Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Upaya Guru Menggunakan Model Pembelajaran Aktif dalam Membangun Keaktifan Siswa Selama Pembelajaran Daring Purba, Ruth Angeli Melki; Cendana, Wiputra; Pesik, Tobian Habel
Journal of Practice Learning and Educational Development Vol. 4 No. 4 (2024): Journal of Practice Learning and Educational Development (JPLED)
Publisher : Global Action and Education for Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58737/jpled.v4i4.401

Abstract

During this pandemic, all educational institutions in Indonesia are required to implement the distance learning process. One such form is online learning, which is a learning process that relies on internet connectivity. In its application, online learning also still uses the 2013 curriculum, in which the learning process demands the active participation of students. However, observations show that there are problems in this aspect, namely the phenomenon of passive students. Active student participation is influenced by three factors, namely internal factors, external factors and teaching approach factors. In addressing this problem, the authors used the active learning model as one of the teaching approaches. The purpose of writing this final project is to explain the efforts of teachers using active learning models in building active student participation during online learning that are structured using descriptive qualitative research methods. In conclusion, through the application of this active learning model, teachers can help students in developing their abilities. The input of this journal is that in applying learning models, strategies, or methods, there should be enough attention paid to the internal factors that affect active student participation.
Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Memperkuat Nilai-Nilai Kemanusiaan Indonesia di Era Teknologi Walukow, Devy Stany; Pesik, Tobian Habel
Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology Vol 3, No 1 (2025): Proceedings of The National Conference on Indonesian Philosophy and Theology
Publisher : Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24071/snf.v3i1.10161

Abstract

Pancasila is the strength, lifeblood, and future of the Indonesian state. Established on 1 June 1945 as the foundation of the state, Pancasila is an ideological foundation derived from cultural values and mutual agreement. Ratified on 18 August 1945, Pancasila became the constitutional foundation of the state through a lengthy process marked by differences of opinion but ultimately reached a compromise. Therefore, Pancasila as the foundation of the state strengthens Indonesia's existence and diversity within the concept of a united and sovereign nation. However, what is happening today is the proliferation of disputes over differences and diversity on social media. Pancasila, as an ideological foundation, has not been well understood, while Pancasila as a constitutional foundation is understood but still violated. Pancasila, which was agreed upon on 1 June 1945 and as a result of a compromise on 18 August 1945, still needs to be continuously socialized through education. This is very important to prevent conflicts related to differences and diversity in society. Pancasila as an ideological foundation must strengthen its position as a consensus of conscience among every group and class in society. This understanding can strengthen the Pancasila of 18 August 1945. Although it is a compromise, Pancasila still upholds human values as universal values accepted by all Indonesian society. Thus, the values of Pancasila reinforce the power of the ‘heart’ and public awareness as a noble agreement that can suppress and prevent the erosion of social bonds. Pancasila can influence the formation of opinions about human values in the technological era. This study was analyzed using a qualitative-descriptive approach, using books, journals, and newspapers as theoretical references and empirical data from the field.AbstrakPancasila adalah kekuatan, napas kehidupan, dan masa depan negara Indonesia. Pancasila yang ditetapkan pada 1 Juni 1945 sebagai landasan negara merupakan landasan ideologis yang berasal dari nilai-nilai budaya dan hasil kesepakatan bersama. Pancasila yang disahkan pada 18 Agustus 1945 merupakan landasan konstitusional negara melalui proses panjang akibat perbedaan pandangan namun akhirnya mencapai kompromi. Oleh karena itu, Pancasila sebagai landasan negara memperkuat keberadaan dan keragaman Indonesia dalam konsep bangsa yang bersatu dan berdaulat. Namun, yang terjadi saat ini adalah maraknya perselisihan mengenai perbedaan dan keragaman di media sosial. Pancasila sebagai landasan ideologis belum dipahami dengan baik, sementara Pancasila sebagai landasan konstitusional dipahami tetapi masih dilanggar. Pancasila yang disepakati pada 1 Juni 1945 dan sebagai hasil kompromi pada 18 Agustus 1945, masih perlu terus disosialisasikan melalui pendidikan. Hal ini sangat penting untuk mencegah konflik terkait perbedaan dan keragaman di masyarakat. Pancasila sebagai landasan idiil harus memperkuat posisinya sebagai kesepakatan hati nurani setiap kelompok dan golongan dalam masyarakat. Pemahaman ini dapat memperkuat Pancasila 18 Agustus 1945. Meskipun merupakan kompromi, Pancasila tetap menjunjung nilai-nilai kemanusiaan sebagai nilai-nilai universal yang diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia. Dengan demikian nilai-nilai Pancasila mempertegas kekuatan dari “hati” dan kesadaran masyarakat sebagai perjanjian luhur yang dapat menekan dan mencegah tergerusnya ikatan sosial. Pancasila dapat mempengaruhi pembentukan opini tentang nilai-nilai manusia di era teknologi. Studi ini dianalisis menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif, dengan menggunakan buku, jurnal, dan koran sebagai referensi teoretis dan data empiris dari lapangan.
PELATIHAN MERANCANG PEMBELAJARAN YANG ALKITABIAH DI SEKOLAH PRESBITERI BALI Cendana, Wiputra; Han, Chandra; Kusumah, Indra Praja; Andriani, Neneng; Pesik, Tobian Habel
Jurnal Widya Laksmi: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 5 No. 1 (2025): Jurnal WIDYA LAKSMI (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat) - Inpress
Publisher : Yayasan Lavandaia Dharma Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59458/jwl.v5i1.155

Abstract

Pendidikan Kristen merupakan pembelajaran yang terencana dan sadar untuk mewariskan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya, sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman berlandaskan Alkitabiah. Pendidikan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan intelektual, spiritual dan emosional peserta didik yang menekankan pembelajaran yang berpusat kepada Kristus. Sekolah Presbiteri Bali merupakan salah satu sekolah yang menjalankan pendidikan Kristen dalam rangka melahirkan jiwa-jiwa pelayan sejak dini dimana nantinya akan melayani jemaat yang telah dipercayakan. Namun permasalahan yang terjadi adanya metode pengajaran yang diberikan oleh guru Kristen di SMPTK dan SMTK Presbiteri Bali belum cukup efektif untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dari segi kognitif, afektif, psikomotorik, dan spiritualitas yang holistik. Hal ini terlihat dari fokus pengajaran yang terlalu tradisional dan kurang menarik, serta belum mampu mengintegrasikan nilai-nilai Kristiani secara maksimal dalam pembelajaran umum seperti pengetahuan alam dan sosial. Solusi yang dilakukan adalah memberikan pelatihan gabungan secara online dan tatap muka kepada 20 guru dan 2 Kepala Sekolah Presbiteri Bali. Pembelajaran dirancang meliputi penjelasan materi, tanya jawab, diskusi, dan refleksi. Pelatihan ini dilaksanakan secara onsite saat kunjungan ke Lokasi dan diimbangi dengan 2 kali pembelajaran online. Materi yang disampaikan tentang pengetahuan dasar dalam merancang pembelajaran yang Alkitabiah, pembelajaran berdiferensiasi dan interdisipliner dalam kurikulum Merdeka Belajar serta bagaimana cara edukatif yang menarik dalam mempromosikan sekolah bagi siswa, orang tua dan masyarakat. Hasil evaluasi kegiatan ini terlihat bahwa 75% peserta mampu memahami materi, 85% narasumber mampu menjawab pertanyaan, 85% peserta lebih mengenal kurikulum Merdeka dalam merancang pembelajaran Alkitabiah dan 90% peserta mampu menggunakan cara-cara edukatif yang menarik dalam mempromosikan sekolah. Kegiatan ini akan terus dikembangkan melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) selanjutnya bekerjasama dengan berbagai program studi Psikologi dan berkolaborasi dengan Pendidikan Agama Kristen dalam rangka mendukung Tri Dharma Perguruan Tinggi dan implementasi Kerjasama Kemitraan UPH.