the material that had been presented.
Analisis Adversity Quotient pada Ibu Bekerja dengan Sistem Rotasi Tiga Shift yang Mengalami Work-Family Conflict Maharani, Amalia Putri; Budiarto, Yohanes
Jurnal Pendidikan Tambusai Vol. 9 No. 1 (2025)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Riau, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ibu bekerja dengan sistem rotasi tiga shift adalah ibu yang menjalani peran ganda baik dalam mengurus rumah tangga maupun bekerja ditengah tuntutan jadwal kerja yang bergantian antara pagi hari, sore hari dan malam hari. Kondisi ini akan mempengaruhi keseimbangan dan dapat memunculkan work - family conflict. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran adversity quotient pada ibu bekerja dengan sistem rotasi tiga shift yang mengalami work- family conflict. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologi dengan pengumpulan data melalui kuesioner dan wawancara semi – terstruktur. Teknik analisis data menggunakan interpretative phenomenological analysis. Partisipan penelitian berjumlah lima ibu yang bekerja dengan sistem rotasi tiga shift , berusia 25-44 tahun dan sudah memiliki anak dibawah 17 tahun, Dalam melakukan validasi terhadap informasi kelima partisipan, peneliti melakukan triangulasi pada significant other dari masing masing partisipan. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa work – family conflict yang terjadi pada ibu pekerja dengan tiga shift yang berprofesi sebagai perawat dan administrasi rumah sakit dominan pada time based conflict dan strain based conflict serta berdampak pada kondisi fisik dan psikis partisipan. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa terdapat enam tema yang merepresentasikan adversity quotient pada ibu bekerja dengan sistem rotasi tiga shift yang mengalami work family conflict yakni : (1) Tidak Menyerah dalam Kedua Peran; (2) Komitmen menjalani Peran Ganda,; (3) Pengendalian Diri; (4) Optimisme; (5) Dukungan Sosial; (6) Kepercayaan kepada Tuhan.
PERAN HAKIM DALAM MENYIMPANGI SANKSI MINIMUM KHUSUS TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA BERDASARKAN TEORI HUKUM PROGRESIF Davis, Yesaya Fabian; Maharani, Amalia Putri
Jurnal Ilmu Hukum: ALETHEA Vol. 7 No. 2 (2024): Jurnal Ilmu Hukum: ALETHEA
Publisher : Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24246/alethea.vol7.no2.p149-164

Abstract

Tindak pidana khusus narkotika yang memiliki ketentuan pidana minimum khusus di dalam norma pemidanaan ternyata tidak sepadan dalam beberapa kasus narkotika di Indonesia. Lebih dari itu, penuntut umum dalam dakwaannya tidak memberikan pasal yang sesuai dengan perbuatan terdakwa. Mahkamah Agung sebagai puncak dari badan pengadilan, menerbitkan Surat Edaran Mahkamah Agung sebagai pedoman hakim dalam memutus perkara dalam situasi tersebut, yang mana dapat menyampingkan ketentuan pidana minimum khusus dalam UU Narkotika. Putusan ini menimbulkan tendensi antara kepastian dan keadilan karena tidak sesuai dengan penegakan hukum pidana. Permasahalahan ini akhirnya terjawab dalam konsep hukum progresif yang mengedepankan keadilan substantif bukan keadilan prosedural.