Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

SOCIAL WELL-BEING, PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DAN EMOTIONAL WELL-BEING: STUDI KAUSAL KOMPARATIF PADA PRAKTISI SENI BELA DIRI BIMA DAN KEBUGARAN FISIK Budiarto, Yohanes
Jurnal Psikologi Vol 16, No 01 (2018): Jurnal Psikologi
Publisher : Jurnal Psikologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Individual health promotion includes preventative and curative measures. In the holistic model of public health, the promotion of mental health is an effort that complements the bio-medical approach. Various activities can affect the promotion of mental health is to exercise regularly physical exercise or actively involved in martial arts activities. The positive impacts of joining health clubs as well as martial arts groups to mental health such as increased self-esteem, self-confidence, and subjective well-being have been summarized by many researchers. However, inconsistent results regarding the impact of following the martial arts against the psychological condition of individuals are also found. Some researchers have found that involvement in martial arts increases anti-social attitudes and involvement in violent acts. This study attempts to reveal the phenomenon by conducting a comparative causal study ex post facto on health-care participants in health clubs and BIMA martial arts participants. From the research results obtained the findings that participants BIMA martial arts and sports participants in health clubs have emotional, psychological and social well-being is high. However, only the social well-being participants of the BIMA martial art (M = 4,969, SD = .691) were higher than the clubs fitness participants (M = 4.55 3, SD = 1.054); t (58), p = .009. Keywords: martial arts, psychological well-being, emotional well-being, social well-being.
CRITERION (PREDICTIVE) VALIDATION STUDY OF RELIGIOUS SCHEME SCALE Budiarto, Yohanes
Jurnal Psikologi Vol 15, No 01 (2017): Jurnal Psikologi
Publisher : Jurnal Psikologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this study was to confirm the factors of Religious Scheme Scale (RSS) using Indonesian Christian student sample. Participants were 230 students (male n= 100, female = 130) with age ranged from 15 – 23 years old (M = 16.8, SD = 1.588). Factor Analysis using Confirmatory Factor Analysis (CFA) was conducted using AMOS 21 did not confirm the 15 – item 3 – factor as proposed by Streib et al. (2010) but 13 – item 3 factor model. The unsatisfactory 2 variables were found in xenosophia sub scale. This study was considered similar to Proios’ study (2015) in Greece which dropped 2 items from xenosophia sub scale. The predictive validity of RSS showed a good predictor of identity fusion. In conclusion, RSS is satisfactory to be implemented in Indonesian Christian student samples. Keyword: Religious Scheme Scale, Factor analysis, Indonesian Christian students sample, predictive validity, identity fusion
FACTOR ANALYSIS OF ROTTER’S INTERPERSONAL TRUST SCALE Pangalila, Sonya Amelia Christin; Budiarto, Yohanes
HUMANITAS Vol 14, No 2: August 2017
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (16.258 KB) | DOI: 10.26555/humanitas.v14i2.6059

Abstract

The aim of this study was to investigate the dimensions of Interpersonal Trust Scale using Exploratory Factor Analysis and Confirmatory Factor Analysis in emerging adulthood sample. Convenience sampling used as sampling technique for EFA (N=320) and CFA (N=485). Four dimensions identified by EFA were Exploitation Institutional Factor reflecting one’s trust to an institution and also caution to exploitative condition; Role Trust reflects one’s trust to certain figure in performing their social role; Sincerity measures one’s trust that others are sincere and honest; and Trust of the Future reflects one’s trust about something that has not happened. This factor solution was cross-validated using CFA and obtain two remaining, namely Caution dan Sincerity. Reliability of this scale is inadequate for practical purpose and might be useful to use other technique for reliability testing instead of internal consistency. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui dimensi-dimensi yang terdapat pada alat ukur Interpersonal Trust Scale menggunakan metode Exploratory Factor Analysis dan Confirmatory Factor Analysis pada dewasa awal. Convenience sampling digunakan sebagai teknik pengambilan sampel untk EFA (N=320) dan CFA (485). EFA menghasilkan empat dimensi yaitu Exploitation Institutional Factor merupakan faktor yang menunjukkan tingkat kepercayaan seseorang terhadap suatu institusi serta mengandung butir yang menunjukkan kewaspadaan orang terhadap situasi eksploitatif; Role Trust menunjukkan tingkat kepercayaan terhadap figur tertentu dalam menjalankan peran sosial; Sincerity berisikan butir yang menujukkan kepercayaan bahwa orang lain tulus dan jujur dalam berperilaku; dan Trust of the Future berisikan butir yang menunjukkan kepercayaan seseorang terhadap sesuatu yang belum terjadi. Faktor yang diperoleh dari hasil analisis EFA diuji menggunakan CFA dan memeroleh dua faktor yang tersisa yaitu Caution dan Sincerity. Reliabilitas yang cukup rendah menunjukkan diperlukannya uji reliabilitas yang lain.
PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V SD X, Y, Z BERDASARKAN JENIS KELAMIN DAN PARTISIPASI BIMBINGAN BELAJAR Santana, Kelly; Dewi, Fransisca I. R.; Budiarto, Yohanes
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 1, No 2 (2017): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i2.989

Abstract

Dalam masyarakat Indonesia, hampir tiga dekade, kursus bimbinan belajar menjadi bagian dari proses belajar, selain sekolah formal. Orang tua mengikutsertakan anaknya dalam bimbingan belajar dengan tujuan supaya prestasi belajar anak menjadi lebih baik. Prestasi belajar merupakan salah satu indikator dari motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan prediktor signifikan dari prestasi belajar. Motivasi belajar dibedakan menjadi tiga, yaitu motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik, dan amotivasi. Tujuan penelitian ini untuk menguji perbedaan motivasi belajar siswa berdasarkan jenis kelamin dan partisipasi bimbingan belajar. Partisipan adalah 157 siswa kelas 5 dari tiga sekolah dasar di Jakarta, berusia antara 9-12 tahun. Instrumen penelitian berupa kuesioner motivasi belajar. Setelah melalui uji validitas dan reliabilitas, diperoleh Cronbach’s alpha sebesar 0.727. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi. Analisis data menggunakan Independent-Samples T Test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi belajar berdasarkan jenis kelamin, t (155) = 2,137, p<0.05. Demikian pula terdapat perbedaan motivasi belajar berdasarkan partispasi bimbingan belajar, t (155) = 2.058, p<0.05. Kata kunci: motivasi belajar, sekolah dasar, partisipasi bimbingan belajar
KONFLIK ORANGTUA-ANAK DALAM PEMILIHAN PASANGAN PADA KELUARGA DI BANGKA Agustina, Sherly; Budiarto, Yohanes; Hastuti, Rahmah
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 1, No 2 (2017): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v1i2.1007

Abstract

Konflik orangtua dan anak dapat terjadi dalam berbagai hal. Salah satu permasalahan yang menjadi konflik tersebut adalah preferences mate. Konflik yang terjadi biasanya tidak dapat dihindari. Namun, dalam budaya tertentu seperti budaya kolektif, ada kecenderungan konflik tidak terjadi. Pada pemilihan pasangan sendiri terdapat berbagai karakteristik. Dalam hal ini, akan terdapat kecenderungan orangtua dan anak memiliki kesamaan dalam karakteristik yang diinginkan untuk pemilihan pasangan. Namun, orangtua dan anak juga dapat memiliki perbedaan mengenai karakteristik yang diinginkan dalam pemilihan pasangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konflik orangtua dan anak yang terjadi pada keluarga di Bangka. Selain itu, penelitian ini juga ingin mengetahui karakteristik yang paling didambakan maupun yang paling tidak didambakan dalam preferences mate oleh keluarga di Bangka. Data penelitian ini diambil dari 178 partisipan orangtua dan anak yang tinggal di Bangka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat konflik antara orangtua dan anak dalam preferences mate. Temuan penelitian ini juga menunjukkan bahwa karakter baik dan pengertian merupakan karakter yang paling didambakan dalam preferences mate oleh partisipan penelitian. Selain itu, untuk karakteristik yang paling tidak didambakan oleh partisipan penelitian ini adalah sarjana.
Studi Awal Atribusi dan Emosi Malu pada Remaja: Analisis Survey Kualitatif Budiarto, Yohanes
Persona:Jurnal Psikologi Indonesia Vol 8 No 1 (2019): Juni
Publisher : Faculty of Psychology Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30996/persona.v8i1.2105

Abstract

Abstract Shame is one of the functions of behavioral control in individuals. Since childhood, a child has been introduced to social norms and morality and the consequences of his violations. However, the consequences of violating norms and morals show two different results, namely: shame and guilt. Research on shame in the individualistic culture places more emphasis on the aspect of self-awareness, while the interdependent collective culture places more emphasis on the public aspect. This study used a qualitative survey approach involving 54 junior high school students (male=35; female=19), (M = 19.22, SD = 3.45)  in Banyumas District, Central Java. By using thematic analysis in qualitative survey method, the findings showed that the route of embarrassed emotional attribution subjects confirmed the internal and external attribution routes. The internal attribution route is characterized by the process of feeling guilty of an embarrassing event while the external route is characterized by a publicly known aspect. Keywords: shame, guilt, attribution  AbstrakRasa malu adalah salah satu fungsi kontrol perilaku pada individu. Sejak kecil, seorang anak telah diperkenalkan dengan norma-norma sosial dan moralitas dan konsekuensi dari pelanggarannya. Namun, konsekuensi dari pelanggaran norma dan moral menunjukkan dua hasil yang berbeda, yaitu: rasa malu dan rasa bersalah. Penelitian tentang rasa malu dalam budaya individualistis lebih menekankan pada aspek kesadaran diri, sedangkan budaya kolektif yang saling bergantung lebih menekankan pada aspek publik. Penelitian ini menggunakan pendekatan survei kualitatif yang melibatkan 54 siswa SMP X (laki-laki=35; perempuan=19), (M = 19.22, SD = 3.45) di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Dengan menggunakan analisis tematik dalam metode survei kualitatif, temuan menunjukkan bahwa rute subjek atribusi emosional yang malu mengkonfirmasi rute atribusi internal dan eksternal. Rute atribusi internal ditandai mayoritas oleh proses pelanggaran etika dan sebagian kecil oleh perasaan bersalah atas peristiwa yang memalukan, sedangkan rute eksternal ditandai dengan aspek yang diketahui secara publik. Kata kunci: rasa malu, rasa bersalah, atribusi
PENGELOLAAN STRES PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH DI JAKARTA Hastuti, Rahmah; Budiarto, Yohanes
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 1, No 1 (2018): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.514 KB) | DOI: 10.24912/jbmi.v1i1.1878

Abstract

Community service activities is intended to apply relaxation techniques to reduce stress on students in the middle school. The event was held at the students of SMP Muhammadiyah 33, Tomang, West Jakarta. This event is based on a complaint from the principal that values need to be briefed for the students in the school associated with the need to reduce the stress students in learning. Strategies to reduce stress provided through implementation of relaxation techniques, so that the students were able to perform stress coping presented in an interactive, exposure to the material of speakers also use educational games and video content. PKM activity was held on March 2, 2017 and engage learners and teachers. Based on the analysis, it is concluded that relaxation techniques are effective in lowering the stress levels of students. Mechanical belly breathing (abdominal breathing), deep muscle relaxation and meditation (simple meditation) was able to make students become more relaxed and calm so that the stress level is low.ABSTRAK: Kegiatan pelayanan masyarakat dimaksudkan untuk menerapkan teknik relaksasi untuk mengurangi stres pada siswa di sekolah menengah. Acara yang digelar di sekolah SMP Muhammadiyah 33, Tomang, Jakarta Barat. Peristiwa ini didasarkan pada keluhan dari kepala sekolah bahwa nilai-nilanya perlu diberi pengarahan untuk siswa di sekolahnya yang terkait dengan kebutuhan untuk mengurangi stress siswa dalam belajar. Strategi untuk mengurangi stres yang diberikan melalui pelaksanaan teknik relaksasi, sehingga siswa mampu melakukan Stres mengatasi disajikan dalam interaktif, paparan materi pembicara juga menggunakan permainan pendidikan dan konten video. PKM kegiatan yang diselenggarakan pada tanggal 2 Maret 2017 dan melibatkan peserta didik dan guru. Berdasarkan analisis, disimpulkan bahwa teknik relaksasi efektif dalam menurunkan tingkat stres siswa. Pernapasan perut mekanik (pernapasan perut), relaksasi otot dalam dan meditasi (meditasi sederhana) mampu membuat siswa menjadi lebih santai dan tenang sehingga tingkat stres rendah
Pengukuran Perbedaan Rasa Malu dan Self-Esteem Serta Kaitannya dengan Prestasi Akademis (Studi pada Remaja Korban Perceraian di Jakarta) Rahmah Hastuti; Yohanes Budiarto
Provitae: Jurnal Psikologi Pendidikan Vol 6, No 1 (2014): Provitae
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.59 KB) | DOI: 10.24912/provitae.v6i1.227

Abstract

Parental divorce psychological impact for children and adolescents. This study examines the differences are shame and self-esteem to the learning achievement of students who are teenagers, whose parents divorced. The shame is the emotional aspects that influence individual assessment of himself when dealing with others. The shame is an emotion that is typical of the growing of early interpersonal experiences when indvidu related by family or peers. The study involved participants aged teens because adolescence is a phase turbulent emotions, so that the basic emotions experienced by adolescents is an aspect that can be developed through the development of models of measuring instruments associated with the emotions of shame and self-esteem and the use of a secondary form of data measuring learning achievement teens. The study involved 184 adolescents with divorced parents have negative correlation between shame and self-esteem. The higher the shame teenager because her parents divorce, the more negative the adolescent self-evaluation. However, the two variables are not correlated with academic achievement grades obtained from past research participants.Keywords: shame, self-esteem, academic achievement, adolescent
Kontribusi Self-Esteem dan Self-Determination terhadap Absenteeism pada Mahasiswa Universitas X Ade Lestari; Yohanes Budiarto; Sandi Kartasasmita
Provitae: Jurnal Psikologi Pendidikan Vol 4, No 1 (2010): Provitae
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/provitae.v4i1.282

Abstract

This research aimed an investigating the influence of self-esteem (Rosenberg, 1965) and self-determination (Sheldon & Deci, 1993) toward students’ absemnteeism. Absenteeism is the intention to leave the lecturers. Self-esteem is one’s evaluation about his/hers’ quality they perceive themselves as having. Self-determination is the act or power of making up one’s own mind about what to think or do, without outsife influence or compulsion. The hypothesis was that self-esteem and self-determination influenced the students’ absenteeism. This study involved 280 participants at X University using accidental sampling technique. Using logistic regression, the study showed that self-esteem and self-determination predicted student’ absenteeism for about 1.7%. In other words, self-esteem and self-determination in this study impacted students’ presence in class.Keywords: Absenteeism, self-esteem, self-determinatiomn. 
Peran Dukungan Sosial Dan Resiliensi Terhadap Kualitas Kehidupan Orang Tua Empty Nest Fransisca iriana roesmala Dewi; Yohanes Budiarto; Ajeng kusuma Wardani; Audy Surya Diningrum; Clara Lilianie; Andy Lau
Jurnal Pendidikan, Sains Sosial, dan Agama Vol. 8 No. 1 (2022): Jurnal Pendidikan, Sains Sosial, dan Agama
Publisher : STABN RADEN WIJAYA WONOGIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53565/pssa.v8i1.458

Abstract

Kondisi empty nest syndrome seringkali dikaitkan dengan rasa kehilangan yang dialami orang tua saat terpisah dari anak-anaknya, hal tersebut berdampak pada kehidupan orang tua dengan empty nest syndrome. Empty nest syndrome merupakan fenomena pada orang tua yang mengalami transisi perpisahan dengan anak-anaknya. Tinggi atau rendahnya tingkat empty nest syndrome dapat dipengaruhi oleh resiliensi dan dukungan sosial yang dimiliki orang tua. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peran resiliensi dan dukungan sosial terhadap kualitas kehidupan orang tua empty nest. Penelitian ini dilakukan pada partisipan yang memenuhi karakteristik orang tua empty nest dengan rentang usia 45-65 tahun, dengan jumlah 166 partisipan yang berdomisili dari berbagai wilayah di Indonesia. Pengambilan data dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan mengisi form kuesioner yang disebarkan melalui platform online selama tiga bulan. Terdapat tiga alat ukur yang digunakan, yaitu Multidimensional Scale of Perceived Social Support, Resilience Scale, dan alat ukur Kualitas Kehidupan. Analisis data menggunakan korelasi Pearson Correlation pada variabel resiliensi dan dukungan sosial dengan kualitas kehidupan menunjukkan bahwa hanya dukungan sosial yang memiliki korelasi signifikan dengan kualitas kehidupan, dengan nilai signifikan (p< .001). Uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa dukungan sosial memiliki peran terhadap kualitas kehidupan (F(163) = 12.031; p < .001). Sumbangan efektif faktor dukungan sosial terhadap kualitas kehidupan orang tua empty nest syndrome sebesar 12.9%.