Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

SOCIALIZATION OF GREEN BUILDING TO PREVENT COVID 19 ON THE COMMUNITY OF GAMPONG PEURADA, BANDA ACEH Sarina Zein, Keumala Citra; Hayati, Kemala; Sukena, Ilham; Fachrurrozi, Fachrurrozi
ABDIMU: Jurnal Pengabdian Muhammadiyah Vol 2, No 1 (2022): Vol 2, No 1, Juni 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37598/abdimu.v2i1.1262

Abstract

Green building is a building concept designed, constructed and operated to improve the environmental, economic, health, and productivity performance to be better than conventional buildings. The achievement of the green building in general can be seen from several standards; energy efficiency, indoor environmental quality, thermal comfort, health and productivity of building users. In May 21, data from Syiah Kuala sub-district showed that the number of people exposed to Covid 19 were increased in Peurada village and its declared as red zone. Based on these conditions, this program aims to educate the society in understanding and applying the green building concept that can prevent the spread of the Covid-19. It is carried out in Peurada, Syiah Kuala District, Banda Aceh. The team conducted a survey on the healthy home concept under government regulation, namely Indonesian Ministry of Health regulation; No. 829/Menkes/SK/VII/1999 by using a scale to effort on the understanding level and application of the green building concept. The respondents were 16 people, the results of the survey showed that the people in Peurada have an understanding level of the green building concept for the prevention of Covid-19 reaching 91.8 % and 82.92% were implemented the concept. Based on this, stated that the people in Peurada had understood and applied the concept of green building in an effort to prevent Covid-19.Keywords: Green building, Socialization, Healthy home.
PENILAIAN KUALITAS RUMAH BANTUAN PASKA TSUNAMI DI BANDA ACEH, INDONESIA SETELAH SATU DEKADE DITEMPATI Adamy, Aulina; Meillyta, Meillyta; Fata, Abrarul; Sukena, Ilham
ALUR :Jurnal Arsitektur Vol 7 No 2 (2024): SEPTEMBER 2024
Publisher : Unika Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/alur.v7i2.3741

Abstract

Dari seluruh kabupaten atau kota di Aceh, Banda Aceh sebagai ibu kota merupakan daerah yang paling parah terkena dampak gempa dan tsunami pada tahun 2004. Perumahan merupakan proyek bantuan dengan jumlah terbesar dan desain yang beragam karena bersumber dari berbagai bantuan. Setelah 15 tahun, kelayakan perumahan tersebut terlihat lebih jelas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas rumah yang dihuni setelah lebih dari satu dekade melalui pengukuran kualitas lingkungannya. Umumnya, rumah bantuan terlihat bagus pada saat serah terima, tetapi kualitas sebenarnya perlu diuji setelah beberapa tahun ditempati. Penelitian dilakukan di Kecamatan Meuraxa dengan memilih lima desa secara acak. Sebanyak 45 hunian dengan 9 jenis desain dievaluasi. Metode penelitian kuantitatif dengan pengukuran mekanis untuk intensitas cahaya, kelembaban, dan suhu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum rumah bantuan belum memenuhi standar lingkungan rumah sehat yang ditetapkan pemerintah. Rumah yang dibangun oleh P2KP menunjukkan kinerja lingkungan dan kualitas bangunan yang lebih baik, sedangkan rumah dari YLKI dan BRR justru sebaliknya. Setelah lebih dari satu dekade, nampaknya kombinasi bantuan perumahan berkualitas rendah dan penduduk berpenghasilan rendah berkontribusi terhadap terbentuknya permukiman kumuh. Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai rekonstruksi rumah di Aceh dan Nias pasca Tsunami, penelitian di masa depan perlu mencakup lebih banyak variasi desain rumah dengan cakupan wilayah yang lebih luas. Tingginya angka kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Banda Aceh kemungkinan disebabkan oleh buruknya kualitas lingkungan rumah bantuan sehingga diperlukan kajian korelasi khusus di masa depan.
PENILAIAN KUALITAS RUMAH BANTUAN PASKA TSUNAMI DI BANDA ACEH, INDONESIA SETELAH SATU DEKADE DITEMPATI Adamy, Aulina; Meillyta, Meillyta; Fata, Abrarul; Sukena, Ilham
ALUR :Jurnal Arsitektur Vol 7 No 2 (2024): SEPTEMBER 2024
Publisher : Unika Santo Thomas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54367/alur.v7i2.3741

Abstract

Dari seluruh kabupaten atau kota di Aceh, Banda Aceh sebagai ibu kota merupakan daerah yang paling parah terkena dampak gempa dan tsunami pada tahun 2004. Perumahan merupakan proyek bantuan dengan jumlah terbesar dan desain yang beragam karena bersumber dari berbagai bantuan. Setelah 15 tahun, kelayakan perumahan tersebut terlihat lebih jelas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas rumah yang dihuni setelah lebih dari satu dekade melalui pengukuran kualitas lingkungannya. Umumnya, rumah bantuan terlihat bagus pada saat serah terima, tetapi kualitas sebenarnya perlu diuji setelah beberapa tahun ditempati. Penelitian dilakukan di Kecamatan Meuraxa dengan memilih lima desa secara acak. Sebanyak 45 hunian dengan 9 jenis desain dievaluasi. Metode penelitian kuantitatif dengan pengukuran mekanis untuk intensitas cahaya, kelembaban, dan suhu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum rumah bantuan belum memenuhi standar lingkungan rumah sehat yang ditetapkan pemerintah. Rumah yang dibangun oleh P2KP menunjukkan kinerja lingkungan dan kualitas bangunan yang lebih baik, sedangkan rumah dari YLKI dan BRR justru sebaliknya. Setelah lebih dari satu dekade, nampaknya kombinasi bantuan perumahan berkualitas rendah dan penduduk berpenghasilan rendah berkontribusi terhadap terbentuknya permukiman kumuh. Untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai rekonstruksi rumah di Aceh dan Nias pasca Tsunami, penelitian di masa depan perlu mencakup lebih banyak variasi desain rumah dengan cakupan wilayah yang lebih luas. Tingginya angka kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Banda Aceh kemungkinan disebabkan oleh buruknya kualitas lingkungan rumah bantuan sehingga diperlukan kajian korelasi khusus di masa depan.