Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Islam Nusantara: Wajah Pribumisasi Islam dalam Perspektif Abdurrahman Wahid Aliyah, Himmah
Al Naqdu Vol 5 No 2 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : UIC (Universitas Islam Cirebon)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58773/alnaqdu.v5i2.343

Abstract

Secara historis, penyebaran Islam di Indonesia terjadi melalui sebuah proses asimilasi budaya juga pernikahan serta peran penting dari walisongo sebagai tokoh yang menyebarkan agama Islam. Abdurrahman Wahid yang akrab dipanggil dengan Gus Dur yaitu mantan Presiden Indonesia ke-4 dan mantan ketua Pengurus Besar Nahdhatul Ulama memperkenalkan sebuah teori pribumisasi Islam. Konsep pribumisasi Islam sebagai suatu upaya harmonisasi antara agama dan budaya di Indonesia. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis interpretatif yang memiliki tujuan untuk memahami teori dari konsep pribumisasi Islam Abdurrahman Wahid. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan. Gagasan pribumisasi Islam bukan gerakan Jawanisme tetapi sebagai usaha dalam mempertimbangkan hajat-hajat lokal dalam merumuskan ketetapan-ketetapan dalam agama. Konsep itu sebagai perwujudan paradigma rasional keagamaan yang tidak lagi mengambil bentuk orisinal dari agama tetapi juga sebagai upaya menjembatani antara agama dan budaya. Gagasan Gus Dur tentang konsep pribumisasi Islam di Indonesia merupakan suatu upaya dakwah yang hendak menyelaraskan dengan konsep kemaslahatan umat Islam Nusantara sebagai salah satu gerakan keagamaan dalam upaya menjaga nilai dan eksistensi Islam yang moderat. Islam Nusantara sebagai paradigma rasional dalam beragama yang berlandaskan pada universalisme Islam yang bersifat teoritis, kosmopolitanisme Islam yang bersifat dialogis dan pribumisasi Islam yang bersifat praksis.
Interpretasi Tauhid dalam Surah Al-Ikhlas dan Perannya sebagai Kerangka Nilai Utama dalam Mewujudkan Kesetaraan Gender Aliyah, Himmah; Fudola, Intihaul; Abyad, Habil; Ibrahim, Faisal Mahmoud Adam
SUHUF Vol 18 No 1 (2025)
Publisher : Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22548/shf.v18i1.1285

Abstract

Gender discrimination in many Muslim societies is often sustained by patriarchal cultural norms and textualist interpretations of the Qur'an that overlook its broader ethical and egalitarian principles. This study explores how the concept of tauhid in surah Al-Ikhlas can function as both a theological and ethical foundation to challenge patriarchal structures and advance gender justice. Employing a qualitative methodology grounded in literature-based analysis, the research adopts the Living Qur’an framework in conjunction with Amina Wadud’s gender hermeneutics. Primary and secondary sources—including classical exegetical works such as those of Ibn Kasir, contemporary commentaries by scholars like Quraish Shihab and Wadud, as well as scholarly literature on gender equity—inform the analysis. The findings indicate that tauhid, beyond affirming the oneness of God, embodies anti-hierarchical and egalitarian values that reject all forms of human domination, including male supremacy. Through contextual and sociological interpretation, surah Al-Ikhlas reveals tauhid as a moral imperative to promote just and equal gender relations. This study contributes to contemporary Qur’anic scholarship by proposing a gender-responsive theological reading rooted in the lived realities and ethical aspirations of Muslim communities.