Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Memuliakan Tamu: Analisis Surat Adz-Dzariyat Ayat 24-27 Perspektif Imam Ghazali Dalam Ihya Ulumuddin Nabila Salsabilla; Nasrulloh Nasrulloh
Journal of International Multidisciplinary Research Vol. 2 No. 11 (2024): November 2024
Publisher : PT. Banjarese Pacific Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62504/jimr998

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai-nilai memuliakan tamu dalam Surat Adz-Dzariyat ayat 24-27, dikaitkan dengan pandangan Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, serta relevansinya dalam konteks sosial kontemporer. Ayat-ayat ini menggambarkan kisah Nabi Ibrahim AS yang menunjukkan penghormatan luar biasa kepada tamu yang tidak dikenal, dengan menyajikan hidangan terbaik sebagai wujud keramahan dan kesungguhan. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan tafsir tematik dan analisis tekstual terhadap karya Ihya Ulumuddin. Tafsir ayat dan pandangan Al-Ghazali dieksplorasi untuk mengidentifikasi prinsip-prinsip akhlak yang berkaitan dengan adab memuliakan tamu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nabi Ibrahim AS memberikan teladan universal dalam menyambut tamu dengan sikap ramah, kesungguhan, dan tanpa pamrih. Dalam Ihya Ulumuddin, Imam Al-Ghazali menekankan bahwa memuliakan tamu merupakan sunnah yang sangat dianjurkan, karena menjadi wujud nyata dari adab Islami dan ukhuwah. Al-Ghazali juga memberikan panduan praktis untuk memuliakan tamu sesuai kemampuan tanpa memberatkan tuan rumah. Pembahasan menyoroti relevansi nilai-nilai ini dalam masyarakat modern yang cenderung individualistis. Memuliakan tamu dipandang sebagai cara membangun hubungan sosial yang harmonis, menunjukkan toleransi, dan menciptakan keberkahan. Kesimpulan menyatakan bahwa ajaran ini relevan sebagai pedoman akhlak dalam memperkuat solidaritas sosial di tengah perubahan zaman. Nilai-nilai ini tidak hanya berakar pada tradisi keislaman, tetapi juga memiliki dimensi universal yang dapat diterapkan dalam berbagai konteks budaya.
Analisis Sosio-Linguistik Terhadap Perbedaan Bahasa Gender Dalam Karakter Kartini Di Film Kartini: Princess Of Jawa Nabila Salsabilla; Azza Aulia Rahmi Daud
Journal of International Multidisciplinary Research Vol. 2 No. 12 (2024): Desember 2024
Publisher : PT. Banjarese Pacific Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62504/jimr1081

Abstract

Film Kartini: Princess of Java (2017), yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo, menggambarkan perjuangan Raden Adjeng Kartini dalam menghadapi norma sosial patriarkal di masyarakat feodal Jawa pada masa kolonial. Melalui pendekatan sosio-linguistik, penelitian ini bertujuan menganalisis bagaimana bahasa digunakan untuk mencerminkan ketimpangan gender sekaligus menjadi alat perjuangan bagi perempuan. Pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif digunakan dalam penelitian ini, dengan data utama berasal dari dialog dan narasi dalam film serta data sekunder berupa literatur tentang gender, budaya Jawa, dan teori sosio-linguistik. Data dikumpulkan melalui observasi dan analisis dialog yang mencerminkan perbedaan bahasa gender. Hasil analisis menunjukkan bahwa bahasa dalam film ini mencerminkan struktur sosial patriarkal yang memengaruhi pola komunikasi berdasarkan gender. Karakter laki-laki, seperti ayah Kartini, menggunakan bahasa formal dengan nada otoritatif untuk menegaskan otoritas mereka, sementara perempuan menggunakan bahasa yang lebih lembut dan tunduk, mencerminkan subordinasi. Kartini, sebagai tokoh utama, menunjukkan penggunaan bahasa yang progresif, memadukan penghormatan terhadap tradisi dengan keberanian menyuarakan ide-idenya terkait emansipasi perempuan. Film ini juga memperlihatkan bagaimana Kartini menggunakan bahasa sebagai alat untuk memberdayakan perempuan di sekitarnya melalui pendidikan dan surat-suratnya. Kesimpulannya, bahasa dalam film ini bukan hanya mencerminkan norma sosial yang ada, tetapi juga menjadi medium bagi Kartini untuk menantang patriarki dan mendorong perubahan sosial. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman hubungan antara bahasa, gender, dan kekuasaan dalam konteks budaya Jawa dan relevansinya untuk analisis media lain.
Implementasi Kurikulum Merdeka di MTs Miftahush Shibyan : Analisis Terhadap Kendala dan Solusinya Muhammad Fahmi Azizi; Nabila Salsabilla; Slamet Daroini
Journal of International Multidisciplinary Research Vol. 2 No. 12 (2024): Desember 2024
Publisher : PT. Banjarese Pacific Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62504/jimr1108

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kendala penerapan kurikulum mandiri di MTs Miftahush Shibyan dan mengidentifikasi alternatif solusi  untuk mengatasinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif  dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Temuan tersebut mengungkapkan tiga hambatan utama: terbatasnya pemahaman guru terhadap kurikulum mandiri, kurangnya kesempatan belajar yang tepat, dan rendahnya motivasi siswa untuk belajar mandiri. Solusi yang diusulkan mencakup pelatihan intensif bagi guru, perbaikan infrastruktur sekolah, dukungan khusus bagi siswa, serta penilaian dan pemantauan berkelanjutan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk mengoptimalkan kurikulum mandiri di lembaga pendidikan lainnya.
HUKUM PELAKSANAAN IBADAH HAJI MENGGUNAKAN UANG HARAM MENURUT FIQIH KONTEMPORER Nurul Siti Khadijah; Widya Indah Pratiwi; An'nisa Aulia Nur Azni; Sarah Lisfiza; Nabila Salsabilla
Tabayyun : Journal Of Islamic Studies Vol. 3 No. 02 (2025)
Publisher : Tabayyun : Journal Of Islamic Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This paper explores the protection of women's rights within marriage from the perspective of Islamic law, particularly as codified in Indonesia's legal framework. Using a normative juridical approach, this study examines primary and secondary legal sources—including the Qur’an, Hadith, the Compilation of Islamic Law (KHI), and relevant Indonesian statutes—to assess the extent and implementation of women’s legal protections in marital life. Key areas of focus include women’s rights to maintenance, equitable treatment, protection against domestic violence, and fair division of property post-divorce. The analysis reveals that Islamic legal doctrines, when interpreted within the framework of maqāṣid al-sharī‘ah (objectives of Islamic law) and siyasah syar‘iyyah (Islamic governance), provide a robust foundation for gender justice and legal empowerment of women. However, cultural patriarchal biases and institutional shortcomings continue to hinder effective enforcement. The study underscores the role of the state in safeguarding women’s rights as part of its obligation to uphold public welfare and eliminate gender-based discrimination. Ultimately, the paper advocates for a gender-responsive reinterpretation of Islamic norms and stronger legal institutions to ensure substantive equality and protection for women in marriage.
Hubungan Antara Tingkat Kepercayaan Diri dalam Public Speaking dengan Kualitas Penggunaan Bahasa Baku: Penelitian Fanny Rahmasari; Christin Hutahaean; Grachya Hanna Lory Saragih; Nabila Salsabilla; Widya Agustina Naibaho
Jurnal Pengabdian Masyarakat dan Riset Pendidikan Vol. 4 No. 2 (2025): Jurnal Pengabdian Masyarakat dan Riset Pendidikan Volume 4 Nomor 2 (October 202
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jerkin.v4i2.3196

Abstract

This study focuses on the inconsistency between formal linguistic competence and public speaking performance influenced by affective factors, especially self-confidence; although standard language quality (phonetics, diction, syntax, fluency) is expected in formal communication, high pressure triggers cognitive load and language simplification, resulting in decreased quality. Quantitative methods tested the causal relationship between self-confidence and spoken language quality, as well as the mediating role of speaking anxiety; results showed that self-confidence explained 50.7% of the variability in language quality, with speaking anxiety as a mediator that worsened performance under pressure. The findings emphasize the importance of strengthening psychological self-confidence and integrating affective-cognitive training, including automation and linguistic resilience strategies, to overcome psychological barriers and maintain standard language quality.