Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Peran Etika dan Estetika Dalam Ilmu Pengetahuan M, Marilang; Siola, M. Nasir; A, Asrullah; Nurdiyanto, Irwan
Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol 3, No 1 (2025): February
Publisher : Penerbit Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pentingnya pemahaman terhadap nilai-nilai etika dalam Islam tidak bisa diabaikan. Etika Islam tidak hanya mencakup aspek moralitas individual, tetapi juga membawa dampak yang signifikan pada tatanan sosial dan masyarakat. Begitu pula dengan estetika, yang mengarah pada pemahaman tentang keindahan dan kesempurnaan dalam segala aspek kehidupan. Oleh karena itu, pemahaman mendalam terhadap nilai etika beserta estetika dalam Islam dapat menjadi landasan yang kuat dalam membentuk karakter pribadi yang beradab mulia dan masyarakat yang berbudya. Melalui metode analisis teks-teks klasik dan kontemporer dalam literatur Islam, penelitian ini akan menggali konsep-konsep etika dan estetika dalam Islam, serta menjelaskan bagaimana konsep-konsep ini dapat diaplikasikan dalam konteks pendidikan. Dengan demikian, penelitian ini akan memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang pentingnya nilai-nilai etika serta estetika dalam pendidkan Islam, serta terlibat praktisnya dalam pengembangan kurikulum pendidikan yang berfokus pada pembentukan karakter dan keindahan dalam pendidikan. Hasil kajian menunjukkan bahwa Etika membahas baik-buruk atau benar-tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta sekaligus menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. Etika tidak mempersoalkan apa atau siapa manusia itu, tetapi bagaimana manusia seharusnya berbuat atau bertindak. Estetika juga merupakan bidang studi filsafat manusia yang mempersoalkan nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa dalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh.
Jam’ul Qur’an Wa Rasmul Qur’an Ondeng, Syarifuddin; Shahib, Muhamamd Amin; A, Asrullah
Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol 3, No 1 (2025): February
Publisher : Penerbit Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jam'u Al-Qur'an wa Rosmuhu/Kitabatuhu are two words that are identical in meaning, that is, apart from being interpreted as memorizing, they also mean writing. As with preserving the Koran, these two techniques have been used since the time of the Prophet PBUH, Abu Bakr and Uthman. It's just that in the early period the method of memorization was prioritized, while in the last period the priority was on the method of writing, in order to reduce differences in Qira'ah. The Al-Qur'an during the time of the Prophet SAW was collected by rote and memory, as well as notes that are still scattered around. During Abu Bakr's time, apart from being collected in memorized form, notes were also collected, giving birth to separate Suhuf. During Uthman's time, all the separate memorizations and Suhuf were combined into one, so it was called the Imam's Mushaf. The next period of preservation of the Al-Qur'an was marked by the addition of dots and harakat as well as the refinement of written words in the Ottoman Rasm, as well as the printing of the Al-Qur'an in various countries.
Ragam Metodologi Penyusunan Kitab-Kitab Hadis M, Marilang; Siola, M. Nasir; A, Asrullah; Nurdiyanto, Irwan
Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol 3, No 1 (2025): February
Publisher : Penerbit Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kajian terhadap Hadis kemudian beralih kepada usaha untuk mengelaborasi kitab-kitab induk di atas. Seperti men-syarh yang dapat dikatakan menafsirkan dalam kajian al-Qur`an, yaitu menjelaskan makna-makna yang sulit dalam Hadis, menjelaskan pendapat ulama mengenai kandungan hukum dalam matan atau isi dari Hadis atau menjelaskan kondisi sanad dan kontroversi mengenainya. Di dalam makalah ini akan di bahas tentang sejarah penulisan kitab-kitab hadis dan berbagai metode-metode penulisan kitab hadis, baik itu kitab sumber yakni kitab  yang menjadi rujukan sumber dimana hanya keterlibatan penulis kitab dalam kitab tersebut, ataupun kitab kajian di mana kitab-kitab ini mengkaji atau ada keterlibatan penulis lain dalam kitab tersebut. Para sahabat dalam menjaga dan menghafal hadis secara akurat, yaitu dengan penghafalan, merekam, dan praktik. Yang pertama adalah penghafalan, para sahabat telah terbiasa untuk mendengar perkataan nabi, dan memperhatikan perbuatan beliau dengan sangat hati-hati, dan di antara para sahabat terbiasa untuk membahas dan mempelajari ulang apa yang telah disampaikan nabi. Yang kedua adalah merekam, para sahabat yang memiliki kemampuan dalam menulis memiliki tugas khusus dalam mencatat hadis-hadis yang diperoleh dari nabi. Yang ketiga adalah praktik, para sahabat mempraktikkan apa yang telah mereka dapat dari nabi. Perkembangan hadis pada Rasulullah masyarakat umat Islam masih terbilang kurang memahami hadis maupun menulis hadis. Pada masa ini Rasulullah selalu menekankan kepada sahabat agar selalu memahami hadis dan menyampaikanya kepada umat Islam. Salah satu kebijakan terbesar Nabi terkait pemeliharaan hadis adalah dengan memerintahkan para shahabat untuk menghafal.
Hukum Itu Beredar Pada ‘Illatnya A, Asrullah; Musyahid, Achmad; Akmal, Andi Muhammad
Socius: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Vol 3, No 1 (2025): Agustus
Publisher : Penerbit Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The concept of ‘illat in the proposal of fikih as the basis of the establishment and change of Islamic law. By raising the principle of “al-ḥukmu yadūru ma‘a ‘illatihi wujūdan wa ‘adaman” (the law revolves along with its ‘illat, existence or non-existence), the author explains that social change and cultural context can affect the applicability of Islamic law. ‘Illat is defined as a real property that is the rational basis of a Sharia law’. This article studies the various definitions of ‘illat according to the scholars usul fikih and describe the kinds of ‘illat based on the permanence of the Shari’ah’ and considerations of goodwill. Thus, an understanding of ‘illat becomes essential in order to ensure that Islamic law remains relevant, fair, and contextual in responding to the dynamics of community life. This article demonstrates that the flexibility of Islamic law does not conflict with divine principles, but precisely reflects the mercy and benevolence that are its goals.