Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PENERAPAN METODE INTEGRASI 360° FEEDBACK DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SEBAGAI ALAT PENILAIAN KINERJA KARYAWAN Chumayrotus Syatori’ah; Erna Habibah; Deny Kurniawati
CYBER-TECHN Vol. 13 No. 01 (2019): CYBER-Techn
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam suatu perusahaan sangat dibutuhkan dalam menciptakan daya saing yang tinggi berdasarkan hasil kinerja yang dilakukan terhadap perusahaan. Dalam upaya peningkatan kualitas SDM tersebut, suatu perusahaan perlu melakukan penilaian kinerja (Henry Simamora, 1995:327). Oleh karena itu, Koperasi Tunas Artha Mandiri Cabang Tanjunganom perlu melakukan penilaian kinerja karyawan yang bersifat obyektif yaitu dengan metode 360 derajat feedback dan AHP. Dari hasil penelitian, diperoleh prioritas variabel kinerja adalah adaptasi dan fleksibilitas yaitu pada subvariabel menyesuaikan diri dengan segala perubahan dalam lingkungan pekerjaan. Nilai tertinggi kinerja untuk Ibnu Mundir (0,64), Atik (0,95), Untung (0,37) yaitu pada variabel adaptasi dan fleksibilitas. Nilai tertinggi kinerja untuk Yoni (0,40), Sujarwo (0,35) yaitu pada variabel kooperatif dan kerjasama. Nilai tertinggi kinerja untuk Eko (0,61), Nurul (0,60), Sofyan (0,57), dan Darianto (0,83) yaitu pada variabel keandalan/ pertanggungjawaban. Nilai tertinggi kinerja untuk Chavif 0,06 yaitu pada variabel inisiatif dan pemecahan masalah. Nilai tertinggi kinerja untuk Hariono 1,07 yaitu pada variabel kualitas kerja. Metode penilaian kinerja integrasi 360 derajat feedback lebih efektif dan menggambarkan kinerja karyawan secara obyektif dari beberapa sumber penilai serta memperoleh bahan evaluasi sebagai acuan dalam pengembangan kualitas karyawan.
Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Batako Dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pada Pabrik ND Geneng Benton Deny Kurniawati; Achmad Syaichu; Rani Ayu Wandari
Jurnal Teknik dan Manajemen Industri Pomosda (JTMIP) Vol. 1 No. 02 (2023): Jurnal Teknik dan Manajemen Industri Pomosda (JTMIP)
Publisher : Program Studi Teknik Industri STT POMOSDA Nganjuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Pabrik ND Geneng Benton tidak hanya memproduksi batako, melainkan produksi paving dan genteng. Bahan baku yang digunakan ada tiga macam, antara lain : pasir, semen, dan fly ash. Ketika permintaan batako meningkat maka terjadi permasalahan terhadap persediaan bahan baku. Permasalahan tersebut timbul karena adanya sistem persediaan bahan baku pada Pabrik ND Geneng Benton belum menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity). Maka dari itu sangat diperlukan perencanaan persediaan bahan baku untuk kelancaran dan pengoptimalan produksi. Analisis EOQ (Economic Order Quantity) dapat digunakan untuk merencanakan berapa kali bahan yang harus dikeluarkan guna untuk kelancaran proses produksi. Dari analisis menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) diperoleh : Pemesanan yang optimal untuk bahan baku pasir 38.254,93kg persediaan pengamanan (Safety Stock) 786 kg, dan pemesanan kembali (Reorder Point) 9.025 kg dengan total persediaan sebesar Rp 6.278.000. Untuk bahan baku semen 29.872,18 kg persediaan pengamanan (Safety Stock) 1.022 kg, dan pemesanan kembali (Reorder Point) 6.780 kg dengan total persediaan sebesar Rp3.838.000. Untuk bahan baku fly ash 12.238,34kg persediaan pengamanan (Safety Stock) 370 kg, dan pemesanan kembali (Reorder Point) 960 kg dengan total persediaan sebesar Rp 885.000.
Analisis Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) Pada Produksi Royal Moringa (Studi Kasus PT. Moringa Organik Indonesia Ltd. – Blora Jawa Tengah) Deny Kurniawati; Agustin Sukarsono; Fahmi Mubarok
Jurnal Teknik dan Manajemen Industri Pomosda (JTMIP) Vol. 1 No. 02 (2023): Jurnal Teknik dan Manajemen Industri Pomosda (JTMIP)
Publisher : Program Studi Teknik Industri STT POMOSDA Nganjuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Kemajuan industri pangan dewasa ini mengalami perkembangan yang cepat seiring dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Perkembangan industry pangan dalam menciptakan produk banyak ditemui masalah berkaitan dengan penyakit yang disebabkan oleh makanan. Sehingga dapat mengakibatkan ancaman bagi kesehatan dan keselamatan konsumen. PT. Moringa Organik Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak pada pemberdayaan masyarakat melalui tanaman kelor untuk mengatasi malnutrisi dan stunting di Indonesia. Produk yang dihasilkan adalah Royal Moringa atau serbuk daun kelor dengan derajat kehalusannya mencapai 500 mesh. Dasar penerapan jaminan keamanan pangan pada perusahaan manufaktur diawali dengan praktik Good Manufacturing Practices (GMP). Berdasarkan hasil penelitian, dengan dasar menurut Peraturan Menteri Perindustrian No. 75/M-IND/PER/7/2010. Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) yang telah dilakukan oleh PT. Moringa Organik Indonesia telah konsisten menjaga dan melindungi proses produksi dengan baik. Rata-rata skor yang diperoleh melalui penilaian dengan metode kesenjangan (Gap Anlysis) sebesar 94,07%. Hal tersebut menunjukkan bahwa PT. Moringa Organik Indonesia dalam proses produksi Royal Moringa berkategori baik dan konsisten. Adapun usulan rekomendasi tindak lanjut sebagai aspek-aspek penyimpangan yang perlu diperbaiki sejumlah 24 usulan rekomendasi.
Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Marasake Dengan Metode EOQ, POQ Dan Min-Max Agustin Sukarsono; Yesi Nurul Hotimah; Deny Kurniawati; Yuli Minartiwi
Jurnal Teknik dan Manajemen Industri Pomosda (JTMIP) Vol. 1 No. 02 (2023): Jurnal Teknik dan Manajemen Industri Pomosda (JTMIP)
Publisher : Program Studi Teknik Industri STT POMOSDA Nganjuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Bahan baku produk marasake pada periode tahun 2021 mengalami kelebihan kebutuhan (overstock) sehingga diperlukan analisis untuk mengetahui metode manakah yang paling optimal dan yang paling tepat untuk diterapkan dalam pengendalian persediaan bahan baku. Metode yang digunakan adalah metode EOQ, POQ dan Min-Max. Dari analisis pengendalian bahan baku total biaya persediaan pada metode EOQ bahan baku kacang hijau mencapai Rp 656.664, frekuensi pemesanan 3 kali, kuantitas 167,13 kg. Susu bubuk Rp 427.407, frekuensi pemesanan 4 kali, kuantitas 4,21 kg. Dextrose Rp 528.664, frekuensi pemesanan 3 kali, kuantitas 86,82 kg. Garam Rp 189.771, frekuensi pemesanan 6 kali, kuantitas 3,64 kg. Metode POQ bahan baku kacang hijau Rp 229.363, frekuensi pemesanan 1 kali, kuantitas 478,5 kg. Susu bubuk Rp 414.386, frekuensi pemesanan 3 kali, kuantitas 4,34 kg. Dextrose Rp 151.386, frekuensi pemesanan 1 kali, kuantitas 303,2. Garam Rp 180.831, frekuensi pemesanan 6 kali, kuantitas 3,82 kg. Metode Min-Max bahan baku kacang hijau Rp 2.242.305, frekuensi pemesanan 12 kali, kuantitas 36,6 kg. Susu bubuk Rp 2.242.305, frekuensi pemesanan 12 kali, kuantitas 1,25 kg. Dextrose Rp 2.597.426, frekuensi pemesanan 12 kali, kuantitas 19,1 kg. Garam Rp 1.799.562, frekuensi pemesanan 12 kali, kuantitas 1,9 kg. Metode EOQ memiliki tingkat resiko yang lebih kecil dari pada metode POQ, karena perusahaan tidak mengeluarkan biaya penyimpanan yang besar,sehingga penyusutan bahan baku lebih rendah.
Strategi Pengembangan Usaha Bibit Kelapa Sawit Menggunakan Metode Analisis SWOT Dan Bussines Model Canvas (BMC) (Studi Kasus Ikm Pembibitan Kelapa Sawit Desa Way-Hawang) Muhammad Alaidin; Deny Kurniawati; Yuli Minartiwi
Jurnal Teknik dan Manajemen Industri Pomosda (JTMIP) Vol. 2 No. 01 (2024): Jurnal Teknik dan Manajemen Industri Pomosda (JTMIP)
Publisher : Program Studi Teknik Industri STT POMOSDA Nganjuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

IKM pembibitan kelapa sawit merupakan salah satu dari beberapa usaha bergerak di bidang pembibitan kelapa sawit di desa Way hawang, menjadikan usaha ini menjadi kompetitif dan penuh tantangan dalam pengembangan usaha. Karena itu, pembibitan kelapa sawit perlu membuat model bisnis yang tepat dan strategi baru yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing dalam pengembangan usaha. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis model bisnis pembibitan kelapa sawit dengan menggunakan Analisis SWOT dan Business Model Canvas. Metode penelitian ini berjenis kualitatif, yaitu dengan menggunakan Analisis SWOT dan Business Model Canvas (BMC). Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi dokumensi. Responden penelitian ini terdiri dari pemilik usaha pembibitan kelapa sawit. Setelah dilakukan penelitian menunjukkan nilai EFAS di angka 0,73 dan IFAS 1,67 kuadran SWOT pembibitan kelapa sawit berada pada kuadran 1“Growth Oriented Strategy” yaitu mendukung strategi agresif yang hasilnya kemudian menjadi masukan untuk perbaikan model bisnis pada usaha pembibitan kelapa sawit. Berdasarkan implementasinya menunjukkan bahwa rekomendasi perbaikan pada sembilan elemen model bisnis dan strategi SO, WO, ST, WT yang dihasilkan dapat menjadi solusi strategi pengembangan usaha bibit kelapa sawit.
Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Batako Dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pada Pabrik ND Geneng Benton Deny Kurniawati; Achmad Syaichu; Rani Ayu Wandari
Jurnal Teknik dan Manajemen Industri Pomosda (JTMIP) Vol. 1 No. 02 (2023): Jurnal Teknik dan Manajemen Industri Pomosda (JTMIP)
Publisher : Program Studi Teknik Industri STT POMOSDA Nganjuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Pabrik ND Geneng Benton tidak hanya memproduksi batako, melainkan produksi paving dan genteng. Bahan baku yang digunakan ada tiga macam, antara lain : pasir, semen, dan fly ash. Ketika permintaan batako meningkat maka terjadi permasalahan terhadap persediaan bahan baku. Permasalahan tersebut timbul karena adanya sistem persediaan bahan baku pada Pabrik ND Geneng Benton belum menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity). Maka dari itu sangat diperlukan perencanaan persediaan bahan baku untuk kelancaran dan pengoptimalan produksi. Analisis EOQ (Economic Order Quantity) dapat digunakan untuk merencanakan berapa kali bahan yang harus dikeluarkan guna untuk kelancaran proses produksi. Dari analisis menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity) diperoleh : Pemesanan yang optimal untuk bahan baku pasir 38.254,93kg persediaan pengamanan (Safety Stock) 786 kg, dan pemesanan kembali (Reorder Point) 9.025 kg dengan total persediaan sebesar Rp 6.278.000. Untuk bahan baku semen 29.872,18 kg persediaan pengamanan (Safety Stock) 1.022 kg, dan pemesanan kembali (Reorder Point) 6.780 kg dengan total persediaan sebesar Rp3.838.000. Untuk bahan baku fly ash 12.238,34kg persediaan pengamanan (Safety Stock) 370 kg, dan pemesanan kembali (Reorder Point) 960 kg dengan total persediaan sebesar Rp 885.000.
Analisis Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) Pada Produksi Royal Moringa (Studi Kasus PT. Moringa Organik Indonesia Ltd. – Blora Jawa Tengah) Deny Kurniawati; Agustin Sukarsono; Fahmi Mubarok
Jurnal Teknik dan Manajemen Industri Pomosda (JTMIP) Vol. 1 No. 02 (2023): Jurnal Teknik dan Manajemen Industri Pomosda (JTMIP)
Publisher : Program Studi Teknik Industri STT POMOSDA Nganjuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Kemajuan industri pangan dewasa ini mengalami perkembangan yang cepat seiring dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Perkembangan industry pangan dalam menciptakan produk banyak ditemui masalah berkaitan dengan penyakit yang disebabkan oleh makanan. Sehingga dapat mengakibatkan ancaman bagi kesehatan dan keselamatan konsumen. PT. Moringa Organik Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak pada pemberdayaan masyarakat melalui tanaman kelor untuk mengatasi malnutrisi dan stunting di Indonesia. Produk yang dihasilkan adalah Royal Moringa atau serbuk daun kelor dengan derajat kehalusannya mencapai 500 mesh. Dasar penerapan jaminan keamanan pangan pada perusahaan manufaktur diawali dengan praktik Good Manufacturing Practices (GMP). Berdasarkan hasil penelitian, dengan dasar menurut Peraturan Menteri Perindustrian No. 75/M-IND/PER/7/2010. Penerapan Good Manufacturing Practices (GMP) yang telah dilakukan oleh PT. Moringa Organik Indonesia telah konsisten menjaga dan melindungi proses produksi dengan baik. Rata-rata skor yang diperoleh melalui penilaian dengan metode kesenjangan (Gap Anlysis) sebesar 94,07%. Hal tersebut menunjukkan bahwa PT. Moringa Organik Indonesia dalam proses produksi Royal Moringa berkategori baik dan konsisten. Adapun usulan rekomendasi tindak lanjut sebagai aspek-aspek penyimpangan yang perlu diperbaiki sejumlah 24 usulan rekomendasi.
Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produk Marasake Dengan Metode EOQ, POQ Dan Min-Max Agustin Sukarsono; Yesi Nurul Hotimah; Deny Kurniawati; Yuli Minartiwi
Jurnal Teknik dan Manajemen Industri Pomosda (JTMIP) Vol. 1 No. 02 (2023): Jurnal Teknik dan Manajemen Industri Pomosda (JTMIP)
Publisher : Program Studi Teknik Industri STT POMOSDA Nganjuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Bahan baku produk marasake pada periode tahun 2021 mengalami kelebihan kebutuhan (overstock) sehingga diperlukan analisis untuk mengetahui metode manakah yang paling optimal dan yang paling tepat untuk diterapkan dalam pengendalian persediaan bahan baku. Metode yang digunakan adalah metode EOQ, POQ dan Min-Max. Dari analisis pengendalian bahan baku total biaya persediaan pada metode EOQ bahan baku kacang hijau mencapai Rp 656.664, frekuensi pemesanan 3 kali, kuantitas 167,13 kg. Susu bubuk Rp 427.407, frekuensi pemesanan 4 kali, kuantitas 4,21 kg. Dextrose Rp 528.664, frekuensi pemesanan 3 kali, kuantitas 86,82 kg. Garam Rp 189.771, frekuensi pemesanan 6 kali, kuantitas 3,64 kg. Metode POQ bahan baku kacang hijau Rp 229.363, frekuensi pemesanan 1 kali, kuantitas 478,5 kg. Susu bubuk Rp 414.386, frekuensi pemesanan 3 kali, kuantitas 4,34 kg. Dextrose Rp 151.386, frekuensi pemesanan 1 kali, kuantitas 303,2. Garam Rp 180.831, frekuensi pemesanan 6 kali, kuantitas 3,82 kg. Metode Min-Max bahan baku kacang hijau Rp 2.242.305, frekuensi pemesanan 12 kali, kuantitas 36,6 kg. Susu bubuk Rp 2.242.305, frekuensi pemesanan 12 kali, kuantitas 1,25 kg. Dextrose Rp 2.597.426, frekuensi pemesanan 12 kali, kuantitas 19,1 kg. Garam Rp 1.799.562, frekuensi pemesanan 12 kali, kuantitas 1,9 kg. Metode EOQ memiliki tingkat resiko yang lebih kecil dari pada metode POQ, karena perusahaan tidak mengeluarkan biaya penyimpanan yang besar,sehingga penyusutan bahan baku lebih rendah.
Strategi Pengembangan Usaha Bibit Kelapa Sawit Menggunakan Metode Analisis SWOT Dan Bussines Model Canvas (BMC) (Studi Kasus Ikm Pembibitan Kelapa Sawit Desa Way-Hawang) Muhammad Alaidin; Deny Kurniawati; Yuli Minartiwi
Jurnal Teknik dan Manajemen Industri Pomosda (JTMIP) Vol. 2 No. 01 (2024): Jurnal Teknik dan Manajemen Industri Pomosda (JTMIP)
Publisher : Program Studi Teknik Industri STT POMOSDA Nganjuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

IKM pembibitan kelapa sawit merupakan salah satu dari beberapa usaha bergerak di bidang pembibitan kelapa sawit di desa Way hawang, menjadikan usaha ini menjadi kompetitif dan penuh tantangan dalam pengembangan usaha. Karena itu, pembibitan kelapa sawit perlu membuat model bisnis yang tepat dan strategi baru yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing dalam pengembangan usaha. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis model bisnis pembibitan kelapa sawit dengan menggunakan Analisis SWOT dan Business Model Canvas. Metode penelitian ini berjenis kualitatif, yaitu dengan menggunakan Analisis SWOT dan Business Model Canvas (BMC). Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi dokumensi. Responden penelitian ini terdiri dari pemilik usaha pembibitan kelapa sawit. Setelah dilakukan penelitian menunjukkan nilai EFAS di angka 0,73 dan IFAS 1,67 kuadran SWOT pembibitan kelapa sawit berada pada kuadran 1“Growth Oriented Strategy” yaitu mendukung strategi agresif yang hasilnya kemudian menjadi masukan untuk perbaikan model bisnis pada usaha pembibitan kelapa sawit. Berdasarkan implementasinya menunjukkan bahwa rekomendasi perbaikan pada sembilan elemen model bisnis dan strategi SO, WO, ST, WT yang dihasilkan dapat menjadi solusi strategi pengembangan usaha bibit kelapa sawit.
PENERAPAN METODE INTEGRASI 360° FEEDBACK DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SEBAGAI ALAT PENILAIAN KINERJA KARYAWAN Chumayrotus Syatori’ah; Erna Habibah; Deny Kurniawati
CYBER-TECHN Vol. 13 No. 01 (2019): CYBER-Techn
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam suatu perusahaan sangat dibutuhkan dalam menciptakan daya saing yang tinggi berdasarkan hasil kinerja yang dilakukan terhadap perusahaan. Dalam upaya peningkatan kualitas SDM tersebut, suatu perusahaan perlu melakukan penilaian kinerja (Henry Simamora, 1995:327). Oleh karena itu, Koperasi Tunas Artha Mandiri Cabang Tanjunganom perlu melakukan penilaian kinerja karyawan yang bersifat obyektif yaitu dengan metode 360 derajat feedback dan AHP. Dari hasil penelitian, diperoleh prioritas variabel kinerja adalah adaptasi dan fleksibilitas yaitu pada subvariabel menyesuaikan diri dengan segala perubahan dalam lingkungan pekerjaan. Nilai tertinggi kinerja untuk Ibnu Mundir (0,64), Atik (0,95), Untung (0,37) yaitu pada variabel adaptasi dan fleksibilitas. Nilai tertinggi kinerja untuk Yoni (0,40), Sujarwo (0,35) yaitu pada variabel kooperatif dan kerjasama. Nilai tertinggi kinerja untuk Eko (0,61), Nurul (0,60), Sofyan (0,57), dan Darianto (0,83) yaitu pada variabel keandalan/ pertanggungjawaban. Nilai tertinggi kinerja untuk Chavif 0,06 yaitu pada variabel inisiatif dan pemecahan masalah. Nilai tertinggi kinerja untuk Hariono 1,07 yaitu pada variabel kualitas kerja. Metode penilaian kinerja integrasi 360 derajat feedback lebih efektif dan menggambarkan kinerja karyawan secara obyektif dari beberapa sumber penilai serta memperoleh bahan evaluasi sebagai acuan dalam pengembangan kualitas karyawan.