Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENGUNGKAPAN MODALITAS CAN DAN COULD PADA PENERJEMAHAN BAHASA INGGRIS KE DALAM BAHASA INDONESIA R. Renny Soelistiyowati
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 5, No 2 (2016): Jurnal Ranah
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.65 KB) | DOI: 10.26499/rnh.v5i2.150

Abstract

This paper is aimed to disclose the modality elements of English that are translated into Indonesia language based on the meaning derived from its context, such as the difference between the units and part of speech; the equivalence of the modality elements of primary modifier verb can and secondary modifier verb could translated from English to Indonesian language, and also the probability of the translation of primary modifier verb can and secondary modifier verb could translated from English to Indonesian language. The source of the data is The Naked Face novel and its translation version, Muka Telanjang. It was found that 54 sentences contain can and could. It was also found 57 modifier verbs can and could that consist of 18 primary modifier verbs can and 39 modifier verbs could. In addition, there were also units shifting from (could) to phrase (bisa saja), part of speech shifting such as modifier verb (I can’t) into adjective (tidak pandai), equivalence from (can) and (could) into some vocabularies of Indonesian language and also translation equivalence probability of modality can and could into some vocabularies in Indonesian language with their respective frequencies. ABSTRAKPenyusunan makalah ini bertujuan untuk mengungkapkan unsur modalitas bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berdasarkan makna yang diperoleh dari konteksnya. Misalnya, perbedaan unit dan kelas kata; kesepadanan unsur modalitas verba pewatas primer can dan verba pewatas sekunder could yang diterjemahkan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia; serta probabilitas penerjemahan unsur modalitas bahasa Inggris verba perwatas primer can serta verba pewatas sekunder could yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Sumber data dalam makalah ini diambil dari novel The Naked Faced serta terjemahannya Muka Telanjang. Dari proses penelitian yang dilakukan, ditemukan 54 kalimat yang mengandung modalitas can dan could. Ditemukan pula 57 verba pewatas pewatas can dan could yang terdiri dari 18 verba pewatas primer can dan 39 verba pewatas sekunder could. Selain itu, terdapat pergeseran unit seperti dari kata (could) menjadi frasa (bisa saja) serta terdapat pergeseran kelas kata, seperti dari verba pewatas (I can’t) menjadi adjektiva (tidak pandai); terdapat kesepadanan dari (can) dan (could) ke dalam beberapa kosakata bahasa Indonesia; serta terdapat probabillitas kesepadanan penerjemahan modalitas can dan could menjadi beberapa kosakata bahasa Indonesia dengan frekuensinya masing-masing.
Pemanfaatan tiga ruang belajar (cave, campfire, watering hole) dalam konteks pembelajaran BIPA Krishandini Krishandini; Renny Soelistiyowati; Mukhlas Ansori
Jurnal Salaka : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia Vol 5, No 1 (2023): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33751/jsalaka.v5i1.8476

Abstract

Era digital saat ini telah mendisrupsi berbagai profesi di dunia. Bahkan, tidak menutup kemungkinan profesi pengajar (dalam hal ini pengajar BIPA) akan tergantikan oleh berbagai aplikasi. Namun demikian, konsep society 5.0  tetap menempatkan sumber daya manusia sebagai komponen utamanya. Untuk tetap memiliki peran di era digital saat ini, pengajar BIPA harus mahir memanfaatkan berbagai ruang pembelajaran agar tidak monoton dalam penyampaian sehingga capaian pembelajaran dapat maksimal. Pemelajar akan memiliki pengalaman yang berbeda antara saat berhadapan (tatap muka) dengan pengajar dan saat berselancar di dunia maya mencari materi yang mereka butuhkan. Hal tersebut perlu dielaborasi agar menjadi pengalaman yang menarik bagi pemelajar. Untuk itu, penelitian ini akan mendeskripsikan hal yang terkait dengan tiga jenis ruang dalam konteks pembelajaran BIPA, yaitu campfire (lecture space), watering hole ( collaborative space), cave (reflective space). Bagaimana pengajar memanfaatkan tiga ruang pembelajaran ini dalam konteks pembelajaran BIPA? Apa saja materi yang dapat ditransfer kepada pemelajar melalui tiga ruang pembelajaran tersebut? Dengan demikian, pengajar dapat mengelaborasikan makna lingkungan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pemelajar pada waktu dan tempat yang berbeda. Jadi, karakteristik pemelajar BIPA yang esensinya datang dari berbagai tempat di belahan dunia ini dan memiliki perbedaan waktu dapat menikmati pembelajaran dengan baik.
Pemanfaatan tiga ruang belajar (cave, campfire, watering hole) dalam konteks pembelajaran BIPA Krishandini Krishandini; Renny Soelistiyowati; Mukhlas Ansori
Jurnal Salaka : Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia Vol 5, No 1 (2023): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33751/jsalaka.v5i1.8476

Abstract

Era digital saat ini telah mendisrupsi berbagai profesi di dunia. Bahkan, tidak menutup kemungkinan profesi pengajar (dalam hal ini pengajar BIPA) akan tergantikan oleh berbagai aplikasi. Namun demikian, konsep society 5.0  tetap menempatkan sumber daya manusia sebagai komponen utamanya. Untuk tetap memiliki peran di era digital saat ini, pengajar BIPA harus mahir memanfaatkan berbagai ruang pembelajaran agar tidak monoton dalam penyampaian sehingga capaian pembelajaran dapat maksimal. Pemelajar akan memiliki pengalaman yang berbeda antara saat berhadapan (tatap muka) dengan pengajar dan saat berselancar di dunia maya mencari materi yang mereka butuhkan. Hal tersebut perlu dielaborasi agar menjadi pengalaman yang menarik bagi pemelajar. Untuk itu, penelitian ini akan mendeskripsikan hal yang terkait dengan tiga jenis ruang dalam konteks pembelajaran BIPA, yaitu campfire (lecture space), watering hole ( collaborative space), cave (reflective space). Bagaimana pengajar memanfaatkan tiga ruang pembelajaran ini dalam konteks pembelajaran BIPA? Apa saja materi yang dapat ditransfer kepada pemelajar melalui tiga ruang pembelajaran tersebut? Dengan demikian, pengajar dapat mengelaborasikan makna lingkungan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pemelajar pada waktu dan tempat yang berbeda. Jadi, karakteristik pemelajar BIPA yang esensinya datang dari berbagai tempat di belahan dunia ini dan memiliki perbedaan waktu dapat menikmati pembelajaran dengan baik.
The THE EFFECT OF TALKING STICKS TO IMPROVE STUDENT’S SPEAKING SKILL AT VOCATIONAL STUDIES OF IPB UNIVERSITY: THE EFFECT OF TALKING STICKS TO IMPROVE STUDENT’S SPEAKING SKILL AT VOCATIONAL STUDIES OF IPB UNIVERSITY Marithasari, Harries; Soelistiyowati, Renny; Bachtiar, Willy; Vibowo, Heryudianto; Bayu Suriaatmaja Suwanda; Sesar Husen Santosa; Firman Muhammad Basar
The Journal Of English Teaching For Young And Adult Learners Vol. 3 No. 2 (2024): Journal of English Teaching for Young and Adult learners
Publisher : English Education Study Program STKIP PGRI Pacitan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21137/jeeyal.2024.3.2.3

Abstract

The goal of this study was to ascertain the Talking Sticks method of English language learning, which is used in the English for Communication course at IPB University's Vocational School. An experimental methodology is applied. Qualitative research is the kind that this is. Tests and interviews were used as methods of data gathering. Three hundred students from the Vocational School of IPB University's Digital Communication and Media Study Program served as the research subjects. The study's findings indicate that people's speaking abilities were valued more highly. Pre-test scores average 74, post-test scores average 77 for the control group and 89 for the experimental group. It is clear from this procedure that Talking Sticks can be utilized as a learning tool to improve speaking abilities. Lecturers are able to observe how the methods of learning that are employed can improve students' English comprehension. Additionally, it is known from the interview process that professors can identify candidates with strong and weak talents by using the results of the pre- and post-tests.
Hegemoni Soeharto dalam Buku Komik Merebut Kota Perjuangan, 1 Maret 1949 Ramdani, Guruh; Marithasari, Haries; Soelistiyowati, Renny
Jurnal Desain Vol 9, No 3 (2022): Jurnal Desain
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30998/jd.v9i3.12711

Abstract

Komik bisa dipergunakan untuk mengukuhkan kekuasaan suatu rezim melalui unsur-unsur teksnya, yaitu gambar, tulisan, balon kata, dan kotak teks yang dikonstruksi sedemikian rupa untuk mencapai maksud komunikasi tertentu, atau bisa dikatakan bahwa kekuasaan juga bekerja menanamkan pengaruhnya melelui komik untuk membentuk memori kolektif. Di Indonesia, salah satu komik yang mengartikulasikan hal ini adalah komik yang berjudul “Merebut Kota Perjuangan 1 Maret 1949, yang diterbitkan pada tahun 1985, yaitu komik sejarah merebut kembali kota Yogyakarta oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari tangan Belanda yang ingin kembali berkuasa pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia (1945),  yang dikenal dengan peristiwa serangan umum 1 Maret 1949. Komik ini menampilkan hegemoni Letkol Soeharto pada masa perjuangan revolusi fisik tersebut. Soeharto merupakan Presiden Republik Indonesia pada saat komik ini diproduksi dan diedarkan. Ideologi yang dikonstruksi di sini menempatkan Soeharto sebagai tokoh sentral atau pahlawan yang paling berperan dalam peristiwa tersebut, sementara para pelaku sejarah lainnya yaitu para petinggi negara dan petinggi militer lainnya hanya diperlihatkan sebagai pelengkap cerita saja.
EFEKTIVITAS PENYEBARAN INFORMASI HUKUM MELALUI MEDIA SOSIAL INSTAGRAM DAN WEBSITE JDIH KABUPATEN CIAMIS (STUDI KASUS DI BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN CIAMIS) Putri, Shafira Eka; Suparman, Suparman; Soelistiyowati, Rr Renny
Jurnal Ilmiah Galuh Justisi Vol 13, No 2 (2025): Jurnal Ilmiah Galuh Justisi
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/justisi.v13i2.18911

Abstract

Penelitian ini mengkaji pemanfaatan akun Instagram @jdih.ciamis sebagai media pemenuhan kebutuhan informasi publik oleh Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ciamis. Menggunakan metode kualitatif deskriptif, penelitian dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akun @jdih.ciamis efektif dalam memenuhi empat jenis kebutuhan informasi: mutakhir, rutin, mendalam, dan sekilas. Akun ini menyajikan informasi hukum terkini secara cepat dan mudah dipahami, konsisten dalam memperbarui konten, menyediakan informasi mendalam tentang peraturan daerah, serta menggunakan konten visual yang menarik untuk menyampaikan informasi sekilas. Pemanfaatan Instagram oleh instansi pemerintah ini terbukti mampu meningkatkan akses masyarakat terhadap informasi hukum, mendukung transparansi, dan meningkatkan literasi hukum publik. Penelitian ini menyimpulkan bahwa @jdih.ciamis dapat dijadikan model dalam pemanfaatan media sosial untuk mendukung tata kelola pemerintahan yang informatif dan partisipatif.