Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

ANALISIS PENYELESAIAN PERMASALAHAN BOTTLENECK PADA LINI PRODUKSI DI PABRIK TEKSTIL DENGAN METODE KAIZEN Kurnianingtias, Mayesti; Abdul Rohman Heryadi; Dinarisni Purwanningrum; Galuh Yuli Astrini; Hasna Khairunnisa; Lailin Nur Indah Sari
Jurnal Rekavasi Vol 9 No 2 (2021)
Publisher : Jurusan Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Increasing productivity in the production line is one of the main concerns of PT X in carrying out its activities. PT X is a textile factory that always makes continuous improvements or Kaizen in increasing productivity and reducing the use of resources. This company carries out production activities consisting of pattern making, fabric cutting, fabric grouping, sewing, ironing, and packaging in polybags. With so many processes, line balancing becomes a concern in this study. Cycle time and tact time were calculated in the process of sewing long pants at PT X. The analysis was carried out to determine which part of the production line experienced bottlenecks. The results of the analysis show that there is a bottleneck in the elastic sewing on the waistband process because the cycle time in the process exceeds the tact time. This is due to limited resources in the process. Continuous improvement with the Kaizen method is carried out to reduce cycle time and increase the productivity of the process. Improvements were carried out in 3 stages by simplifying the process, adding tools, replacing machines, and modifying tools. The result shows a decrease in the cycle time of the waistband installation process from 91 seconds to 35 seconds and an increase in productivity from 51 pcs to 103 pcs.
DESIGNING A WEB-BASED APPLICATION OF MATERIAL AND INVENTORY MANAGEMENT FOR GARMENT WORKSHOP Dinarisni Purwanningrum; Hasna Khairunnisa; Mayesti Kurnianingtias; Tuti Purwati Tuwarno
Journal of Industrial Engineering Management Vol 8, No 1 (2023): Journal of Industrial Engineering and Management Vol 8 No 1
Publisher : Center for Study and Journal Management FTI UMI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33536/jiem.v8i1.1200

Abstract

Inventory management must be implemented properly so that the flow of goods can be controlled easily. A large number of small sized tools and materials in the workshop of Garment Engineering major require a well-managed inventory. Moreover, the rapid circulation of their inflow and outflow also needs to be addressed well. The garment workshop managers currently only record the material flow manually in the logbook, so it is necessary to design an application that can help them achieving more effective and efficient records. This designed application contains information about the amount of workshop material inflow, outflow and their availability. There are other features which considers the number of materials needed based on the available stock. Barcode system is also utilized to ease the data input process. Usability test was then performed to the application using System Usability Scale (SUS) questionnaire, resulting in average of 63,75 from all of the respondents. That value shows that this application has a low level of usability. Where it is actually understandable since this is the first prototype for the next application developments. All of the application menu and features can be successfully running and the application also helps the garment workshop managers a lot, thus in accordance with the purpose of making this application
Identifikasi Cacat Kain pada Proses Pertenunan di Mesin Rapier Tipe GA747 PT. X Galuh Yuli Astrini; Hasna Khairunnisa; Mayesti Kurnianingtias; Dinarisni Purwanningrum
Majalah Teknik Industri Vol 28 No 1 (2020): Majalah Teknik Industri Juni 2020
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM) Politeknik ATI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mesin Rapier adalah salah satu jenis mesin yang digunakan dalam proses pembuatan kain tenun. Mesin tenun Rapier tidak menggunakan media teropong dalam peluncuran benang pakannya, tetapi menggunakan elemen yang fleksibel ataupun kaku yang disebut dengan gripper. Salah satu tahapan dalam proses pembuatan kain tenun adalah reaching atau pencucukan, yaitu sebuah proses memasukkan benang lusi ke dalam lubang dropper, mata gun, dan sisir tenun yang sesuai dengan rencana desain kain yang akan dibuat. Jenis mesin yang diamati dalam penelitian ini adalah mesin Rapier tipe GA747 yang terdapat di PT. X. Data jumlah cacat kain untuk setiap tipe cacat kain diambil sebagai data awal penelitian ini. Terdapat 5 jenis cacat kain yang ditemukan pada proses pertenunan di mesin Rapier, yaitu, putus pakan, putus lusi, pinggiran rusak, pakan tak sampai, dan pakan lompat. Berdasarkan pengamatan, jenis cacat kain yang banyak terjadi adalah putus lusi diantara gun dan kain. Sedangkan salah satu faktor yang berpengaruh adalah faktor mesin, yang disebabkan karena pita gripper aus, tegangan benang lusi yang tinggi, gripper kasar, sisir tajam, serta gripper race tajam. Solusi dari permasalahan ini adalah perawatan dan perbaikan mesin secara berkala pada mesin yang menjadi penyebab putus lusi, dan penggantian sparepart apabila diperlukan. Setelah dilakukan perbaikan pada mesin yang menyebabkan putus lusi antara gun dan kain, terjadi peningkatan efisiensi rata-rata sebesar 20%.
Evaluasi Permasalahan Kekuatan Splicing Benang pada Mesin Winding PT INS dengan Metode Seven Tools Khairunnisa, Hasna; Triwidiyanto, Fahri; Aribowo, Irham
Jurnal Sains dan Aplikasi Keilmuan Teknik Industri (SAKTI) Vol. 3 No. 2 (2023): December 2023
Publisher : Teknik Industri Universitas Ma Chung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33479/jtiumc.v3i2.77

Abstract

Yarn manufacturing engineering stands as one of the initial phases in the textile industry and holds considerable significance in determining subsequent process qualities. PT INS specializes in producing ring spun yarn, wherein the final stage integrates an automatic yarn quality control mechanism within the winding machine. When the sensor identifies any yarn irregularity, an automatic cutting process initiates. Additionally, the winding machine incorporates a yarn splicing procedure to reconnect separated yarn ends or join yarn during cop changes. Any flaw in this splicing process can lead to a weak yarn splice, evident in the diminished Retained Spliced Strength (RSS), which in turn impacts subsequent weaving and knitting processes. PT INS encountered a yarn splicing issue, evidenced by consistently low RSS values from each spindle on its winding machines. An analysis was conducted employing various tools, including Control Charts, Fishbone Diagrams, Check Sheets, and Pareto Diagrams, to pinpoint the problematic spindle and identify the root cause of the splicing problem. Subsequently, improvement measures were proposed based on the analysis of each contributing factor. These steps aim not only to enhance the splicing process within the winding machine but also to elevate overall yarn quality. Through this approach, PT INS aims to rectify the splicing discrepancies, ultimately ensuring a more robust splicing process within the winding machine and elevating the overall yarn quality.
Analisis Perbandingan Kekuatan Mekanis Benang Cotton Carded Compact dan Combed Compact dengan Ne 24 dan 30 Ardiyanto, Agus; Azizah, Syifa; Khairunnisa, Hasna
Jurnal Tekstil Vol 7 No 2 (2024): Vol 7 No 2 Desember 2024
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v7i2.112

Abstract

Industri tekstil Indonesia merupakan salah satu pilar ekonomi yang signifikan, namun harus menghadapi tantangan global seperti kemajuan teknologi dan persaingan produk impor. Industri tekstil dengan benang sebagai bahan dasar yang sangat berpengaruh terhadap kualitas produk akhir, oleh karena itu pemilihan jenis benang yang tepat berdasarkan kekuatan mekanisnya menjadi sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kekuatan mekanis antara benang Cotton CDC (Carded Compact) dan CMC (Combed Compact) dengan menggunakan parameter Reiss Kilometer (RKM), range, dan Coefficient of Variation (CV%). Metode eksperimen dengan pendekatan komparatif diterapkan, menggunakan mesin uji tarik Mesdanlab Autodyn 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benang CMC memiliki kekuatan tarik yang lebih tinggi dibandingkan benang CDC, meskipun beberapa sampel CMC menunjukkan variasi kekuatan yang lebih besar. Nilai CV% pada benang CMC juga lebih rendah, menandakan keseragaman yang lebih baik. Temuan ini memberikan informasi berharga bagi industri tekstil dalam memilih benang yang sesuai untuk produk berkualitas tinggi dan meningkatkan efisiensi produksi, serta berkontribusi pada daya saing di pasar global.
Pengaruh Tekanan Udara Nozzle pada Mesin Muratec Vortex Spinning terhadap Kualitas Benang Bintang, Hamdan S.; Khairunnisa, Hasna; Qomaruzzaman, Gilang
Jurnal Tekstil Vol 5 No 1 (2022): Vol 5 No 1 Juni 2022
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59432/jute.v5i1.19

Abstract

Salah satu tahapan proses pemintalan adalah perubahan sliver menjadi benang yang dapat dilakukan dengan menggunakan tiga macam mesin, yaitu mesin Ring Spinning, Mesin Open End (Rotor Spinning), dan Mesin Air Jet Spinning. PT Z merupakan perusahaan pemintalan yang memiliki unit khusus yang mengoperasikan mesin berteknologi Air Jet Spinning terbaru yang disebut dengan mesin Muratec Vortex Spinning (MVS). Mesin jenis ini memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan dua mesin lainnya yaitu produktivitas lebih tinggi dan memiliki beberapa parameter kualitas yang lebih baik. Mesin MVS mempunyai proses pembentukan twist yang berbeda karena twist timbul melalui tekanan udara yang menghasilkan twist semu. Mekanisme pembentukan twist tersebut bergantung pada beberapa parameter, salah satunya adalah tekanan udara pada nozzle. Tekanan udara pada nozzle akan mempengaruhi struktur benang, sehingga berpengaruh erat dengan sifat dan kualitas benang akhir yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tekanan udara pada nozzle di mesin MVS yang dimiliki oleh PT Z terhadap kualitas benang. Percobaan dilakukan dalam tiga tingkatan tekanan udara, di mana pada masing-masing tekanan udara dilakukan pengujian terhadap tujuh parameter kualitas benang. Berdasarkan pengujian, diperoleh tekanan udara pada nozzle paling optimal adalah pada 55 MPa. Sehingga tim produksi PT Z harus menjaga supaya dapat stabil pada angka tersebut. Ketidakstabilan tekanan udara akan berpengaruh pada hairiness, Imperfection Index (IPI), dan kekuatan benang. Apabila tekanan udara turun, maka kekuatan pada benang menurun dan hairness rendah, sedangkan jika tekanan udara naik maka kekuatan benang bertambah tetapi hairness dan IPI tinggi. Beberapa parameter mesin harus diterapkan dan dirawat untuk menjaga kestabilan tekanan udara pada nozzle.
Perbandingan Kualitas Benang Mesin Ring Spinning Toyoda RY No 43 Menggunakan Spindle Tape Baru dan Bekas Bintang, Hamdan S.; Khairunnisa, Hasna
Jurnal Tekstil Vol 2 No 1 (2019): Vol 2 No 1 Juli 2019
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu tahapan industri tekstil dan produk tekstil adalah industri pemintalan benang, di mana proses pembuatan benang terdiri dari beberapa tahapan. Penelitian ini berfokus pada salah satu tahapan proses pemintalan yaitu pada mesin Ring Spinning yang berfungsi memperhalus benang roving menjadi benang pada gulungan tube yang sesuai dengan nomor benang yang diinginkan. Salah satu komponen yang penting pada proses mesin Ring Spinning adalah spindle tape yang kualitasnya akan berpengaruh pada kualitas benang, sehingga apabila spindle tape aus maka harus diganti dengan yang baru. Sementara itu penggantian spindle tape yang baru terkadang membutuhkan waktu lebih lama karena kedatangan komponen tersebut tidak pasti. Penggunaan spindle tape bekas sementara dapat dilakukan sebelum yang baru datang, namun hasil kualitas benang perlu untuk diperhatikan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji penggunaan spindle tape bekas pada mesin Ring Spinning dibandingkan dengan penggunaan spindle tape yang baru. Perbandingan dilakukan dalam hal kualitas benang seperti perubahan twist dan ketidakrataan benang. Pengambilan data dilakukan pada mesin Ring Spinning Toyoda RY No 43 di PT. ABC. Hasil dari penelitian menunjukkan spindle tape bekas dapat digunakan lagi untuk produksi dan tidak mempengaruhi nilai rotasi per menit (RPM) dari spindle. Namun penggunaan spindle tape bekas tersebut harus memperhatikan tension pada joki pully yang harus diatur supaya RPM spindle tidak menurun dan tidak menyebabkan turunnya twist pada benang yang dihasilkan serta kualitas benang yang dihasilkan masih memenuhi standar perusahaan
Reduksi Nilai Clearer Cut Benang Ne1 30s Ry Khairunnisa, Hasna; Anggara, Dwika
Jurnal Tekstil Vol 2 No 1 (2019): Vol 2 No 1 Juli 2019
Publisher : Akademi Komunitas Industri Tekstil Dan Produk Tekstil Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pemintalan benang melewati berbagai tahapan proses dengan berbagai macam mesin yang mengubah raw material menjadi benang. Salah satu proses yang dilalui adalah pengubahan dari bentuk sliver menjadi benang jadi. Proses ini dapat dilakukan oleh beberapa jenis mesin tergantung kebutuhan perusahaan, salah satunya adalah Mesin Open End. Seperti halnya mesin lainnya, salah satu hal yang diinginkan dalam pengoperasian mesin adalah tingkat efisiensi yang memenuhi standar perusahaan. Penelitian ini dilakukan berdasarkan pengamatan mesin Open End di PT. XYZ. Berdasarkan pengamatan tersebut, salah satu faktor yang mempengaruhi turunnya efisiensi mesin adalah tingginya nilai clearer cut atau yarn breakage yang merupakan kondisi putusnya benang setelah melewati sensor. Semakin tinggi nilai clearer cut, semakin rendah efisiensi mesinnya, semakin rendah pula tingkat produktivitas mesin per harinya. Berdasarkan analisis yang dilakukan, terdapat beberapa faktor penyebab tingginya nilai clearer cut yaitu faktor mesin, manusia, lingkungan, dan material. Penelitian ini berfokus pada faktor mesin yang paling sering terjadi. yakni opening roll dan rotor yang kotor. Setelah dilakukan pembersihan secara spesifik pada rotor yang memiliki nilai clearer cut yang tinggi, dapat disimpulkan bahwa pembersihan opening roll dan rotor tersebut mampu mengurangi nilai clearer cut serta meningkatkan efisiensi mesin. Clearer cut berkurang 38% dari rata-rata 152,33/1000rh menjadi 94,67/1000rh, efisiensi mesin meningkat sebesar 7,3% dari 92,1% menjadi 98,8%, yang mampu menghasilkan peningkatan produktivitas pemintalan benang dari sejumlah 8,94 bale/hari/mesin menjadi 9,59 bale/hari/mesin. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa menjaga kebersihan bagian mesin open end khususnya opening roll dan rotor penting dalam menjaga tingkat efisiensi dan produktivitas.
Tekstil Berkelanjutan Melalui Pelatihan Standar Proses Pencelupan Benang dan Pembuatan Pola Manual Pakaian UMKM Pewarna Alam: Sustainable Textile Through Technical Traning on Yarn Dyeing Standards and Garment Manual Pattern-Making in MSME of Natural Dye Khairunnisa, Hasna; Rusman, Fahmi Fawzy; Aribowo, Irham; Yulianto, Bambang
Jurnal Abdimas Le Mujtamak Vol. 5 No. 1 (2025): Le MUJTAMAK 2025: Januari - Juni
Publisher : Universitas Islam Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46257/jal.v5i1.1162

Abstract

Kegiatan pengabdian dilakukan pada salah satu UMKM yang menyediakan jasa pembuatan produk fesyen dengan bahan baku pewarna alam ramah lingkungan dan berkelanjutan. Pewarna alam yang digunakan berasal dari tanaman yang dibudidayakan langsung oleh petani sekitar. Salah satu produk yang dihasilkan yakni Eco-Dyeing Yarn atau benang yang dicelup secara eco-friendly menggunakan pewarna alam indigo. Permasalahan ditemui dalam proses pencelupan benang dimana gulungan benang hasil pencelupan menjadi kusut sehingga sulit untuk diurai, serta hasil warna dari proses pencelupan benang belum optimal dan belum konsisten. UMKM ini juga mulai mengembangkan bisnisnya dengan memproduksi dan menjual pakaian batik ready to wear yang juga menggunakan pewarna alam ramah lingkungan. Dalam proses pembuatannya, para karyawan masih menggunakan pola-pola contoh dalam membuat pakaian, namun belum memiliki kemampuan yang mumpuni untuk membuat pola pakaian secara mandiri. Sehingga program PKM ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi karyawan. Metode kegiatan pelaksanaan PKM meliputi survei pendahuluan, perancangan program dan desain, memberikan pendampingan teknis serta penyuluhan dalam rangka untuk mengoptimalkan proses pencelupan benang pewarna alam, dengan beberapa kegiatan seperti penyuluhan standar proses pencelupan material kapas serta pelatihan pembuatan pola manual. Kegiatan mendapatkan respon yang positif dari seluruh peserta dengan berdasarkan evaluasi kuesioner kepuasan peserta yaitu 3,5  dari skala 4.
Pengembangan Benang Berkelanjutan Berbasis Serat Nanas dengan Teknik Pemintalan Open-End Rotor Khairunnisa, Hasna; Rusman, Fahmi Fawzy; Aribowo, Irham; Yulianto, Bambang; Mahmudi, Rahmad Ali
Jurnal Sains dan Aplikasi Keilmuan Teknik Industri (SAKTI) Vol. 5 No. 1 (2025): June 2025
Publisher : Teknik Industri Universitas Ma Chung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bahan baku benang yakni serat dapat berasal dari berbagai macam jenis serat, baik serat alam maupun serat buatan. Tekstil berkelanjutan merupakan isu yang terus mendorong untuk pencarian sumber serat alternatif dari alam yang lebih ramah lingkungan dan mendukung sirkularitas. Pineapple Leaf Fibre (PALF) atau serat nanas merupakan salah satu potensi bahan baku yang dapat dikembangkan. Penelitian ini ingin mengembangkan dan mengkaji kemampuan dan kualitas benang yang dihasilkan dari serat nanas yang dikombinasikan dengan serat alam lainnya yaitu serat cotton. Mesin open-end spinning digunakan untuk memproduksi benang campuran serat nanas dan cotton dengan mempertimbangkan berbagai keunggulan dan fleksibilitas mesin tersebut. Studi dilakukan berdasarkan desain eksperimen yang mempertimbangkan 2 parameter utama yakni Nomor Benang (Ne) serta komposisi serat nanas dan cotton, juga dilakukan perbandingan dari 2 sumber serat nanas yang berbeda. Produksi dilakukan pada mesin drawing finisher dan breaker untuk menghasilkan sliver campuran berdasarkan komposisi yang ditentukan, kemudian benang diproduksi pada mesin open-end dengan 8 kombinasi eksperimen. Benang yang telah diproduksi kemudian melewati pengujian parameter kualitas yakni nomor benang, ketidakrataan benang, serta tenacity. Pengujian kualitas membuktikan bahwa serat nanas yang dikombinasikan dengan serat cotton dapat diproduksi menjadi benang dengan kualitas yang sesuai. Namun, uji statistik menunjukkan belum terdapat bukti kuat bahwa faktor material, komposisi dan nomor benang berpengaruh signifikan terhadap kualitas benang campuran serat nanas dan cotton. Variasi komposisi campuran cenderung berkemungkinan untuk mempengaruhi ketidakrataan dan tenacity daripada variasi nomor benang, sedangkan faktor material dan komposisi lebih berpengaruh ke ketidakrataan benang. Lebih jauh, faktor komposisi dan nomor benang lebih berpengaruh ke tenacity.