Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

FORMULASI DAN KARAKTERISASI SOLID SELF NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM MINYAK BIJI JINTAN HITAM DENGAN PENGERING AEROSIL DAN KROSPOVIDON. Fresiva, Urva; Wahyuningsih, Iis; Utami, Dwi
CENDEKIA EKSAKTA Vol. 9 No. 2 (2024)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/ce.v9i2.12286

Abstract

Minyak biji jintan hitam (MBJH) memiliki aktivitas farmakologi sebagai anti-trombositopenia. Pada penelitian sebelumnya telah berhasil dikembangkan sediaan likuid SNEDDS (Self Nanoemulsion Drug Delivery System) MBJH, namun SNEDDS MBJH masih memiliki kekurangan yaitu komponen berinteraksi dengan soft capsule. Tujuan penelitian ini adalah melakukan formulasi dan karakterisasi  S-SNEDDS MBJH dengan pengering aerosil dan krospovidon. Metode yang digunakan untuk memformulasi SNEDDS MBJH menjadi S-SNEDDS MBJH adalah adsorbtion to solid carrier dengan pengering aerosil dan krospovidon dan dikarakterisasi dengan parameter kejernihan, waktu emulsifikasi, sifat alir, bulk density, tapped density, dan uji stress. Diperoleh formulasi S-SNEDDS MBJH berupa 0,4 g aerosil sebagai pengering tiap mL SNEDDS, dan bila menggunakan krospovidon 0,7 g tiap mL SNEDDS.  Persen transmittan S-SNEDDS MBJH dengan aerosil adalah 99,72 ± 0,62 % sedangkan dengan krospovidon adalah 95,51 ± 0,62%. Waktu emulsifikasi S-SNEDDS aerosil adalah 15 ± 0,28 detik dan S-SNEDDS krospovidon adalah 6,26 ± 0,28 detik. Density bulk dan tapped density S-SNEDDS aerosil berturut-turut adalah 0,50 ± 0,05 dan 51,34 ± 2,08o , sedangkan S-SNEDDS krospovidon berturut-turut adalah 0,34 ± 0,00 dan 0,38 ± 0,00. S-SNEDDS MBJH dengan pengering aerosil memberikan granul dengan karakter yang lebih baik dibandingkan dengan S-SNEDDS MBJH dengan pengering krospovidon. Kata kunci: Minyak Biji Jintan Hitam, Trombositopenia, S-SNEDDS.
Formulation of Nanoemulsion Gel Pogostemon cablin Benth. And Anti-acne Activity Heroweti, Junvidya; Mindiono, Imam Arif; Mahmud, Nurlela; Pradasari, Frisya; Fresiva, Urva; Prihantini, Malinda
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol 12, No 3 (2025)
Publisher : Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/ijpst.v12i3.60143

Abstract

Patchouli oil (Pogostemon cablin Benth.) contains patchouli alcohol, a compound known for its antibacterial properties, including activity against Propionibacterium acnes (Cutibacterium acnes), a key bacterium implicated in the pathogenesis of acne. This study aims to evaluate the anti-acne potential of a nanoemulsion gel formulation of patchouli oil using three different gelling agents: HPMC (F1), Na CMC (F2), and Carbopol 940 (F3). Each formulation was assessed for its physicochemical characteristics, including color, odor, texture, pH, adhesion, spreadability, viscosity, particle size, polydispersity index (PDI), and zeta potential. All formulations appeared milky white, retained the characteristic aroma of patchouli oil, and exhibited a smooth gel texture. Among the three, F1 demonstrated the highest viscosity, while F3 exhibited superior adhesion. The average pH value (6.19 ± 0.23) was within the acceptable range for topical application. In vivo evaluations indicated that F3 exhibited the most significant reduction in erythema and edema, with minimal irritation potential. Additionally, F3 received the highest respondent satisfaction rating (77.6%), indicating better acceptance. Based on these findings, Carbopol 940 is identified as the most suitable gelling agent for the development of a patchouli oil nanoemulsion gel with promising anti-acne efficacy and favorable respondent acceptability.
Pelatihan Daur Ulang Limbah Organik Dapur Menjadi Eco Enzyme Multiguna di Lingkungan Desa Ngareanak, Singorojo Kabupaten Kendal Prihantini, Malinda; Windriyati, Yulias Ninik; Rochman, M Fatchur; Wibowo, Danang Novianto; Fresiva, Urva; Heroweti, Junvidya; Ikhsan, Muhammad; Sholehah, I Ana; Mahardika, Muhammad Farel; Najibah, Muna Ulya; Wafa, Nurul
Jurnal Vokasi Vol 9, No 3 (2025): November
Publisher : Politeknik Negeri Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30811/vokasi.v9i3.7870

Abstract

Desa Ngareanak, Singorojo Kabupaten Kendal merupakan salah satu desa yang terletak di dalam area perkebunan yang jauh dari perkotaan. Lokasinya berjarak 28 km dari pusat Kabupaten Kendal dan 35 km dari pusat Kota Semarang. Sebanyak tiga perempat bagian wilayah desa adalah tanah perkebunan milik pemerintah yang terdiri dari ± 43,37% Tanah Perkebunan PTPN IX Merbuh dan ± 30,86% Tanah Perhutani RPH Ngareanak. Warga Desa Ngareanak selama ini membuang sampah organik ke wilayah perkebunan tanpa diolah terlebih dahulu, sehingga berpotensi mencemari lingkungan dan merusak asset pemerintah.  Diperlukan adanya gerakan yang massif dan terstruktur sebagai upaya pengelolaan limbah yang berdayaguna optimal. Pembuatan eco enzyme dapat mengolah sampah organik menjadi larutan yang berdayaguna. Oleh karena itu, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pelatihan daur ulang limbah organik dapur menjadi eco enzyme dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan di Desa Ngareanak, Singorojo Kabupaten Kendal. Kegiatan pengabdian dilakukan menggunakan metode participatory action melalui pendekatan partisipatif berkelanjutan untuk pemberdayaan kelompok masyarakat di Desa Ngareanak. Kegiatan dilakukan melalui tiga tahapan yaitu penyampaian materi eco enzyme oleh tim dosen sebagai pembicara, pelatihan pembuatan eco enzyme dengan melibatkan masyarakat, dan evaluasi. Sebanyak 20 peserta dibagi menjadi 4 kelompok dengan setiap kelompok didampingi oleh 2 orang fasilitator dari tim pengabdian. Setiap kelompok membuat 1 wadah eco enzyme di dalam galon bekas air mineral.  Hasil pengabdian berupa empat wadah eco enzyme dengan komposisi dan jenis sampah organik yang berbeda untuk setiap kelompok. Keempat wadah eco enzyme tersebut disimpan oleh masing-masing kelompok untuk melalui masa fermentasi selama minimum dua bulan.