Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Kritik Nalar Al-Jabiri dan Implikasinya Terhadap Perkembangan Ekonomi Syariah Modern: Perspektif Trilogi Epistemologi untuk Kemajuan Islam Fadhil Wafa; Abid Rohmanu
Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi dan Keuangan Syariah Vol. 3 No. 1 (2025): Februari: Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi dan Keuangan Syariah
Publisher : STAI YPIQ BAUBAU, SULAWESI TENGGARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59059/jupiekes.v3i1.2014

Abstract

Modern Islamic philosopher and commentator Muhammad Abid Al-Jabiri helped advance the study of Quranic interpretation today. His critical thinking of Arabic reason made him famous among academics. Abid Al Jabiri's "revivalism" spirit motivated his criticism. In this case, the concept is related to the revival of Islam and efforts to change society. Abid Al Jabiri considered the current Islamic revival to be unsuccessful or even considered a failure. Based on this, Abid Al Jabiri wrote the next trilogy. This trilogy begins with his concern about the modern Arab discourse that cannot solve the problem of Islamic revival. The inaccuracy of Arabs in handling traditions (turats) is a factor that causes the Islamic revival to fail. Based on the perception of differences, the dialectic of understanding of contemporary Arab backwardness versus the dialectic of modern Western progress, the urgency of the Islamic revival does not depend on the orientation of development or its facts. According to al-Jabiri, formulating "the revival of Islamic civilization" is not easy, even unable to achieve progress, either in scientific planning or proportional utopian vision. After that, Al-Jabiri focused on turats (Islamic traditions), studying them and understanding them objectively to gain new insights. The main goal of Al-Jabiri's thinking on the whole turats is to realize socially transformative knowledge while maintaining the sustainability of the Islamic civilization revival program. This article examines Al-Jabiri's rational critique through the perspective of the bayani, irfani, and burhani epistemological trilogy and its implications for the development of modern Islamic economics. The main focus of this study is how the concept of rational critique can be applied to support the progress of Islam, especially in the context of Islamic economic theory and practice. This study highlights the relevance of Al-Jabiri's approach in formulating a more critical and progressive framework for Islamic economic thinking, while also responding to the challenges of modernization. This article also analyzes the contribution of the epistemological trilogy to strengthening Islamic financial practices in a global context. The research findings show that this integrative approach is not only relevant to the development of Islamic economics but also offers a solid foundation for innovation in facing the dynamics of the modern economy.
Memahami dan Menganalisis Tiga Teori Ekonomi Digital (Disruptive Innovation, Creative Destruction dan Sustaining Innovation) Fadhil Wafa; Aji Damanhuri
Ekopedia: Jurnal Ilmiah Ekonomi Vol. 1 No. 3 (2025): JULI-SEPTEMBER
Publisher : Indo Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63822/kta2m271

Abstract

Di era digital saat ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menciptakan perubahan struktural yang signifikan dalam lanskap ekonomi global. Munculnya internet, kecerdasan buatan (AI), big data, Internet of Things (IoT), blockchain, hingga teknologi cloud, secara kolektif membentuk apa yang kini dikenal sebagai ekonomi digital. Fenomena ini telah mengubah cara konsumen berperilaku, cara perusahaan beroperasi, dan bahkan bagaimana pemerintah merumuskan kebijakan. Secara riil, kita menyaksikan pergeseran besar dari model bisnis konvensional menuju model yang lebih terotomatisasi dan berbasis platform. Contoh nyata dari perubahan ini dapat dilihat pada sektor transportasi dengan hadirnya layanan ride-hailing seperti Gojek dan Grab yang mengganggu industri taksi konvensional (disruptive innovation), atau dalam sektor ritel dengan naiknya dominasi e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak yang secara perlahan menyingkirkan banyak toko fisik tradisional. Hal serupa terjadi di industri media, di mana platform streaming seperti Netflix dan YouTube menggantikan peran media televisi konvensional, serta di sektor keuangan, di mana fintech dan layanan dompet digital mulai menggantikan fungsi perbankan tradisional. Ketika inovasi-inovasi ini muncul, mereka tidak hanya menawarkan efisiensi dan kenyamanan bagi pengguna, tetapi juga menimbulkan konsekuensi serius bagi para pelaku industri lama yang gagal beradaptasi. Inilah yang dijelaskan dalam konsep creative destruction, yakni sebuah proses di mana inovasi menghancurkan sistem lama dan membuka jalan bagi sistem baru. Banyak perusahaan yang dulunya dominan, seperti Kodak, Nokia, atau bahkan Blockbuster, kini tinggal nama karena gagal menangkap perubahan tren dan teknologi.Namun tidak semua inovasi bersifat destruktif. Banyak perusahaan besar saat ini justru mengandalkan sustaining innovation yakni inovasi yang bertujuan memperbaiki produk, layanan, atau proses yang sudah ada. Apple, misalnya, terus memperbarui iPhone dengan fitur-fitur yang lebih baik tanpa mengubah model bisnis utamanya. Demikian pula, perusahaan otomotif seperti Toyota dan BMW melakukan inovasi berkelanjutan pada teknologi mesin dan desain, sebagai strategi mempertahankan posisi di tengah kemunculan mobil listrik dan otonom. Ketiga teori ini disruptive innovation, creative destruction, dan sustaining innovation bukanlah konsep yang berdiri sendiri, melainkan saling berinteraksi dan menjelaskan bagaimana inovasi memengaruhi siklus kehidupan bisnis dalam konteks ekonomi digital. Memahami ketiganya tidak hanya relevan bagi para akademisi atau peneliti, tetapi juga sangat penting bagi para pelaku bisnis, start-up, investor, bahkan pembuat kebijakan agar mampu membuat strategi adaptif yang sesuai dengan dinamika zaman. Di tengah ketidakpastian dan percepatan teknologi seperti sekarang, analisis terhadap teori-teori ini menjadi semakin penting. Dunia sedang bergerak menuju model ekonomi berbasis data dan algoritma, dan siapapun yang tidak siap berinovasi baik secara destruktif maupun berkelanjutan berisiko tertinggal atau tergilas oleh perubahan itu sendiri. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis lebih dalam ketiga teori tersebut sebagai kerangka berpikir dalam memahami ekonomi digital masa kini dan masa depan.
Simbah Harjo dan Ekonomi Syariah, Inisiatif  BMT Beringharjo Ponorogo untuk Memajukan UMKM Mandiri Fadhil Wafa; Luhur Prasetyo
Jejak digital: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 1 No. 4 (2025): JULI (Edisi Spesial)
Publisher : INDO PUBLISHING

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63822/dj68b637

Abstract

Program “Simbah Harjo” yang diluncurkan oleh Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Beringharjo Ponorogo merupakan sebuah inovasi sosial yang menarik dalam konteks implementasi nilai-nilai ekonomi syariah secara praktis di tingkat akar rumput. Program ini tidak hanya hadir sebagai bentuk alternatif pembiayaan yang bebas dari praktik riba, tetapi juga sebagai model pemberdayaan ekonomi mikro yang berkelanjutan bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), khususnya yang berasal dari kalangan marjinal dan belum tersentuh oleh lembaga keuangan formal. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji secara mendalam peran strategis Public Relations (PR) dalam merancang, mengomunikasikan, dan mengelola citra serta dampak sosial dari program Simbah Harjo. Dalam praktiknya, PR BMT Beringharjo tidak hanya berfungsi sebagai jembatan komunikasi antara lembaga dan masyarakat, tetapi juga sebagai motor penggerak transformasi sosial berbasis nilai keislaman. Melalui pendekatan partisipatif, edukatif, dan spiritual, program ini mampu membangun literasi keuangan syariah, meningkatkan kapasitas usaha, serta memupuk semangat kemandirian di kalangan pelaku UMKM tradisional. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan pengelola BMT, pelaku UMKM binaan, serta observasi langsung terhadap aktivitas program di lapangan. Analisis data dilakukan secara deskriptif-interpretatif untuk menggali makna di balik praktik PR dan dampaknya terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat. Hasil kajian menunjukkan bahwa efektivitas program ini sangat ditentukan oleh kemampuan PR dalam membangun narasi yang menyentuh, menjalin hubungan emosional yang kuat dengan masyarakat, serta menciptakan ruang dialog yang terbuka dan produktif antara lembaga dan komunitas.Keberhasilan program Simbah Harjo mencerminkan pentingnya sinergi antara prinsip ekonomi syariah dan strategi komunikasi publik yang empatik, adaptif, dan kontekstual. Oleh karena itu, artikel ini merekomendasikan penguatan kolaborasi antara institusi keuangan syariah, media, serta jaringan komunitas lokal, agar dampak sosial dan ekonomi program seperti ini dapat direplikasi dan diperluas di berbagai wilayah lain di Indonesia.
Integrasi Pemikiran Ibnu Khaldun dalam Transformasi Uang Digital: Pendekatan Multidimensional terhadap Dinamika Sosial, Ekonomi, dan Teknologi Fadhil Wafa; Amin Wahyudi
JOM Vol 5 No 4 (2024): Indonesian Journal of Humanities and Social Sciences, Desember 2024
Publisher : Universitas Islam Tribakti Lirboyo Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33367/ijhass.v5i4.6604

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengintegrasikan pemikiran Ibnu Khaldun dalam memahami transformasi sosial, ekonomi, dan teknologi yang terkait dengan pengembangan uang digital. Fokus utamanya adalah mengeksplorasi relevansi konsep *asabiyyah* (solidaritas sosial) dan kepercayaan dalam membangun sistem keuangan digital yang inklusif, adil, dan berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan analisis multidimensional terhadap literatur klasik Ibnu Khaldun, disandingkan dengan teori ekonomi modern dan studi kasus penerapan uang digital di berbagai konteks sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemikiran Khaldun memberikan kerangka yang relevan untuk memahami dinamika interaksi antara individu dan komunitas dalam struktur ekonomi berbasis uang digital. Konsep kepercayaan yang ditekankan Khaldun sangat signifikan dalam konteks keamanan dan transparansi uang digital, sementara *asabiyyah* menjadi elemen penting untuk menciptakan ekosistem yang mendukung adopsi teknologi baru. Selain itu, penelitian ini mengidentifikasi dampak sosial uang digital terhadap keadilan akses, distribusi kekayaan, dan perilaku konsumen, yang memerlukan pendekatan holistik dalam implementasinya. Implikasi teoretis dari penelitian ini menunjukkan bahwa integrasi nilai-nilai tradisional dengan inovasi teknologi dapat memperkuat fondasi ekonomi dan meningkatkan pengalaman sosial dalam era transformasi digital. Prinsip-prinsip Ibnu Khaldun dapat menjadi panduan untuk mengembangkan sistem keuangan digital yang tidak hanya berfokus pada efisiensi, tetapi juga pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan
Implementasi Prinsip Keadilan Syariah  dalam  Proses Promosi  dan Pengembangan Karier Karyawan di BMT Beringharjo Cabang Ponorogo Fadhil Wafa; Aji Damanuri
Ekopedia: Jurnal Ilmiah Ekonomi Vol. 1 No. 4 (2025): OKTOBER-DESEMBER
Publisher : Indo Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63822/xgbe5158

Abstract

This study aims to examine in depth the implementation of the principle of sharia justice ('adl) in the promotion and career development process of employees at BMT Beringharjo, Ponorogo Branch, as a sharia microfinance institution that plays a strategic role in strengthening the people's economy. The principle of justice in Islam is not only understood as formal equality, but also includes substantive justice that protects the rights, potential, and dignity of human resources. In the context of human resource management, the application of sharia justice functions as a moral and managerial instrument to ensure that the promotion and career development process is carried out objectively, proportionally, and oriented towards the values of trust and professionalism. This study begins with the phenomenon of a perception gap between the institution's promotion policy and employee expectations based on religious values, where the implementation of the principle of justice often clashes with the demands of efficiency and internal competition of the institution. This study uses a qualitative approach with a descriptive-analytical method, where data were obtained through in-depth interviews, participant observation, and a review of HR policy documents at BMT Beringharjo, Ponorogo Branch. The results show that the institution has attempted to internalize the values of sharia justice through promotion policies based on performance, loyalty, and work integrity. However, field practice shows that the implementation of these principles still faces obstacles in the aspect of transparency of assessment and policy communication between organizational levels. In the context of maqashid sharia, the results of this study emphasize the importance of integrating spiritual, moral, and professional values in the career management system to create a balance between organizational performance achievement and human resource welfare. These findings are expected to provide theoretical contributions to the development of a sharia justice-based HR management model and serve as a practical reference for sharia microfinance institutions in building a promotion and career system that is fair, sustainable, and based on Islamic values.