Pelabuhan memegang peran penting dalam sistem logistik nasional sebagai penghubung moda transportasi laut dan darat. Efisiensi proses bongkar muat sangat menentukan kelancaran perdagangan, namun sering terhambat oleh rendahnya kompetensi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM), khususnya di Pelabuhan Probolinggo. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh kompetensi SDM terhadap efisiensi operasional dan keselamatan kerja, serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya (Pamujianto et al., 2025; Gultom et al., 2022; Setiono & Prasetyo, 2020) yang menyebutkan bahwa rendahnya kesadaran K3, lemahnya implementasi SOP, dan kurangnya pembinaan menjadi faktor struktural masalah TKBM terhadap aktivitas bongkar muatan. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi selama enam bulan (Agustus 2023–Februari 2024) di Pelabuhan Probolinggo. Analisis data mengacu pada model Miles and Huberman, meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar TKBM memiliki latar belakang pendidikan rendah (58,95% tamat SD) dan usia di atas 45 tahun (40,53%). Rendahnya tingkat pendidikan, usia lanjut, minimnya pelatihan, serta kurangnya sertifikasi kompetensi berdampak pada lambatnya proses bongkar muat, tingginya risiko kecelakaan kerja, dan rendahnya kedisiplinan. Indikator ET/BT hanya mencapai rata-rata 64% selama 2024, masih di bawah standar nasional (70%). Selain itu, kasus kecelakaan kerja terjadi setiap tahun, termasuk dua korban meninggal pada 2021. Temuan ini diperlukan strategi peningkatan kompetensi melalui pelatihan berkala, regenerasi tenaga kerja, dan sinergi antara KSOP dan koperasi TKBM untuk meningkatkan efisiensi, keselamatan kerja, serta daya saing pelabuhan Indonesia.