Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Penyebab Anak Stunting : Perspektif Ibu di Desa Margamukti Isneniah, Dwi; Putri, Anggi Egliana; Maula, Atifatul
Jurnal Kesehatan Vol 14, No 2 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38165/jk.v14i2.377

Abstract

Ada banyak faktor yang mempengaruhi stunting. Stunting disebabkan karena asupan gizi tidak adekuat serta infeksi berulang seperti penyakit kronis yang berlangsung pada masa emas pertumbuhan anak (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2020). Selain penyebab di atas, faktor internal dalam pengasuhan anak sangat berpengaruh terhadap stunting. Dalam hal ini ibu sangat berpengaruh terhadap pola asuh anak sebesar 80,84%. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penyebab stunting berdasarkan persepsi ibu. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sumedang. Informan yang terlibat adalah 6 orang ibu yang memiliki anak stunting dan risiko stunting berusia 14 bulan sampai 47 bulan. Penelitian ini menghasilkan tema penyebab anak stunting dalam prespektif dalam 5 kategori yaitu keturunan, anak sulit makan dan pemilih makanan, riwayat penyakit, asi eksklusif, dan kurang gizi saat hamil. Sebagian besar ibu menyatakan bahwa penyebab anaknya stunting adalah keturunan, padahal keturunan bukanlah faktor utama penyebab stunting. Dengan demikian, perlu adanya pemberian promosi kesehatan di masyarakat terutama ibu agar derajat kesehatan keluarga meningkat. Kata Kunci : Stunting; Anak; Faktor – Faktor; Persepsi Ibu; Sumedang.
SWOT ADDITIVE MANUFACTURING : TEKNOLOGI PROSTETIK & ORTOTIK BIDANG KESEHATAN Putri, Anggi Egliana; Drama, Banita Ihfatun; Isneniah, Dwi; Rochmah, Febby Anggraeni; Allif, Nisa Yoelia Nur; Sukaesih, Nunung Siti
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 1 (2025): MARET 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i1.42707

Abstract

Perkembangan teknologi dalam tiga dekade terakhir telah membawa perubahan besar di berbagai bidang, termasuk kesehatan. Salah satu inovasi penting adalah additive manufacturing, khususnya 3D printing, yang semakin banyak digunakan dalam pembuatan prostetik dan ortotik. Teknologi ini menawarkan solusi yang lebih terjangkau, presisi tinggi, serta dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Namun, masih terdapat tantangan seperti keterbatasan material dan daya tahan produk. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi manfaat serta tantangan penggunaan 3D printing dalam pembuatan prostetik dan ortotik. Penelitian ini menggunakan metode narrative review dengan menelaah berbagai literatur ilmiah terkait penggunaan 3D printing dalam bidang medis. Data diperoleh dari Google Scholar dengan kriteria inklusi berupa artikel open access yang dipublikasikan antara tahun 2016 hingga 2025. Kata kunci yang digunakan mencakup "Additive Manufacturing," "3D Printing," "Prostetik," "Ortotik," dan "Kesehatan." Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif untuk mengidentifikasi tren utama, keunggulan, serta tantangan teknologi ini. Hasil tinjauan menunjukkan bahwa teknologi 3D printing memungkinkan produksi prostetik dan ortotik yang lebih ringan, ergonomis, dan memiliki biaya lebih rendah dibandingkan metode konvensional. Desain yang lebih presisi juga meningkatkan kenyamanan pengguna. Namun, tantangan seperti keterbatasan kekuatan material dan daya tahan produk masih menjadi kendala. Kesimpulannya, teknologi 3D printing menawarkan solusi inovatif dengan produksi lebih cepat, biaya lebih rendah, dan desain yang disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Meskipun masih terdapat hambatan teknis, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan kualitas material dan kenyamanan pengguna dalam jangka panjang.
Early Detection of Psychosexual in Adolescent Putri, Anggi Egliana; Nuryani, Reni; Lindasari, Sri Wulan
Indonesian Journal of Global Health Research Vol 6 No 3 (2024): Indonesian Journal of Global Health Research
Publisher : GLOBAL HEALTH SCIENCE GROUP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/ijghr.v6i3.3124

Abstract

Adolescent psychosexual development is in the genital phase, in this phase there is maturity of sexual function. Adolescence is still learning about exploring new and unfamiliar areas of sexuality, therefore adolescents are vulnerable to the impact of sexual deviations which are included in psychosexual disorders. Early detection is the first step to prevent psychosexual disorders in adolescents. Objective: This research aims to determine the psychosexual conditions t Adolescent psychosexual development is in the genital phase, in this phase there is maturity of sexual function. Adolescence is still learning about exploring new and unfamiliar areas of sexuality, therefore adolescents are vulnerable to the impact of sexual deviations which are included in psychosexual disorders. Early detection is the first step to prevent psychosexual disorders in adolescents. Objective: This research aims to determine the psychosexual conditions that occur in adolescents. This research is a quantitative study employing Univariate data analysis. The study population amounted to 1027 with a sample size of 288 respondents using the Stratified Random Sampling technique. The instrument used is the Bem Sex Inventory (BSRI) to describe gender identity which has been tested for validity and reliability with a Cronbach's alpha of 0.868 and a Likert Scale Instrument to describe sexual orientation which has been tested for validity and reliability with a Cronbach's alpha of 0.702. Data collection techniques were carried out by distributing questionnaires to measure gender identity and sexual orientation. In measuring gender identity, the majority of respondents, 95 people (32.99%) have an androgynous gender identity, 93 respondents (32.29%) have gender undifferentiated, some respondents, 20 male students (6.94%) have masculine and as many as 59 female students (20.49%) have feminine traits, 6 female students (2.08%) have masculine traits and 15 male students (5.21%) have feminine traits. Meanwhile, the results of measuring sexual orientation showed that the majority of students and female students have heterosexual interests, 276 respondents (95.83%) and 12 respondents (4.17%) have non-heterosexual interests. Most respondents have an Androgynous gender identity and a Heterosexual sexual orientation. hat occur in adolescents. Methods: This research is a quantitative study using descriptive research design. The study population amounted to 1027 with a sample size of 288 respondents using the Stratified Random Sampling technique. The instrument used is the Bem Sex Inventory (BSRI) to describe gender identity which has been tested for validity and reliability with a Cronbach's alpha of 0.868 and a Likert Scale Instrument to describe sexual orientation which has been tested for validity and reliability with a Cronbach's alpha of 0.702. Data collection techniques were carried out by distributing questionnaires to measure gender identity and sexual orientation. Results: In measuring gender identity, the majority of respondents, 95 people (32.99%) have an androgynous gender identity, 93 respondents (32.29%) have gender undifferentiated, some respondents, 20 male students (6.94%) have masculine and as many as 59 female students (20.49%) have feminine traits, 6 female students (2.08%) have masculine traits and 15 male students (5.21%) have feminine traits. Meanwhile, the results of measuring sexual orientation showed that the majority of students and female students have heterosexual interests, 276 respondents (95.83%) and 12 respondents (4.17%) have non-heterosexual interests. Conclusion: Most respondents have an Androgynous gender identity and a Heterosexual sexual orientation.