Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

MUTU CABAI RAWIT (CAPSICUM FRUTESCENS L) PADA TINGKAT KEMATANGAN DAN SUHU YANG BERBEDA SELAMA PENYIMPANAN Desi Natalia Edowai; Stella Kairupan; Handry Rawung
AGROINTEK Vol 10, No 1 (2016)
Publisher : Agroindustrial Technology, University of Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/agrointek.v10i1.2021

Abstract

The objective of this study is to know the ripeness level of small chilli and the right temperature during storage as far as the quality of small chilli can to defend until marketing. The study was conducted at the laboratory of Physiology and Postharvest and laboratory of Food Science and Technology of Research in Agriculture Faculty of Sam Ratulangi University Manado. Three level of ripeness are green ripe, green reddish ripe and red ripe. Temperature of storages are storage in room temperature 28°C – 32°C (64 – 77%), 4°C – 10°C (90 - 95%), 4°C – (-22)°C (95 – 98%), and  –10°C (99%). With long storage are 30 days. The Method of analyzed study result is descriptive analysis and the dataare presented by the table.     The quality of small chilli during storage looked about the height of water, weight, the height of capsaicin, and colour. The right temperature and the right ripeness can to maintain quality of small chilli until storage. The result study show is in level ripeness green ripe and green reddish ripe and than storage temperature 4°C – 10°C (90 - 95%) can maintain the qualiy of small chilli during storage. It is looked from amount of the height of water, weight, the height of capsaicin, and colour during storage always increase regulary.
Pengaruh Ukuran Kuming Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea Batatas Lam.) di Distrik Manokwari Timur, Kabupaten Manokwari Desi Natalia Edowai
AGRICOLA Vol 10 No 1 (2020): AGRICOLA
Publisher : Universitas Musamus, Merauke, Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35724/ag.v10i1.2682

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran kuming terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar. Perlakuan dalam penelitian ini adalah kuming kecil dengan diameter 25 cm (P1), Kuming sedang dengan diameter 50 cm (P2), dan Kuming besar dengan diameter 100 cm (P3). Hasil penelitian menunjukan bahwa Ukuran kuming (kecil, sedang, dan besar) mempengaruhi pertumbuhan vegetatif (panjang sulur, jumlah sulur, dan berat brangkasan daun) dan generatif (berat brangkasan akar, berat akar pensil, berat akar serabut, jumlah akar pensil, dan panjang akar pensil) pada tanaman ubi jalar. Pada variable pengamatan panjang sulur kuming yang memberikan hasil tertinggi adalah kuming sedang (P2), sedangkan hasil tertinggi untuk jumlah sulur dan berat brangkasan daun terdapat pada perlakuan kuming kecil (P1). Pada penelitian ini tidak menghasilkan umbi (umbi kecil, umbi sedang, umbi besar), tetapi yang dihasilkan adalah umbi-umbi pensil dan terdapat banyak akar serabut. Kekurangan unsur hara dalam tanah terutama unsur kalium dan juga kemampuan adaptasi varietas yang rendah diduga merupakan faktor yang mempengaruhi hasil pertumbuhan vegetatif maupun pertumbuhan generatif tanaman ubi jalar. Kata kunci : Kuming; Pertumbuhan dan Hasil Tanam; Ubi Jalar
SINTESIS NANOSELULOSA ASETAT DARI AMPAS SAGU DENGAN METODE ELECTROSPINNING Angela Myrra Puspita Dewi; Desi Natalia Edowai; Yudi Pranoto; Purnama Darmadji
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2018): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 9 2018
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (551.976 KB)

Abstract

Pengembangan nanoteknologi sebagai bahan komposit berbasis bahan alam telah banyak dikembangkan. Penelitian ini mengkaji tentang aplikasi electrospinning dalam pembuatan nanoselulosa asetat dari ampas sagu. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi besar tegangan listrik sebesar 5 dan 10 kV dan jarak collector-sampel 8 dan 9 cm. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa morfologi nanoselulosa asetat dari ampas sagu berbentuk partikel dengan bentuk yang tidak beraturan. Semakin tinggi tegangan listrik yang digunakan maka ukuran partikel semakin kecil, sedangkan jarak collector tidak berpengaruh terhadap ukuran partikel nanoselulosa asetat. Perlakuan sintesis nanoselulosa asetat dengan metode electrospinning terbaik pada perlakuan rasio selulosa asetat : pelarut 1:10, besar tegangan 10 kV dan jarak collector 8 cm dengan ukuran partikel nanoselulosa asetat sebesar 670 nm. Kata kunci : ampas sagu, electrospinning, nanoselulosa asetat
EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI SELULOSA DARI LIMBAH AMPAS SAGU Angela Myrra Puspita Dewi; Mimin Yulita Kusumaningrum; Desi Natalia Edowai; Yudi Pranoto; Purnama Darmadji
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2017): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 8 2017
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.495 KB)

Abstract

Ampas sagu merupakan salah satu limbah padat pengolahan pati sagu yang pada dasarnya merupakan serat empelur sisa pemerasan pati sagu. Limbah ampas sagu memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi dimana selulosa tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioplastik, pertumbuhan jamur dan pakan ternak. Pemilihan metode ekstraksi selulosa sangat berpengaruh terhadap karkakteristik selulosa yang dihasilkan. Ekstraksi selulosa dari bahan alam meliputi tahap delignifikasi menggunakan NaOH dilanjutkan dengan proses bleaching dengan NaOCl dan hidrolisis menggunakan dua (2) jenis asam HCl dan H2SO4 pada konsentrasi yang sama. Karakterisasi serat selulosa hasil ekstraksi meliputi analisis spektra selulosa yang dihasilkan menggunakan spektroskopi FT-IR,kadar air, kadar selulosa dan rendemen. Perlakuan jenis asam HCl dan H2SO4 tidak berpengaruh terhadap rendemen, spektra FT-IR dan kadar air selulosa yang dihasilkan, namun berpengaruh terhadap kadar selulosa. Perlakuan hidrolisis menggunakan H2SO4 lebih baik daripada hidrolisis menggunakan HCl pada ekstraksi selulosa limbah ampas sagu dengan kadar selulosa yang dihasilkan sebesar 59, 51%.Kata kunci : Limbah Ampas sagu, HCl, H2SO4, selulosa
Kinerja Mesin Ekstraksi Pati Sagu Tipe Vertikal Stirrer Rotary Blade Menggunakan Saringan 100 mesh pada Berbagai Durasi Waktu Ekstraksi Darma .; Desi N. Edowai; Cornelia Boiratan
Agritechnology Vol 3 No 1 (2020): Edisi Juni
Publisher : Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Papua, Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51310/agritechnology.v3i1.51

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah menguji kinerja mesin ekstraksi pati sagu tipe vertical stirrer rotary blade menggunakan saringan 100 mesh pada berbagai durasi waktu ekstraksi. Pengujian kinerja mesin dilakukan pada empat level durasi waktu ekstraksi yaitu 10, 15, 20 dan 25 menit. Evaluasi kinerja dilakukan dengan mengukur parameter (1) rendemen pati, (2) hasil pati, (3) kapasitas ekstraksi dan (4) kehilangan pati pada ampas. Hasil uji kinerja menunjukkan bahwa semakin tinggi durasi waktu ekstraksi, semakin tinggi rendemen pati dan hasil pati, namun kapasitas ekstraksi, dan persentase pati pada ampas semakin rendah. Berdasarkan parameter hasil pati tertinggi dan persentase kehilangan pati pada ampas terendah maka kinerja tertinggi diperoleh pada perlakuan durasi waktu ekstraksi 25 menit. Kinerja mesin pada perlakuan tersebut adalah (1) rendemen pati 46,87%, (2) hasil pati 71 kg/jam, (3) kapasitas ekstraksi 150 kg ela/jam, dan (4) kehilangan pati pada ampas 1,43%.
Analisis Sifat Kimia Kopi Arabika (Coffea arabica L) Asal Dogiyai Desi N. Edowai
Agritechnology Vol 2 No 1 (2019): Edisi Juni
Publisher : Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Papua, Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51310/agritechnology.v2i1.24

Abstract

Tanaman kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Kopi terdiri dari beberapa jenis diantaranya Arabica, Robusta, Liberika dan Excelsa. Sesuai dengan Iklim, tanaman kopi yang dikembangkan di Indonesia adalah arabika dan robusta. Salah satu lokasi pengembangan kopi arabika di Indonesia adalah di Kabupaten Dogiyai. Produksi kopi di dogiyai, sudah dilakukan hingga menjadi kopi bubuk, dan siap dijual. Kualitas kopi arabika bubuk dapat ditentukan dengan sifat fisik dan kimia yang dimiliki. Sifat fisik diperoleh dengan melakukan uji organoleptik, sedangkan sifat kimia diperoleh dengan melakukan analisis proksimat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sifat kimia dari kopi arabika bubuk asal kabupaten Dogiyai. Pengambilan Sampel dilakukan di kampung Bomomani dan Moanemani. Sampel kemudian dianalisis di Laboratorium Analisis dan Kalibrasi Balai Besar lndustri Agro, Bogor. Komponen kimia yang dianalisis adalah kadar air (2,32%-3,64%), kadar abu(4,10% – 4,54%), protein(12,6% – 13,7%), lemak (11,5% - 14,7%), karbohidrat (65 % - 68,3%), sari kopi(22,2% - 25,6%), dan kadar kafein (1,17% - 1,32%). Semua komponen kimia kopi tersebut telah memenuhi Standar Nasional Indonesia.
Pengembangan Alat Pemisah Minyak Kelapa Murni/ Virgin Coconut Oil (VCO) Berpengaduk Reniana Reniana; Desi Natalia Edowai
Agritechnology Vol 1 No 1 (2018): Edisi Juni
Publisher : Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Papua, Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51310/agritechnology.v1i1.9

Abstract

Metode pengadukan/stirring adalah salah satu cara dalam membuat minyak kelapa murni/Virgin Coconut Oil (VCO) tanpa melewati proses pemanasan. Banyaknya VCO yang dihasilkan dari proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis kelapa, kecepatan pengadukan, jumlah baffle dan jenis impeller. Untuk meningkatkan efisiensi kinerjanya maka perlu dilakukan pengembangan dalam hal modifikasi bagian fungsional berupa baffle dan impeller. Dari hasil penelitian, telah dihasilkan alat pemisah VCO berpengaduk dengan kinerja dan kontruksi yang sederhana dimana kinerja terbaik diperoleh pada waktu pengadukan 4 menit dengan kapasitas kerja efektif 72,50 liter santan/jam dan rendemen hasil 17,78 %.
Uji Kinerja Mesin Ekstraksi Tipe Stirrer Rotary Blade Bertenaga Motor Bakar Bensin Untuk Mengekstraksi Pati Singkong Darma Darma; Desi Natalia Edowai; Marinus Kogoya
Agritechnology Vol 3 No 2 (2020): Edisi Desember
Publisher : Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Papua, Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51310/agritechnology.v3i2.57

Abstract

Pengolahan pati singkong skala kecil di Indonesia, termasuk di Papua Barat memiliki peluang dan prospek pengembangan yang cerah untuk memenuhi permintaan pasar. Permintaan tapioka di Indonesia cenderung terus meningkat karena terjadi peningkatan jumlah industri pangan maupun non-pangan yang menggunakan pati singkong sebagai bahan baku. Pada saat ini permintaan terhadap pati singkong (tepung tapioka) secara nasional, termasuk di Manokwari Papua Barat belum bisa terpenuhi oleh industri pengolahan tapioka yang ada. Salah satu tahapan penting dalam proses pengolahan pati singkong adalah ekstraksi pati yang bertujuan untuk memisahkan pati sebanyak mungkin dari ampas. Proses ekstraksi pati dapat dilakukan secara manual, semi mekanis dan full mekanis. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kinerja mesin ekstraksi pati tipe stirrer rotary blade bertenaga motor bakar bensin untuk ekstraksi pati singkong. Evaluasi kinerja dilakukan dengan mengukur parameter kapasitas ekstraksi, rendemen pati basah, rendemen pati kering dan kehilangan pati pada ampas. Dari hasil pengujian kinerja menunjukan bahwa mesin dapat berfungsi dengan baik untuk mengekstraksi pati singkong. Kinerja mesin adalah (1) kapasitas ekstraksi 220,3 kg umbi parut/jam, (2) rendemen pati basah 46,47%, (3) rendemen pati kering 28,88% dan (d) kehilangan pati pada ampas 2,6%.
Pengembangan dan Uji Kinerja Prototipe Mesin Parut Kelapa Tipe Silinder Bertenaga Motor Listrik Darma Darma; Desi Natalia Edowai; Yorrys Rifo Kristofel Makalew
Agritechnology Vol 4 No 1 (2021): Edisi Juni
Publisher : Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Papua, Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51310/agritechnology.v4i1.70

Abstract

Kelapa merupakan tanaman yang dikenal paling luas di negara-negara tropis. Tanaman ini berperan penting bagi kehidupan manusia karena jutaan orang di wilayah tropis menggantungkan hidupnya pada perkebunan kelapa sebagai sumber penghasilan. Indonesia merupakan negara penghasil kelapa terbesar di dunia dengan total area sekitar 3,7 juta hektar. Minyak kelapa dan santan merupakan produk paling terkenal yang berasal dari kelapa. Salah satu tahapan penting dalam memproduksi kedua produk tersebut adalah penghancuran daging buah menggunakan mesin parut kelapa. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menguji kinerja prototype mesin parut kelapa tipe silinder bertenaga motor listrik. Dalam penelitian ini diuji 2 variasi kerapatan gerigi yaitu 1 cm × 1 cm, 1 cm × 0,5 cm pada 3 taraf kecepatan putar silinder yaitu 1073 rpm, 2145 rpm and 3575 rpm. Evaluasi kinerja dilakukan dengan mengukur parameter kapasitas pemarutan, rendemen santan dan kehilangan santan pada ampas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan kerapatan gigi dan kecepatan putar silinder berpengaruh nyata terhadap kinerja mesin. Kinerja tertinggi dihasilkan pada kombinasi perlakuan kerapatan gigi 1 cm × 0,5 cm dengan kecepatan putar silinder 1073 rpm. Kinerja mesin pada kombinasi perlakuan tersebut adalah (a) kapasitas pemarutan 86,76 kg/jam, (b) rendemen santan 41,83 % dan kehilangan santan pada ampas 11,54 %. Kinerja tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan prototype terdahulu. The coconut palm is the most ubiquitous plant in many tropical countries. It is important to humanity because millions of people in tropical regions depend upon the coconut plantation for their livelihood. Indonesia is the largest producing country of coconut in the world with a total area of plantation is almost 3.7 million hectares. Coconut oil and coconut milk are the most popular products which are derived from coconut. The first step in producing these products is the disintegration of coconut flesh using a grating machine. The objective of this research was to develop and performance test of a cylinder-type coconut grating machine. In the experiment, two variations of teeth density i.e. 1 cm × 1 cm, 1 cm × 0.5 cm apart, and three levels of cylinder rotation speed i.e. 1073 rpm, 2145 rpm, and 3575 rpm were examined. The performance of the machine was evaluated by measuring the parameters of grating capacity, coconut milk rendement, and quantity of coconut milk losses in waste. Results showed that the combination of teeth density and cylinder rotation speed significantly affect the grating performance. The highest performance was obtained at the combination of teeth density 1 cm × 0.5 cm apart with the cylinder rotation speed of 1073 rpm. The performances of the machine at the condition were: (a) grating capacity was86.76 kg h-1, (b) coconut milk rendement 41.83 %, (v/m), and losses in waste were 11.54 %. These performances were higher than the previous prototype.
Analisis Tataniaga Kopi Arabika (Coffea arabica L) Di Distrik Kamuu Kabupaten Dogiyai Desi N. Edowai
JFRES Journal of Fiscal and Regional Economy Studies Vol. 3 No. 1 (2020): Journal of Fiscal And Regional Economy Studies (JFRES)
Publisher : Pusat Penelitian Pemberdayaan Fiskal dan Ekonomi Daerah (P3FED) Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36883/jfres.v3i1.55

Abstract

One of the arabica coffee producing areas in Indonesia is in the Dogiyai regency. Several communities in the regency, especially the district Kamuu have coffee plantations that are managed since the 1960s. Farmers (producers) sell coffee beans to the traders. Arabica coffee beans are made into powder and marketed. In the process of marketing, business administration analysis is needed. It is conducted to know the channels and business administration functions, margins, business administration costs, profits, efficiency, as well as fees received by farmers (producers). Data was collected using the method of observation and interviews, and data collected in the form of primary and secondary data. Data is processed using tabulation. The Arabica coffee trading channel in Kamuu district is a one-level channel consisting of consumer-producer-trader traders. The trade system function at the farmer (producer) level is the financing function, while at the level of the trader, it consists of the financing function, physical function, and facility function. The Arabica coffee marketing margin is Rp. 200,000 / kg. The average cost of the trading system is Rp.31,250 / kg with a profit of Rp.168,750 / kg. Arabica coffee trading system in Kamuu district is already efficient with the fees received by farmers (producers) reached 50 percent.