Tinjauan literatur ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas program bantuan beasiswa pendidikan dalam mengurangi angka putus sekolah, dengan perhatian utama pada peserta didik atau mahasiswa dari komunitas ekonomi lemah. Kajian dilakukan menggunakan pendekatan Systematic Literature Review (SLR) terhadap sejumlah studi nasional dan Internasional yang diterbitkan dalam kurun waktu 2010-2025. Temuan menunjukkan bahwa beasiswa yang dirancang berdasarkan kebutuhan ekonomi secara signifikan menurunkan angka putus sekolah, dibandingkan dengan skema berbasis prestasi akademik semata. Kajian ini juga membandingkan program beasiswa Indonesia (Bidikmisi/KIP-Kuliah) dengan model Internasional seperti Pell Grant di Amerika Serikat dan Education Maintenance Allowance (EMA) di Inggris. Meskipun Indonesia melalui Bidikmisi dan KIP-Kuliah telah mengadopsi pendekatan berbasis kebutuhan seperti Pell Grant dan EMA, implementasinya belum sekuat negara maju karena masih lemah dalam pendampingan dan akses informasi di lapangan. Inggris, lewat EMA, menargetkan siswa menengah dengan insentif kehadiran yang langsung memengaruhi partisipasi sekolah, sementara Indonesia lebih fokus ke pendidikan tinggi dengan skema afirmatif, namun belum menjangkau akar masalah sejak jenjang awal. Hal ini menggarisbawahi bahwa efektivitas beasiswa tak hanya ditentukan oleh desain skema, tetapi juga oleh presisi penargetan, intensitas pendampingan, dan konsistensi pelaksanaan di tingkat lokal. Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan arah kebijakan beasiswa yang lebih terbuka atau merangkul semua kalangan dan berkeadilan.